Baca Juga
Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Ahli
Sebelum membahas mengenai definisi komunikasi antar-pribadi, kita perlu membedakan antara komunikasi non-antarpribadi dan komunikasi antarpribadi. Miller dan Steinberg (1975) membedakannya berdasarkan tingkatan analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi guna mengetahui apakah komunikasi itu bersifat non-antarpribadi atau antarpribadi. Menurut mereka terdapat tiga tingkatan dalam melakukan prediksi, yaitu kultural, sosiologi, dan psikologis.
a. Analisis Tingkat Kultural
Kultur merupakan keseluruhan karangka kerja komunikasi: kata- kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi wajah, penggunaan waktu, ruang, dan materi, dan cara ia bekerja, bermain, bercinta, dan mempertahankan diri. Kesemuanya itu dan selebihnya merupakan sistem-sistem komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dapat dibaca secara tepat apabila seseorang akrab dengan prilaku dalam konteks sejarah, sosial, dan kultural ( Edward T. Hall, 1976 ). Terdapat dua macam-macam, yaitu homogeneous apabila orang-orang di suatu kultur berprilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu juga sama. Sedangkan yang heterogemous adanya perbedaan-perbedaandi dalam pola prilaku dan nilai-nilai yang dianutnya. Jadi, apabila komunikator melakukan prediksi terhadap reaksi penerima atau receiver sebagai akibat menerima pesan dengan mengguanakan dasar kultural.
Pada analisis tingkat kultural sering terjadi kesalahan dalam menangkap makna yang disamapikan komunikator dan komunikator sering juga menyampaikan pesan yang kurang dimengerti oleh komunikan misalnya dalam berkomunikasi dengan orang berbeda latar budaya dalam menggunakan kata-kata yang terkadang memiliki makna yang berbeda. Misalnya , kata cokot bagi orang Jawa dan Sunda berbeda maknanya bagi orang Jawa, kata tersebut memiliki arti “ mengigit” dan bagi orang sunda berarti “ mengambil”. Men-cokot sabun bagi orang Sunda berarti mrngambil sabun sedangkan bagi orang Jawa berarti mengigit sabun. Perbedaan makna tersebut bisa juga berkaitan dengan stereotip sosial yang sifatnya negatif terhadap pihak lain. Jadi, bukan hanya masalah perbedaan makana sebuah kata tetapi bisa juga perbedaan sikap, persepsi seseorang terhadap orang lain yang berbada latar belakang budayanya. Selain itu juga manyangkut masalah tradisi, adat istiadat, kebiasaan, peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang bisa saja berbeda dengan budaya lain.
b. Analisi Pada Tingkat Sosiologis
Apabila prediksi komunikator tentang reaksi komunikan terhadap pesan-pesan yang ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan komunikan didalam kelompok sosial tertentu, maka komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Keanggotaan kelompok merupakan golongan orang-orang yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Kelompok menyerupai budaya karena anggota kelompok memperlihatkan pola perilaku dan nilai yang membedakannya dari kelompok lain. Kelompok pada umumnya terdapat jumlah anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan anggota yang ada di seluruh budaya.
c. Anlisis Pada Tingkat Psikologis
Apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap prilaku komunikasi didasarkan pada analisis dari pengalaman-pengalaman belajar individual yang unik maka prediksi itu didasarkan pada analisis tingkat psikologis. Dua orang yang sering berinteraksi mencari perbedaan – perbedaan yang relevan pada orang yang diajak komunikasi. Jadi komunikator melihat bahwa setiap orang memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya satu sama lainnya. satu sama lain terutama pada data psikologis secara khusus menegaskan bahwa mereka mengenal satu sama lain sebagai individu. Penegasan ini berarti bahwa telah mendapatakan pengertian didalam karakteristis yang unik mengenai kepribadian satiu sama lain.
Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut padang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna tersendiri terhadap hubungan dimana dia terlihat di dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologis acapkali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antar pribadi.
Perbedaan Pokok Antar Komunikasi Non-Antarpribadi Dan Komunikasi Antarpribadi
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibedakan antara komunikasi antar pribadi dan komunikasi non-antar pribadi. Apabila prediksi mengenai hasil komunikasi terutama didasarkan pada tingkat analisis kultural dan sosiologis, maka komunikator terlibat dalam komunikasi non-antarpribadi. Pada komunikasi non-antarpribadi di tingkat kultural dan sosiologis, prediksi mengenai hasil – hasil komunikasi dapat disamakan dengan apa yang dinamakan generalisasi rangsangan (stimulus generalization) yakni individu dalam melakukan prediksi mencari kesamaan di antara para pelaku komunikasi lainnya. Generalisasi rangsangan mirip dengan proses abstraksi. Contohnya adalah ketika kita melakuakan sebuah observasi terhadap sekelompok objek, misalnya mengenai jabatan seorang direktur, kita akan membuat aspek – aspek yang memiliki kesamaan. Dengan begitu, kita akan dapat menyimpulkan bahwa orang yang memiliki jabatan direktur adalah orang yang memiliki ciri, seperti : selalu berdasi, rapi, berkemeja, memiliki banyak anak buah, dan sebagainya. Namun terkadang generalisasi rangsangan ini tidak sesuai dengan kenyataan. Terkadang saat kita bertemu dengan seseorang dengan ciri direktur, ternyata hal tersebut jauh dari kenyataan, karena ternyata orang yang bersangkutan hanyalah seorang sales.
Sebaliknya, pada komunikasi antarpribadi, prediksi pada tingkat psikologis mengenai hasil komunikasi dapat disamakan dengan perbedaan rangsangan (stimulus discrimination), yaitu seseorang dalam melakukan prediksi mencari perbedaan yang relevan pada komunikan. Jadi komunikator melihat bahwa individu memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya satu sama lainnya.
Komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta kalau terdapat kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing pihak dan memberikan respon atas keadaan tersebut. Sebagaimana sifat komunikasi, maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling memperhatikan, saling memahami, penuh pengertian, dan keakraban. Berdasarkan uraian di atas, maka Komunikasi Antarpribadi dapat di definisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai komunikan), komunikator dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada komunikan, sedangkan komunikan dengan gayanya sendiri menerima pesan dari komunikator.
Fungsi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan :
1. Fungsi Sosial
· Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan yang lain.
· Mengembangkan hubungan timbal balik
Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi hubungan timbal balik ini berfungsi sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi antar pribadi sehingga harapan-harapan dalam proses komunikasi menjadi sungguh-sunguh terjadi.
· Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.
· Menangani konflik
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bias menjadi sangat sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara yang akan membantu individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian KAP berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu konflik didalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat. Dengan adanya KAP maka permasalahan kecil.
2. Fungsi pengambilan keputusan
· Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan yang dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan komunikasi.
· Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara tidak langsung membujuk kalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
Hal-hal yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi :
1. Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah meberikanmakna terhadap stimui inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhaddap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan 5 hal yaitu :
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
b. Merasa setara dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan factor yang sangat menentukan dalam komunikasi antar pribadi yaitu :
- Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiaporang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orng yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, memplajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
- Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman dan gagasan baru.
- Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
- Selektifitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri ( terpaan selektif ), bagaimana kita mempersepsi pesan ( persepsi selektif ), dan apa yang kita ingat ( ingatan selektif ). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan ( penyandian selektif ).
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal :
- Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata – mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif sebaliknya jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negative.
- Efektivitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dengan satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila kita berkumpul dengan orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi. Miller ( 1976 ) dalam explorations in interpersonal communication, menyatakan bahwa “memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan rasional, dan pada gilirannya ( secara serentak ), perkembangan rasional mempengaruhi sifat komunikasi antar pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”
Lebih jauh, Jalalludin Rakhmat ( 1994 ) memberi catatan bahwa terdapat tiga factor dalam komunikasi antar pribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu : a. percaya, b. sikap suportif, dan c. sikap terbuka.
Komunikasi Antar Pribadi yang Efektif
Jalaluddin Rachmat (1986:147) menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi yang efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, maka kita akan menyenangi mereka. Komunikasi pun berlangsung lebuh santai, gembira, dan terbuka. Sedangkan apabila kita berkumpul dengan orang-orang yang kita benci atau tidak sukai, maka akan membuat kita tegang, resah dan tidak enak. Kita akan cenderung menutup diri dan menghindari komunikasi.
a. Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya:
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah memang milik kita dan kita dapat mempertanggungjawabkannya.
2. Empati
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap Mendukung
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi
5. Kesetaraan
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
b. Unsur – unsur Komuniasi yang Efektif
Jika ingin komunikasi menjadi efektif maka unsure-unsur berikut perlu diperhatikan.
1. Sumber (komunikasi). Komunikator sebagai pengirim esan hendaknya benar-benar siap dengan pesanya. Pesan dikemas dengan bahasa tulis atau bahasa lisan yang benar-benar bisa dipahami oleh pendengar pesan.
2. Media atau saluran pengiriman pesan. Media yang digunakan dalam mengirim pesan juga harus jelas dan tidak bias. Mengajarkan organ tubuh manusia bagi anak-anak sekoah dasar maka medianya harus jelas dengan menggunakan alat perasa torso manusia.
3. Menerima pesan ( komunikan atau receiver). Pihak penerima pesan juga harus siap menerima pesan. Dengan pengetahuannya atau emahamannya maka komunikan harus focus pada pesan yang diterima.
4. Efek, yaitu apa yang terjadi setelah menerima pesan. Apakah dengan mudah komunikan merespon kembali pesan yang diterima, atau apakah ada perubahan sikap setelah melakukan komunikasi, atau apakah terjadi perubahan perilaku. Jika terjadi perubahan yang diharapkan oleh komunikator sebagai akibat dari komunikasi iti maka komunikasi akan menjadi sangat efektif.
c. Syarat - syarat Komunikasi yang Efektif
Agar komunikasi menjadi efektif maka syarat-syarat berikut perlu diperhatikan yaitu, (1) meniptakan suasana yang saling menguntungkan, (2) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti bila mungkin bahasa yang digunakan adalah bahasa yang setara (3) pesan yang disampaikan menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan, (4) pesan yang disampaikan menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan, (5) pesan yang disampaikan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang efektif:
1. Harus diingat bahwa komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan kegiatan yang terus meneerus dalam sebuah proses. Jadi dalam tersebut ada yang mempengaruhi dan ada pula yang dipengaruhi.
2. Komunikasi adalah sebuah system. Bahwa komunikasi merupakan sebuah system terdiri dari beberapa sub system. Ada komunikator ada komunikan dan ada saliran, ada media komuniasi manakala satu sub system terganggu akan yang lain jga terganggu.
3. Bahwa komunikasi bersifat transaksi dan komunikasi. Yang di maksud dengan interaksi adalah saling bertukar pesan. Seseorang berbicara dan yang mendengar pembiaraan itu memberikan reaksi atau komentar atas pesan yang disampaikan. Komunikasi itu sering berubah ataun berlanjt menjadi transaksi yaitu melakukan perjanjian.
d. Cara-cara Melakukan Komunikasi yang Efektif
Agar komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif maka perlu memperhatikan cara-cara berikut.
1. Menguasai ragam komunikasi. Komunikasi itu banyak ragamnya. Berkomunikasi dengan bahasa lisan atau bisa pula berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Ada pula berkomunikasi dengan bahasa isyarat atau bahasa non verbal. Tehnik yang dipakai tergantung pada dimana komunikasi itu dilakukan dengan siapa berkomunikasi. Jika menggunakan bahasa verbal maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) kata-kata digunakan dalam berkmunikasidapat dimengerti, (2) kecepatan (speed) dapat diatur dengan tepat artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, (3) intonasi suara, dalam pengucapan dan pengejaan kata harus jelas dengan kata dan intonasi yang benar dan tepat, (4) volime suara, dapat diatur dengan baik tidak terlalu keras dan tidak terlalu kecil, tergantung pada komunikan, (5) singkat dan jelas. Komunikan akan efektif bila pesan yang disampaikan jelas dan singkat. (6) Timing ( waktu yang tepat) artinya, menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang didengar apa yang disampaikan. Bila menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh dan gerak isyarat. Semua itu akan menggabarkan isi hati pengiriman pesan atau penerima pesan. Apakah semua itu telah sesuai dengan apa yang dikemukakan secara lisan.
2. Bersikap empati. Sebagaimana disebutkandidepan bahwa empati adalah memposisikan diri dalam situasi yang dialami dan sekaligus memahami apa yang dirasakan oleh komunikan.
3. Pleksibel. Anda tidak harus kaku dan serius dengan gaya yang formal. Komunikasi itu perlu sisipan informal dengan humor agar santai.
4. Lugas dan ringkar. Gunakan kata atau kalimat yang to the point dan ringkas. Dan sedapat mungkin dengan kata atau kalimat pendek tetapi tidak mengurangi makna atau maksud. Pemakaian kata atau kalimat yang bertele-tele menjadi membosankan.
5. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Terkadang bahsa tubuh lebih bermakna ketimbang bahasa verbal karena sulit dimanipulasi.
6. Menjadi pendengar yang baik. Artinya apabila ada seseorang yang sedang berbicara maka kita harus mendengarkan dengan baik agar bisa memberikan respon yang tepat sesuai dengan harapan lawan bicara kita.
7. Konsisten. Konsisten mempunyai makna kesucian. Dalam konteks komunikasi maka komunikator tidak dengan mudah memindahkan topik-topik pembicaraan kepada komunikan sehingga komunikan menjadi bingung.
8. Egaliter. Artinya tidak membuat sekat-sekat atau pembatas antara komunikator dengan komunikan. Jika ini tersa makna hubungan baik menjadi terhapus.
9. Terbuka. Dalam artian bersedia untuk dikresi jika ada kekeliruan dan meminta maaf jika salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi.