Baca Juga


Saat menyebut kata Surakarta bagi sebagian orang yang tentunya tinggal jauh dari kota ini, terasa asing. Lain halnya saat menyebut kata Solo, orang lebih mengenal nama itu. Sebuah kota di Jawa Tengah yang kehidupan masyarakatnya ayem tentrem tak ada gejolak yang berarti. Kota seluas 44 km2 ini dibatasi dengan Kabupaten Karanganyar dan kabupaten Boyolali disebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan kabupaten Sukoharjo disebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo disebelah selatan. Dilewati sungai Bengawan Solo di sisi timur.

Surakarta

Surakarta adalah nama resmi pemerintah kota. Nama yang tersemat dalam pemerintahan, sekolah, dan semua pelayanan publik pemerintah. Kata Surakarta sendiri berawal dari kehendak Pakubuwono II saat mendirikan karaton yang terletak di desa Sala dengan nama resmi Nagari atau Karaton Surakarta Hadiningrat.

Solo

Solo lebih terdengar akrab, apalagi setelah nama Jokowi, walikota Solo, Gubernur DKI Jaya, yang sekarang Presiden RI, naik daun membuat Solo semakin di kenal. Berbagai even di kota Solo pun lebih memilih menggunakan nama Solo seperti SIPA (Solo International Performing Art), SIEM (Solo International Ethnic Music), dan masih banyak even yang menggunakan nama Solo daripada Surakarta.

Solo dikisahkan adalah sebuah desa. Desa itu bernama desa Sala yang kemudian mengalami perubahan pelafalan menjadi Solo seperti saat kita menyebut kata soto. Nama Sala berasal dari nama sesepuh desa ini bernama Kyai Gede Sala yang karena jasa-jasanya diabadikan sebagai nama desa yang menjadi cikal bakal berdirinya Karaton Surakarta Hadiningrat.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (http://anekatempatwisata.com)

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat terletak di Jl. Mangkubumen Sasono Mulyo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta/Solo, sebagai pertanda di depan dan belakang Keraton ada Lapangan atau Alun-alun, hingga sekarang dipakai pertanda pada umumnya pada Kantor Bupati di depannya terdapat juga Alun-alun.

Inilah simbol dan cikal bakal kota Surakarta. Didirikan pertama kalinya pada tahun 1744 oleh Sunan Paku Buwono II, Keraton Surakarta menjadi sebuah tempat yang menyimpan banyak nilai sejarah. Tahukah Anda, di keraton ini terdapat menara yang disebut Panggung Sanggabuwana. Konon, di sinilah Susuhunan bersemedi dan bertemu Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai Selatan.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (https://www.flickr.com)

Tatkala mengunjungi tempat wisata Solo yang satu ini, Anda wajib mematuhi berbagai peraturan, seperti tidak memakai topi dan kacamata hitam, tidak bercelana pendek, tidak menggunakan sandal dan jaket.

Anda dapat meminjam kain bawahan untuk digunakan selama mengelilingi kawasan keraton jika ternyata Anda sedang mengenakan celana pendek saat sampai di sana. Harga tiket masuk keraton adalah sebesar Rp 4 ribu per orang. Jika Anda membawa kamera, akan dikenakan tiket tambahan Rp 2 ribu.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Jl. Mangkubumen Sasono Mulyo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta
Infomasi: (62) 271 641 243, 656 432
Hari/Jam Buka: Senin hingga Kamis, Jam 09.00 – 14.00 WIB, Jum’at tutup, Sabtu dan Minggu, Jam 09.00 – 15.00 WIB

Benteng Vastenburg

Benteng Vastenburg (http://wisata.kompasiana.com)

Benteng Vastenburg terletak di Jl. Mayor Sumarno, Gladak, Surakarta dan dikelilingi oleh pusat kulakan kain batik khas Solo. Benteng Vastenburg yang dulu digunakan sebagai pusat pengawasan kolonial Belanda untuk mengawasi gerak-gerik Keraton Kasunanan,

Dulu bangunan ini bernama "Grootmoedigheid" dan didirikan oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff pada tahun 1745. Benteng ini dahulu merupakan benteng pertahanan yang berkaitan dengan rumah Gubernur Belanda.

Benteng Vastenburg (http://www.skyscrapercity.com)

Benteng dikelilingi oleh kompleks bangunan lain yang berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal perwira dan asrama perwira. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok batu bata setinggi enam meter dengan konstruksi bearing wall, terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan belakang. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel bendera. Setelah kemerdekaan pernah berfungsi sebagai kawasan militer dan asrama bagi Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya / Kostrad.

Pura (Keraton) Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran (http://www.skyscrapercity.com)

Pura Mangkunegaran terletak di Jl. Ronggowarsito, Banjarsari, Surakarta. Bentuk pura Mangkunegaran ini layaknya keraton, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Bangunan ini terbuat dari kayu jati utuh. Di tempat ini kita bisa melihat berbagai koleksi sejarah seperi peralatan tari, wayang, gamelan dan barang barang bersejarah lainnya.

Beranda Dalem, ruang keluarga Mangkunegaran (http://id.wikipedia.org)

Didirikan oleh Raden Mas Said yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyowo pada tahun 1757 setelah penandatanganan perundingan Salatiga pada tanggal 13 maret 1757. Selain sebagai simbol pusat budaya Jawa, didalam puro Mangkunegaran juga terdapat Museum penyimpanan benda-benda bersejarah dengan nilai seni tinggi seperti perhiasan untuk menari dari emas murni, topeng dari berbagai daerah dan gamelan. Sejak tahun 1968, Istana atau Puro Mangkunegaran dapat dikunjungi oleh umum baik untuk wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara. Dengan ciri arsitektur yang sama dengan keraton,di dalam Istana Mangkunegaran terdapat pamedan, pendopo, pringgitan, dalem dan kaputran yang seluruhnya dikelilingi tembok-tembok kokoh. Seluruh bangunan dibangun tanpa menggunakan paku. Bangunan ini dibangun dengan tiga bagian utama yang tiap bangiannya merupakan simbol dari tiga tahap utama kehidupan : Kelahiran, Kehidupan dan Kematian.

Pura Mangkugeran
Jl. Ronggowarsito, Banjarsari, Surakarta
Informasi : (62) 271 634 467
Hari/jam buka : tiap hari pukul 09.00 – 14.00 WIB | Minggu / Libur 09.00 – 13.00 | Jumat tutup

Loji Gandrung

Loji Gandrung atau Rumah Dinas Walikota Solo (http://xrose.wordpress.com)

Loji Gandrung atau Rumah Dinas Walikota Solo terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 261, Surakarta. Awalnya, Rumah Dinas Walikota Solo ini adalah rumah pribadi seorang pengusaha perkebunan asal Belanda, Johanes Agustinus Dezentje (1797-1839). Ia menikahi seorang wanita pribumi Raden Ayu Cokrokusumo, salah seorang kerabat Raja Susuhunan Paku Buwono IV (Sumber : Rumah Solo – Nina Tanjung).

Nama Lodji Gandrung yang disematkan pada bangunan ini karena awalnya sering digunakan untuk pesta dansa berpasangan diiringi musik layaknya pasangan yang sedang gandrung-gegandrungan (baca : jatuh cinta).

Teras Loji Gandrung dengan Kursi Antik (http://plezierku.wordpress.com)

Pada masa-masa setelah kemerdekaan, bagunan ini digunakan sebagai Markas Militer Brigade V Slamet Riyadi. Tak hanya itu, Lodji yang terletak di jantung Kota Solo ini juga menjadi saksi saat Jendral Gatot Soebroto melakukan perundingan guna menyusun taktik untuk menyerang Belanda yang membonceng NICA pada 1948-1949 untuk merebut kembali daerah kekuasaannya. Untuk mengenang jasa Jenderal Gatot Subroto, tepat di halaman depan Lodjie Gandrung masih terpasang patung Jenderal Gatot Subroto. Satu kamar khusus Lodjie Gandrung diberi nama Kamar Sukarno, untuk mengenang Presiden Sukarno saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Solo pada tahun 1961. Tapi sayang, ruangan ini tak diperbolehkan untuk mengambil gambar.

Sampai saat ini bentuk bangunan utama Loji Gandrung tidak berubah sama sekali, hanya bagian belakangnya saja yang ditambahi joglo. Loji Gandrung juga termasuk dalam bangunan cagar budaya yang dilindungi.

Loji Gandrung atau Rumah Dinas Walikota Solo
Jl. Slamet Riyadi No. 261, Surakarta

Museum Radyapustaka

Museum Radyapustaka (http://surakarta.go.id)

Museum Radyapustaka terletak di Komplek Taman Sriwedari, Jl. Slamet Riyadi, Surakarta, merupakan museum tertua ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913.

Museum Radyapustaka (http://bisniswisata.co)

Kala itu gedung museum merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar. Museum ini terkenal dengan beragam koleksi peninggalan budaya Jawa seperti wayang kulit, wayang golek, keris, arca Hindu dan Budha, buku Jawa kuno sebanyak 2500 yang ditulis oleh Ronggowarsito dan Yosodipuro (seorang pengarang besar dari Jawa). Museum yang sebelumnya digunakan sebagai pusat studi Jawa ini terletak di taman Sriwedari.

Museum Radyapustaka 
Komplek Taman Sriwedari, Jl. Slamet Riyadi, Surakarta
Informasi : (62) 271 712 306
Hari/jam buka : Setiap hari pukul 08.00 – 13.00 WIB | Jumat 08.00 – 11.00 | Senin tutup

Bekas Kantor Kodim

Bekas Kantor Kodim Surakarta (Ndalem Doyoatmojo)

Dulunya terletak di Jalan Slamet Riyadi Surakarta, bangunan ini berkaitan erat dengan Loji Gandrung sebagai rumah komandan pasukan Belanda dan Benteng Vastenburg sebagai pusat pertahanan tentara Belanda di wilayah Surakarta. Sejak beberapa tahun terakhir, kantor Kodim yang baru berada di Jalan Ahmad Yani, sementara kantor yang lama dikembalikan ke pemilik. Setiawan Jodi pernah memiliki kantor kodim ini. Sekitar tahun 2004, gedung ini diambil alih kepemilikannya oleh Bp. Nur Harjanto Doyoatmojo, dan direstorasi dikembalikan ke bentuk dan desain aslinya, dan saat ini menjadi kediaman pribadi diberi nama Ndalem Doyoatmojo.

Terlepas dari riwayat kepemilikannya, bangunan eks Kantor Kodim tersebut memiliki nuansa sisa bangunan Zaman Romantik di Eropa abad ke-18. Kekuatan, detail dan keindahan bangunan tersebut pada lengkung-lengkung yang dimilikinya.

Bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan bentuk denah tak beraturan, yang disertai lengkung dan berbentuk empat persegi. Seperti bangunan kolonial yang lain, bangunan ini tampak kuat dan kokoh, dan memiliki seni arsitektur yang indah. Rancangan bangunan ditandai dengan dinding bagian bawah dilapisi batu kali, pilar yang kokoh menonjol pada pintu masuk serta pada samping-samping pintu. Kanopi terlihat pada pintu masuk, dan juga pada balkon. Dimensi pintu dan jendela dibuat dengan ukuran yang besar dan tinggi.

Pengadilan Negeri Klas 1A Surakarta

Pengadilan Negeri Klas 1A Surakarta (http://pn-surakarta.go.id)

Pengadilan Negeri Klas 1A Surakarta beralamat di Jalan Slamet Riyadi No. 290, Surakarta. Sejarah mencatat, tahun 1903 terjadi reorganisasi peradilan akibat ketidak puasan terhadap sistem dan pelaksanaan peradilan yang berpusat di Kepatihan. Sebelumnya, tanggal 17 Oktober 1901, Sri Susuhunan Paku Buwono X terpaksa menandatangani perjanjian penyerahan pengadilan kepada Pemerintah Hindia Belanda. Akahirnya, pada 1903, Pemerintah Belanda mempertegas rencana perubahan yustisi di Kasunanan dan membentuk beberapa lembaga peradilan baru bernama Landraad. Landraad terdapat di ibukota dan kota Kabupaten.

Berbagai sumber