Baca Juga


DEMAK-Tak jauh dari lokasi situs bata merah di Dukuh Jetak Desa Jatirogo Kecamatan Bonang, ditemukan lagi keberadaan situs baru. Melihat luas situs diduga sebuah bangunan menara pengintai atau semacam mercusuar di pantai.

 Setelah seorang petani penggarap, Bukhori (50), beberapa hari lalu menemukan tumpukan bata merah berukuran 45 cm x 25 cm saat menggali sawah bengkok milik Kepala Desa Jatirogo.

 Setelah itu gantian Juki (50), warga Desa Jatirogo, menemukan tumpukan bata merah di dalam tanah sedalam satu meter. Keberadaan bata merah yang tertata rapi seperti tembok ini, ditemukan sejauh 5 meter dari lokasi temuan lama.

 “Saat akan mamacul tanah, saya lihat bata merah, saya congkel ternyata banyak,” ungkap Juki. Karena kondisi tanah yang kering dan pecah-pecah, memudahkan Duki mencongkel tanah dan melihat bata merah tersebut.

 Selanjutnya, Juki mencoba mencongkel bata merah tersebut, namun semakin bingung saat  di bawah bata merah itu masih ada bata lagi tertata seperti tembok. Dia terus saja mencongkel namun beberapa tumpukan bata tak habis-habis, malah terlihat semakin dalam. Kondisi bata merah yang dicongkel seperti menempel disemen dengan bata lainnya. Akhirnya Juki berinisiatif menghentikan aktivitasnya dan segera melapor ke Kades Jatirogo.

 Setelah menerima laporan, Kades Jatirogo H Suyudi tak bisa berkata apa-apa, semula dia berharap sawah bengkoknya segera bisa disiapkan untuk tanam, malah ditemukan situs. Terpaksa dirinya memerintahkan para penggarap sawahnya,untuk menghentikan sementara proses penggalian itu.

Buatan Sunan?
 Sabtu (13/10) pagi, lokasi situs itu telah menarik perhatian warga, banyak orang sampai pelajar yang bersekolah dekat kawasan situs, menyempatkan untuk melihat temuan situs baru itu.

 Bahkan Ketua Komisi B DPRD Demak HM Suradi dan anggota Komisi B Farodli hadir. Mereka ingin melihat langsung lokasi temuan. “Bila dilihat kondisinya, situs ini semacam bangunan menara pengintai,” ucap Suradi.

 Dari beberapa batu merah yang menempel itu, dilekatkan bukan dengan semen, melainkan dengan putih telur dan kotoran kerbau. Bila merunut riwayat sejarah di Kecamatan Bonang merupakan pantai, dengan muara sungai Tuntang. Saat itu pantai masih di sekitar Desa Tridonorejo Kecamatan Bonang, namun perkembangannya muncul tanah timbul yang mengubur menara itu.

 Dalam sejarah perjuangan Adipati Unus menyerang Batavia, di Kasultanan Demak Bintoro telah memiliki dua pelabuhan, yaitu pelabuhan niaga yang berada di sekitar Kecamatan Bonang, dan pelabuhan militer di Jepara.

 Dan menara itu berfungsi ganda, selain sebagai pengintai sekaligus menjadi mercusuar, sebagai tanda untuk lalulintas laut. Namun menara ini tak setinggi dengan menara suar sekarang.

 Ketika melihat ukuran dan warna merah menyala dari bata itu, terlihat ada kemiripan dengan bata yang berada di Menara Kudus dekat Makam Sunan Kudus. Dimungkinkan juga yang membangun menara itu adalah Sunan Kudus.

 Sebab di lokasi tetangga Desa Jatirogo, yaitu Dukuh Bener Desa Tridonorejo, pernah berdiri masjid kuno dengan mustoko dari tanah. Warga setempat meyakini mustoko itu buatan Sunan Kudus.

 Tumpukan bata merah yang berukuran besar itu, sangat banyak, namun sayang beberapa warga cenderung merusak, mereka mencongkeli secara sembarangan. Sebagian malah membawa pulang bata itu untuk tungku kompor di rumahnya. Disayangkan juga dari kepolisian tak memasang police line sebagai pembatas agar warga setempat tak merusak situs tersebut. (swi/15)