Baca Juga
Kawasan hutan Mangrove ini terletak di jalan Gajah Mada. Luas areanya sekitar 21 hektar. Letak kawasan konservasi hutan mangrove, persisnya bersebelahan dengan kompleks pasar Gusher salah satu sentra bisnis perekonomian kota Tarakan. Sementara pada sisi sebelah kanan berbatasan langsung dengan kawasan industri cold storage dan pelabuhan Tengkayu II.
Kawasan hutan mangrove selain menjadi obyek wisata juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai paru-paru Kota Tarakan serta menjadi benteng yang melindungi kota dari abrasi air laut. Di hutan Mangrove ini juga menjadi habitat alami pohon-pohon bakau dan fauna-fauna khas Tarakan. Pohon-pohon yang berada di Hutan Mangrove ini rata-rata sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun.
Hutan Mangrove ini juga dijadikan sebagai laboratorium hidup yang dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Hasil penelitan tersebut sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Di hutan mangrove ini Anda juga bisa melihat hewan-hewan khas yang tinggal didalam hutan. Diantara hewan-hewan khas tersebut yang paling menarik yaitu bekantan. Bekantan merupakan salah satu hewan yang di lindungi. Monyet ini beda dengan monyet-monyet lain, yang paling unik dari monyet ini yaitu hidungnya yang panjang. Karena hidungnya yang panjang tersebut monyet ini dijuluki sebagai "monyet Belanda". Walaupun memiliki tubuh besar bekantan tetap lincah berayun-ayun dari satu dahan ke dahan lain, menjadi hiburan tersendiri bagi pengunjung. Jadi, saat Anda berada di Tarakan jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati asrinya hutan bakau yang berada di jatung Kota Tarakan, serta melihat lucunya tingkah Bekantan.
Keberadaan satwa langka endemik kalimantan yang dilindungi yaitu monyet bekantan yang hidup bebas, bergelantungan, dan meloncat dari pohon ke pohon yang lainnya sebagai salah satu keindahan ciptaan tuhan.
Dibandingkan dengan jenis monyet atau kera lainnya, hidung monyet bekantan ini mungkin lebih besar. Hidung sang jantan utamanya menggantung seakan-akan gelayut dan jatuh menutup bibir, mirip buah terong yang besar membengkak ujungnya. Semakin dewasa hidung untuk sang jantan kian mekar sampai sekitar 7,5 cm dan tidak heran kalau pakar primata asing menjulikinya monyet berbelalai.
Kalimantan selatan menjuluki bekantan sebagai warik walanda atau monyet belanda karena hidungnya yang mancung dan warna bulu serta kepaalanya yang kuning coklat kemerahan itu. Monyet ini juga memiliki panjang ekor yang melebihi panjang tubuhnya dan hanya yang jaantan berhidung mancung “belanda”.
Saat populasi bekantan di KKMB ada 47 ekor, 14 ekor diantaranya lahir di kkmb. Mereka terbagi dalam 3 kelompok yang memperebutkan posisi “kepala suku” bekantan di kawsan tersebut. Konon sang “kepala suku” bekantan itu harus perkasa luar dalam karena hanya dia yang boleh mengawini semua betina dalam kelompoknya. Pejantan dewasa lainnya harus taat dan patuh sebagai anak buah.
Keunikan dan pesona kkmb bukan hanya “monyet belanda”nya, tapi juga panaroma atau view perpaduan suasana alam laut dan hutan mangrove yang dinamis dengan segala kekayaan flora dan faunanya. perpaduan yang dinamis tersebut menghasilakan 3 view (panaroma) yang berbeda yang masing-masing mempunyai keindahan tersendiri.
Panaroma pertama ketika air surut, kita bisa melihat keindahan pohon bakau dari pucuk pohon sampai ke akar-akar tunjang yang berjuntai mencengkram tanah berlumpur. Sementara itu para bekantan dan kera ekor panjang bermain di antara perakaran pohon-pohon bakau sambil mencari ikan dan kepiting. Pada saat air surut akan nampak pula gundukan-gundukan tanah “istana kepiting”. Kepiting yang aneka warna dapat kita temukan di sekitar aliran sungai di tengah kkmb.
Ketika air surut kita dapat juga mengamati ikan “unik” yang dikenal sebagai ikan gelodok atau tempakul (nama lokal) berlompatan, bertarung, sembunyi di lumpur atau “memanjat” pohon bakau. Tak jarang ikan ini mengeluarkan suara “klok-klo-klok” yang cukup keras sehingga menciptakan suasana khas pesisir. Ada beberapa spesies ikan jenis ini yang dapat kita lihat. Bila beruntung kita bisa juga bertemu dengan “komodo mini”, biawak, yang panjangnya bisa mencapai sekitar 2 sampai 3 meter, sedang merangkak di atas pohon atau di balik perakaran mangrove.
Panaroma kedua adalah ketika air mulai pasang kira-kira setinggi 60 cm dari dasar pantai. Pada saat itu, kita bisa melihat ular-ular laut berenang, ikan, dan berbagai biota laut yang saat tertentu kita bisa lihat. Ini juga saat yang tepat bagi pengunjung yang tertarik untuk mendapatkan pengalaman unik yang berkesan, yaitu menangkap kepiting tradisional “ambau”. “ambau” adalah sejenis perangkap kepiting yang sederhana tetapi praktis.
Panaroma ketiga adalah ketika air pasang naik maksimal, sekitar 10 cm dibawah jembatan ulin. Kita seolah-olah berada di lautan anatra tegakan-tegakan berbagai spesies pohon mangrove yang asri.
Bagi pengunjung yang ingin mengetahui tingkah laku kawanan bekantan, si monyet belanda, maka disarankan untuk hunting dengan kamera video atau photo, lebih baik bila dilengkapi dengan tele.
Akses Letaknya yang berada di jantung kota membuat kawasan wisata ini mudah untuk di temukan. Dari kompleks THM Simpang Tiga yang merupakan pusat keramain Kota Tarakan Anda bisa menggunakan kendaraan umum seperti angkot, hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Jika Anda ingin bersantai, bisa juga berjalan kaki. Letak kawasan hutan mangrove berbatasan langsung dengan komplek Pasar Gusher yang merupakan sentra perekonomian masyarakat Tarakan dan dan kawasan industry cold storage serta pelabuhan Tengkayu II.
Kawasan Konsevasi Mangrove dan Bekantan (KKMB)
Jl. Gajah Mada, Tarakan, Kalimantan Timur
Tarif Masuk: Anak-Anak Rp. 2.000,-
Dewasa Rp. 3.000,-