Baca Juga
Pengertian Ergonomi Dan Ruang Lingkupnnya
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu, disisi lain akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi dan tidak akan ada risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja, dan lingkungan kerja.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan yang berujung pada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih diperhatikan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulus audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not enough”. Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal.
Egonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana manusia bekerja. (http://www.angkasa-online.com/09/12/cakra/cakra1.htm). Ergonomi atau Ergonomic (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Nurmianto, 1996). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat – alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia. (Sutalaksana :"Teknik Tata Cara Kerja”).
Perhatian utama ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut. (Wesley E Woodson, 1991). Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapaidengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).
Sedangkan Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
- Teknik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
- Anthropometri
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh dan aktivitas otot.
Cakupan Dari Ergonomi Di Industri
Ruang lingkup ergonomi yang mencangkup antara pekerja dan lingkungan yang ada di industry, salah satunya Penerapan ilmu pengetahuan yang berkaitan kinerja manusia (fisiologi, psikologi, dan industri rekayasa) memperbaiki sistem kerja, yang terdiri dari orang tersebut, pekerjaan, alat dan peralatan, tempat kerja dan ruang kerja, dan lingkungan sekitarnya.
- Desain, modifikasi, penggantian dan pemeliharaan peralatan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
- Desain dan modifikasi ruang kerja serta tata letak tempat kerja untuk kemudahan dan kecepatan operasi, pelayanan dan pemeliharaan.
- Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan alokasi tugas antara operator (manusia) dan mesin.
- Perancangan kondisi lingkungan fisik kerja yang mampu memberikan kenyamanan, keamanan/keselamatan dan kesehatan kerja bagi manusia untuk meningkatkan motivasi kerja, kualitas lingkungan kerja dan produktivitas.
Ø Faktor fisik dari lingkungan kerja:
1. Kebisingan: 85 dBA.
2. Iklim Kerja: suhu kering (24-26 oC), suhu basah (21-30 oC), Kelembaban (65-95 %).
3. Getaran: 4-5 Hz untuk organ perut dan tulang belakang sedangkan 40-80 Hz untuk ketajaman mata.
Aplikasi Dan Penerapan Ergonomi
1. Posisi Kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
a. Posisi Kerja Duduk
· Keuntungan:
1. Mengurangi kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yg tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
Gambar a: Gambar Disamping Posisi Kerja Duduk
· Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam.
b. Posisi Kerja Berdiri
· Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.
· Kerugian: Otot kaki cepat lelah.
Gambar b: Posisi Kerja Berdiri
c. Posisi Kerja Duduk - Berdiri
Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.
Gambar: Posisi Kerja Duduk-Berdiri
2. Proses Kerja. Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
Gambar: Jangkauan
3. Tata letak tempat kerja. Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional harus lebih banyak digunakan daripada hanya kata-kata saja.
Gambar: Tata Letak Tempat Kerja antara yang Ergonomis dan yang Tidak Ergonomis
4. Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
a) Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
- Frekuensi pergerakan diminimalisir.
- Jarak mengangkat beban dikurangi.
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
b) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan bagaimana cara mengangkat beban yang baik. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Gambar: Cara Mengangkat Beban
· Prinsip kerja mengangkat beban:
- Posisi kaki yang benar.
- Punggung kuat dan kekar.
- Posisi lengan dekat dengan tubuh.
- Mengangkat dengan benar.
- Menggunakan berat badan.
c) Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Tanda – Tanda Sistem Kerja Yang Tidak Ergonomi
1. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.
2. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan.
3. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).
4. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang.
5. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.
6. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.
7. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok.
8. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup.
9. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan.
10. Komitmen kerja yang rendah.
11. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan.
Kaitan Ergonomi Dan Industri
ENASE yaitu Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, Efisien masing-masing orang.
Efektif : bekerja dengan efektif sehingga target terpenuhi
Nyaman : pekerja tidak gampang lelah
Aman : timbul rasa aman dan tidak was-was dalam bekerja
Sehat : kondisi dimana karyawan merasa tidak sakit
Efisien : bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit mungkin.
Konsep ENASE dalam kaitan dengan ergonomi menciptakan metode, lingkungan dan peralatan kerja yang mampu menstimulasi ENASE sesuai dengan pekerjaan. Jadi ENASE merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi ergonomi. ENASE tidak hanya dirasakan oleh fisik pekerja tetapi juga dapat dirasakan secara psikologis juga. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara terus menerus (dalam keadaan statis) akan menimbulkan rasa lelah dan bisa jadi berkembang menjadi rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk mengalami beberapa keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.
Ø Trauma pada jaringan timbul karena:
· Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
· Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
· Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
Ø Contoh-contoh dari CTD:
· Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
· Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
· Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
· Carpal Tunnel Syndrome
· Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
· White finger (pembuluh darah di jari rusak).
Gambar: Contoh-Contoh dari CTD
Ø Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut diatas yaitu:
1. Lingkungan kerja
2. Penerangan/cahaya
3. Temperatur/suhu udara
4. Kelembaban
5. Sirkulasi udara
6. Musik
7. Kebisingan
8. Keamanan
9. Getaran mekanis
10. Bau tidak sedap
11. Tata Warna
12. Dekorasi
Ø Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:
- Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.
- Melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
- Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman, nyaman dan selamat.
- Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.
- Memberikan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.
- Merencanakan rekreasi bagi seluruh karyawan.
Evaluasi Ergonomi
Berdasarkan Antropometri, Biomekanika, Fisiologi Kerja, Pencegahan dan Pengendalian Bahaya.
Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja dapat menjadi lebih produktif dan efisien. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang penelitian, yaitu:
- Antropometri
- Biomekanika
- Fisiologi
- Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
1. Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang digunakan manusia.Antropometri dibagi atas dua bagian utama, yaitu:
a) Antropometri Statis (struktural). Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier permukaan tubuh.
b) Antropometri Dinamis (fungsional). Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan peralatan.Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk pengguna. Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan sampel data yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Umur. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
2. Jenis kelamin. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
3. Rumpun dan Suku Bangsa
4. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
5. Kondisi waktu pengukuran.
Metode Perancangan dengan Antropometri (Antropometric Method) terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data antropometri, yaitu:
1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual) yang terbaik secara ergonomi.
2. Sesuai dengan populasi pemakai/pekerja Perancangan untuk populasi sendiri memiliki tiga pilihan yaitu:
a) Design for extreme individuals. c) Design for average.
b) Design for adjustable range.
Gambar: Antropometri Perempuan
Gambar: Antropometri Laki-Laki
2. Biomekanika
Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat material handling, seperti pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual yang tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan.
Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu kerja tertentu, misalnya penanganan atau pemindahan material secara manual. Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.
3. Fisiologi
· Pengukuran Konsumsi Energi
Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan yang erat antara satu dengan lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan kerja fisik. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui perubahan :
a) Konsumsi oksigen.
b) Denyut jantung.
c) Pengeluaran Energi.
d) Peredaran udara dalam paru-paru.
e) Temperatur tubuh.
f) Konsentrasi asam laktat dalam darah.
g) Komposisi kimia dalam darah & air seni.
h) Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu bekerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran :
a) Kecepatan denyut jantung
b) Konsumsi oksigen
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dan pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun dalam penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat. (Widyasmara, 2007).
· Pengukuran Beban Psikologis
Aspek psikologi dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikologi tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri pekerja (internal) atau dari luar diri pekerja/lingkungan (eksternal). Baik factor internal maupun eksternal sulit untuk dilihat secara kasat mata, sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor yang dapat diukur secara objektif, atau pun dari tingkah laku dan penuturan pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan. Pengukuran beban psikologi dapat dilakukan dengan :
Ø Pengukuran beban psikologi secara objektif
a. Pengukuran denyut jantung.
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya level pembebanan kerja.
b. Pengukuran waktu kedipan mata.
Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi kedipan lebih pendek.
c. Pengukuran dengan metoda lain.
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada suatu saat sulit untuk diikuti oleh mata biasa.
4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor resiko.
1. Pengendalian secara Teknik
2. Pengendalian secara Administrasi
3. Desain Kantor Kerja
4. Pelatihan
1. Pengendalian secara Teknik
Teknik kontrol adalah mekanisme yang lebih disukai untuk mengendalikan bahaya ergonomis. Ini mungkin memerlukan merancang ulang stasiun kerja, metode kerja, dan alat untuk mengurangi tuntutan pekerjaan, seperti tenaga, pengulangan, dan posisi yang aneh. Seperti pada gambar dibawah ini salah satu cara dalam bekerja secara ergonomis dengan cara pengadaan suatu alat (yaitu berupa tempat duduk/kursi seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini).
Gambar: Bekerja secara Ergonomis (kiri) dan Tidak Ergonomis (kanan)
2. Pengendalian secara Administrasi
- Penggantian personil untuk berbagai macam pekerjaan dengan persyaratan fisik yang berbeda.
- Membuat jadwal kerja / jadwal istirahat istirahat.
- Pelatihan personil untuk menggunakan metode kerja yang sesuai / cocok.
3. Desain Kantor Kerja. Kantor kerja harus mudah disesuaikan untuk mengakomodasi pekerja dalam melakukan tugas.
4. Pelatihan
- Pelatihan harus memungkinkan setiap orang untuk mengenali faktor risiko dan memahami prosedur yang digunakan untuk meminimalkan resiko.
- Pelatihan penyegaran harus disediakan setiap tahun dan pelatihan ulang harus dilakukan ketika personil ditugaskan ke pekerjaan baru dengan risiko yang berbeda, atau risiko baru ditemukan.