Baca Juga
Masjid Jamik Isma'iliyah (https://www.flickr.com)
Masjid Jamik Isma'iliyah terletak di jalan Masjid, Desa Beringin, Kecamatan Bedagai, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelah utara masjid berbatasan dengan Sungai Bedagai dan rumah penduduk, sebelah timur dengan jalan besar, sebelah selatan dengan kebun rakyat serta bekas kerajaan Negeri Bedagai, dan sebelah barat dengan kebun rakyat. Adapun bekas kerajaan yang masih terlihat adalah struktur bata merah serta tanah lapang yang luas. Masjid yang merupakan masjid kerajaan ini berdiri di atas lantai bata yang ditata rapi, luas tanah sekitar 900m2, dan dibangun dua lantai dengan pagar tembok dan besi di sekililingnya.
Kepemilikan dan pengelolan masjid diatur oleh keturunan Sultan Bedagai, dimana sampai saat ini fisik dan fungsinya masih terjaga. Menurut ahli waris Sultan Bedagai, masjid dibangun pada tahun 1882.
Papan nama (https://www.facebook.com/people/Masjid-Jamik-Ismailiyah/100008136106202)
Arsitektur
Seluruh bangunan masjid berwarna asli khas Kerajaan Bedagai adalah kuning, biru dan putih. Arsitektur Masjid Jamik Ismailiyah Tanjung Beringin secara umum diilhami gaya bangunan Turki dan Arab.
Ini dapat dilihat dari ukiran dan relief nama Allah dan Muhammad pada tiang penyangga teras masjid. Ukiran-ukiran itu sebanyak 24 buah dan kondisinya masih sangat baik. Bahan-bahan bangunan, mulai dari tiang, atap, dinding dan lantai, didatangkan dari Pulau Penang (Malaysia). Bentuk asli masjid masih terlihat pada pagar tembok yang bergelombang di bagian atasnya dan memiliki dua tiang sebagai penyangga atap. Bangunan masjid ini terdiri dari serambi, ruang utama, menara, tempat wudhu, dan makam.
Serambi
Serambi berada di semua sisi masjid dengan pagar setinggi ± 1meter dan di atasnya berdiri tiang sejumlah 22 buah yang berhiaskan lengkungan. Lengkungan bagian dalam pagar serambi dihiasi bunga dan sulur-suluran, sementara di bagian tiang dihiasi sulur-suluran dan huruf Arab. Adapun hiasan di dinding pembatas antara serambi dengan ruang utama adalah keramik coklat bermotif matahari dan sebagian dicat putih. Terdapat dua buah anak tangga berkeramik kuning sebelum masuk ke serambi. Serambi di sisi utara dan selatan merupakan serambi tertutup berupa ruangan dengan pintu di bagian depan dan belakangnya. Semua sisi serambi selebar 3 meter dari ruang utama atau ruang sholat.
Ruang utama (Ruang Sholat)
Ruang sholat berlantai keramik dan dinding bercat putih berhias kaligrafi ini memiliki ukuran ± 21m x 17m. Memiliki sembilan pintu dan empat jendela dengan bentuk lengkungan di atasnya serta dihiasi ornamen bunga-bungaan. Menurut masyarakat setempat ornamen ini disebut “roda sula” yaitu ornamen khas suku Melayu. Di dalam ruang utama terdapat empat tiang kayu, mihrab, dan mimbar.
Mihrab dan Mimbar
Mihrab dan Mimbar (http://analisadaily.com)
Mihrab terletak di sisi barat berbentuk lengkungan setengah lingkaran dan terbuat dari bahan keramik. Bagian luar mihrab berbentuk bulatan, dua pintu di sisi kanan dan kiri mihrab terlihat dibagian dinding belakang. Di sisi kiri mihrab terletak mimbar yang terbuat dari kayu berukir dengan dua pintu dan tiang di kedua sisi pintu. Mimbar tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yakni bawah (memiliki pintu tangga dengan dinding sisi kiri-kanan penuh ukiran), tengah (tempat duduk pemberi khotbah dengan ukiran berbentuk lengkungan), dan atap (berbentuk kerucut dengan ukir-ukiran bunga dan suluran). Atap masjid bertingkat tiga dan diberi jarak antara setiap atap sebagai ventilasi.
Mimbar khutbah yang terbuat dari kayu dipenuhi ukiran yang sangat rumit. Sama seperti pernak-pernik lainnya, mimbar ini juga diboyong dari Penang. Ciri khas berikutnya adalah kedudukan delapan pintu dan enam jendela yang terasa melegakan dibanding ukuran masjid yang tidak terlalu besar. Pintu-pintu dan jendela itu dirancang dengan desain yang simpel, masih asli dan berdaun.
Menara
Masjid Jami' Ismailiyah juga memiliki menara dengan tinggi ± 50 meter, terdiri dari lima tingkat, dan terletak di sudut timur laut halaman masjid. Tingkat pertama terdiri atas tiga tingkat berbentuk ruangan yang dihiasi dua jendela di setiap sisinya. Menara bagian kedua berbentuk segi delapan, sedangkan bagian ketiga dan keempat berbentuk bulat. Bagian kesatu hingga keempat ini di bagian paling atasnya diberi pagar keliling. Terakhir, bagian kelima berbentuk bulatan-bulatan yang makin kecil ke arah atas, dimana puncaknya dihiasi lingkaran yang di dalamnya berisi bulatan. Selain menara, di halaman masjid sebelah kiri juga terdapat bangunan tempat wudhu yang atapnya berbentuk tumpang dengan hiasan berbentuk “pucuk rebung” sebagai ciri khas bangunan Melayu. Sementara di halaman bagian selatan dan barat dipenuhi makam keluarga Sultan Bedagai. Di bagian belakang masjid terdapat tiga makam dalam satu pagar, yakni makam Sultan Bedagai Tengku Ismail Sulung Laut di bagian tengah dan makam kedua anaknya di sisi kiri-kanan. Nisan dan jirat makam terbuat dari marmer yang mana berdasarkan ahli warisnya, nisan dan marmer tersebut di impor dari Cina.
Pemugaran
Pemugaran dilakukan pada tahun 1937, yakni penggantian atap yang semula dari genteng menjadi seng, meninggikan posisinya melebihi bangunan istana yang masih berdiri pada waktu itu, dan kubahnya diganti dengan yang lebih besar. Kemudian pada tahun 1982 dilakukan pemugaran kedua dengan mengganti lantai bagian dalam masjid dari tegel menjadi keramik dan dilakukan pembangunan menara.
Sumber: KebudayaanIndonesia