Baca Juga
Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life - Otoritas Jasa Keuangan menegaskan perusahaan asuransi tidak diperbolehkan menjual kerangka perusahaan yang telah melakukan merger dalam memenuhi ketentuan single presence policy. Ahmad Nasrullah, Direktur Pengawasan Perasuransian OJK mengatakan perusahaan asuransi diperbolehkan menjual perusahaan sister company untuk memenuhi ketentuan SPP namun tidak diperkenankan saat sudah melakukan merger. “Sudah ada dua perusahaan yang mencoba melakukan itu. Kalau sudah kosong (setelah merger) harus dikembalikan izinnya, tidak boleh dijual,” katanya, seperti dikutip Bisnis, (5/10/2015). Meski demikian, Ahmad enggan memerinci perusahaan yang berniat menjual perusahaan setelah dilakukan merger tersebut.
Seperti diketahui, UU Perasuransian No.40/2014 pasal 16 menyatakan setiap pemegang saham pengendali (PSP) hanya dapat menjadi pengendali satu perusahaan asuransi jiwa, umum, atau perusahaan reasuransi baik konvensional maupun syariah. Namun, ketentuan tersebut tidak berlaku bagi pemegang saham pengendali yang merupakan pemerintah atau negara RI. Perusahaan Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life diwajibkan merger apabila terdapat perusahaan asuransi sejenis yang menjadi sister company dalam grup konglomerasi paling lambat 2017. Namun, perusahaan asuransi tidak diwajibkan merger apabila berdiri sebagai anak usaha perusahaan asuransi yang bersangkutan atau sebagai cucu usaha group. Dia mencontohkan proses merger antara PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk (Asuransi MAG) dan PT Panin Insurance (Panin Insurance) yang merupakan bagian dari konglomerasi Panin Group. Dalam proses itu, Ahmad mengatakan salah satu pihak mengembalikan izin setelah merger dilakukan.
Saat ini, pihaknya tengah mendiskusikan skema terbaik dalam ketentuan single presence policy dengan pertimbangan dari sejumlah perusahaan yang terkena aturan itu. “Kami minta masukan dulu karena masing-masing punya pola penyesuaian dalam aturan ini. Kami akan pelajari apakah merger atau membentuk cucu usaha yang lebih mungkin dilakukan untuk perusahaan, kemudian kami akan dorong mereka,” katanya. lin Waty berkecimpung di industri Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life sejak tahun 1994. Elin berlabuh di beberapa perusahaan asuransi dalam dua dekade terakhir ini. Kariernya diawali pada 1994 di MLC Life. Delapan tahun kemudian, Elin hijrah ke PT Asuransi Cigna. Pada 2008, dia pindah ke PT AIA Financial Indonesia. “Saya memulai karier di PT Sun Life Indonesia di bulan Mei tahun 2013 sebagai Chief Distribution Officer,” kata Elin saat dijumpa SWA Online di Menara Sun Life, Jakarta, pada Selasa (29/9).
Tanggung jawabnya adalah menerapkan strategi distribusi yang apik guna menopang pertumbuhan bisnis Sun Life Indonesia. Ia juga harus mengembangkan bisnis terbaru perusahaan Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life, salah satunya asuransi syariah. Sebelumnya, menurut Elin, produk asuransi syariah hanya dijual oleh agen konvesional. Elin pun melakukan terobosan untuk mengembangkan bisnis barunya dengan membentuk agen asuransi syariah yang dimulai sejak Juli 2014. Lalu, ia merancang saluran distribusi. Caranya memperkuat jumlah agen-agen asuransi syariah sebagai tenaga pemasaran. “Saya melakukannya dari zero, agen asuransi syariah saya tingkatkan dari nol hingga kini mencapai 1.000 agen,” kata penyandang Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta angkatan tahun 1990 ini. Jumlah total agen asuransi di Sun Life Indonesia, mencakup agen konvesional, sebanyak 9.500 agen yang tersebar di 56 kota. Dia berkata akan melipatgandakan agen-agen asuransinya, termasuk agen syariah.
Dia juga bilang dirinya menjadi inisiator sejumlah produk asuransi syariah, di antaranya Brilliance Hasanah Sejahtera dan Briliance Hasanah Protection Plus. Dia menuturkan perusahaanya pada Juli tahun ini meluncurkan Brilliance Amanah, yakni produk unit link syariah. Produk ini mempersiapkan rencana keuangan dan memberikan perlindungan bagi nasabah Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life untuk pergi haji ke Mekkah. Produknya itu, diklaim Elin, direspons positif oleh nasabah. Dengan perannya tersebut, Elin telah memberikan kontribusi penting terhadap kesuksesan perusahaannya dengan menggarap celah bisnis yang potensial. “Potensi asuransi syariah sangat besar sekali,” imbuhnya. Dia juga mengembangkan kekuatan agen dan memperkuat brand perusahaan serta pangsa pasarnya. “Market share di tahun 2013 sebesar 1,3%, sedangkan tahun 2015 mencapai 2,5%,” kata ibu dua anak ini. Elin mengawasi jalur distribusi keagenan khusus syariah yang pertama di Sun Life Indonesia. Perusahaan ini bisa dikatakan sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mau membuka unit khusus syariah.
Imbasnya, Elin dinilai sebagai aktor intelektual di balik keberhasilan Sun Life Indonesia mengembangkan asuransi syariah. “Kami serius menggarap pasar syariah,” ungkapnya. Keseriusan ini tercermin dari penghargaan yang diberikan Global Banking and Finance Review Award kepada Sun Life Indonesia sebagai Penyelenggara Asuransi Jiwa Syariah Terbaik di Indonesia 2015. Guna menangkap potensi pasar syariah, Elin mendirikan lembaga pelatihan internal yang khusus melatih agen-agen asuransi syariah. Namanya Salma Institute Kini, Elin tercatat sebagai orang Indonesia yang pertamakalinya menjadi pucuk pimpinan di Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life. Dia juga menjadi satu-satunya wanita yang menakhodai perusahaan asuransi yang dikenal dengan nama Sun Life Indonesia. Artinya, pencapaian Elin ini menorehkan tinta sejarah selama Sun Life Indonesia beroperasi di negeri ini sejak tahun 1995. Dia didaulat sebagai Presdir Sun Life Indonesia per 17 September 2015 untuk menggantikan pemegang jabatan sebelumnya, yaitu Eddy Belmans yang berpaspor Belgia.
Kevin Strain, Presiden Sun Financial Asia, tidak meragukan kapasitas Elin mengomandani Sun Life Indonesia. “Saya yakin Elin adalah sosok pemimpin yang tepat membawa bisnis lebih maju ke depan seiring dengan strategi utama kami membangun keagenan dan bancassurance,” ucap Kevin. “Sun Life sejak awal melihat saya sebagai sosok suksesor dan kepercayaan ini sangat membanggakan karena selama 20 tahun Sun Life Indonesia di Indonesia saya adalah presdir lokal yang pertamakalinya karena jabatan ini biasanya dipegang ekspatriat,” dia menambahkan. Perusahaan multinasional di Indonesia, menurut Elin, sebaiknya dipimpin oleh profesional lokal karena lebih mengetahui budaya, karakter dan peta pasar. Baginya , tanggung jawab moril yang dipikulnya besar sekali karena membawa nama Indonesia. “Saya akan berusaha sekali untuk menjalankan tugas ini dengan amanah,” kata wanita yang hobi membaca novel ini.
Sebagai nakhoda di perusahaan multinasional, Elin kini menghadapi tantangan bisnis karena menghadapi perlambatan ekonomi yang mempengaruhi pasar keuangan. Dia menuturkan data ekonomi makro di kuartal II/2015 masih lebih baik apabila dibandingkan dengan krisis ekonomi di tahun 1998 dan 2008. Pertumbuhan ekonomi, misalnya, masih positif di level 4,67% pada kuartal II tahun ini. Angka ini masih lebih baik dari kondisi perekonomian di dua periode tersebut. “Pada 1998, perekonomian kita minus 1,31% dan 2008 di 4,12%,” ungkapnya. Pasar saham saat ini juga menyusut, tapi Elin menyakini pasar akan memantul kembali ke zona positif.
Dia menegaskan dirinya sangat percaya diri menjalankan roda bisnis perusahaan dan menaklukan tantangan bisnis.”Saya tidak koreksi target, saya menyakini sebelum garis finish itu selalu ada banyak kemungkinan dan saya tidak menyerah,” tegasnya. Karena itu, dia mendorong agen asuransinya untuk menghimbau nasabah asuransi unit link membeli (top up) karena saat pasar tekoreksi itu harga saham-saham terdiskon sehingga relatif murah harganya. “Jadi, saya yakin nasabah tidak akan panik,” tandasnya.
Ke depan, dia berupaya mendongkrak pertumbuhan bisnis dan memberikan layanan konsumen yang terintegrasi. Tujuannya untuk memudahkan target investasi nasabah serta memuluskan laju bisnis perusahaan. Total dana kelolaan perusahaan pada kuartal II/2015 mencapai Rp 6,15 triliun. Dia juga berupaya memperkuat keagenan dan produktivitasnya.Kontribusi penjualan produknya melalui agen sebanyak 65%. Sisanya berasal dari kemitraan dengan bank-bank sebesar 35%.
Untuk itu, Elin memproyeksikan jangkauan pemasaran di kota-kota setingkat kabupaten. “Atau menggarap pasar syariah di kota-kota yang populasi penduduknya mayoritas non muslim. Kami sudah menjajalnya di Bali dan Medan serta mendapat respons yang bagus dari nasabah,” ungkapnya. Tapi, kata Elin, Sun Life Indonesia tidak meninggalkan asuransi konvesional dan unit link. Elin menginginkan perusahaanya pada 2018 menjadi pemain utama melalui multi distribution channel, semisal melalui agen dan telemarketing . Kemudian, tambah Elin, mengembangkan agen asuransi perusahaanya sebagai tenaga pemasaran asuransi yang kredibel dan profesional. Saat ini, kantor pemasaran asuransi syariah sebanyak 12 unit. “Tapi akhir tahun akan ditambah lagi jumlahnya sekitar 23 unit,” ucapnya.
Sun Life Indonesia merupakan anak perusahaan Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life, perusahaan jasa keuangan internasiona l yang berkantor pusat di Kanada. Sun Life Financial tercatat di bursa saham Toronto, New York, dan Filipina, dengan kode saham SLF. Lantaran demikian, Elin belum bisa merinci lebih lanjut mengenai target bisnis Sun Life Indonesia. Total pendapatan premi Sun Life Indonesia di kuartal II tahun ini senilai Rp 532,7 miliar, atau tumbuh 23% dibandingkan kuartal sebelumnya. Adapun, risk based capital (konvesional) perseroan sebesar 664% dan syariah 122%, melebihi persyaratan pemerintah 120%. Hingga kuartal II, kontribusi premi syariah Sun Life sebanyak 13% dari total pendapatan premi Rp 532,7 miliar. Perusahaan ini membidik peningkatan porsi premi syariahnya menjadi 25%. Elin menyebutkan pihaknya akan meluncurkan tiga produk syariah di tahun 2016. “Produk pertama akan diluncurkan Januari 2016, yang kedua di Maret, dan ketiga pada Juni 2016,” jelasnya. Kategori dari tiga produk syariah terbaru itu yang teridiri dari asuransi tradisional dan unit link.
Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life |
Seperti diketahui, UU Perasuransian No.40/2014 pasal 16 menyatakan setiap pemegang saham pengendali (PSP) hanya dapat menjadi pengendali satu perusahaan asuransi jiwa, umum, atau perusahaan reasuransi baik konvensional maupun syariah. Namun, ketentuan tersebut tidak berlaku bagi pemegang saham pengendali yang merupakan pemerintah atau negara RI. Perusahaan Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life diwajibkan merger apabila terdapat perusahaan asuransi sejenis yang menjadi sister company dalam grup konglomerasi paling lambat 2017. Namun, perusahaan asuransi tidak diwajibkan merger apabila berdiri sebagai anak usaha perusahaan asuransi yang bersangkutan atau sebagai cucu usaha group. Dia mencontohkan proses merger antara PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk (Asuransi MAG) dan PT Panin Insurance (Panin Insurance) yang merupakan bagian dari konglomerasi Panin Group. Dalam proses itu, Ahmad mengatakan salah satu pihak mengembalikan izin setelah merger dilakukan.
Saat ini, pihaknya tengah mendiskusikan skema terbaik dalam ketentuan single presence policy dengan pertimbangan dari sejumlah perusahaan yang terkena aturan itu. “Kami minta masukan dulu karena masing-masing punya pola penyesuaian dalam aturan ini. Kami akan pelajari apakah merger atau membentuk cucu usaha yang lebih mungkin dilakukan untuk perusahaan, kemudian kami akan dorong mereka,” katanya. lin Waty berkecimpung di industri Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life sejak tahun 1994. Elin berlabuh di beberapa perusahaan asuransi dalam dua dekade terakhir ini. Kariernya diawali pada 1994 di MLC Life. Delapan tahun kemudian, Elin hijrah ke PT Asuransi Cigna. Pada 2008, dia pindah ke PT AIA Financial Indonesia. “Saya memulai karier di PT Sun Life Indonesia di bulan Mei tahun 2013 sebagai Chief Distribution Officer,” kata Elin saat dijumpa SWA Online di Menara Sun Life, Jakarta, pada Selasa (29/9).
Tanggung jawabnya adalah menerapkan strategi distribusi yang apik guna menopang pertumbuhan bisnis Sun Life Indonesia. Ia juga harus mengembangkan bisnis terbaru perusahaan Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life, salah satunya asuransi syariah. Sebelumnya, menurut Elin, produk asuransi syariah hanya dijual oleh agen konvesional. Elin pun melakukan terobosan untuk mengembangkan bisnis barunya dengan membentuk agen asuransi syariah yang dimulai sejak Juli 2014. Lalu, ia merancang saluran distribusi. Caranya memperkuat jumlah agen-agen asuransi syariah sebagai tenaga pemasaran. “Saya melakukannya dari zero, agen asuransi syariah saya tingkatkan dari nol hingga kini mencapai 1.000 agen,” kata penyandang Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta angkatan tahun 1990 ini. Jumlah total agen asuransi di Sun Life Indonesia, mencakup agen konvesional, sebanyak 9.500 agen yang tersebar di 56 kota. Dia berkata akan melipatgandakan agen-agen asuransinya, termasuk agen syariah.
Dia juga bilang dirinya menjadi inisiator sejumlah produk asuransi syariah, di antaranya Brilliance Hasanah Sejahtera dan Briliance Hasanah Protection Plus. Dia menuturkan perusahaanya pada Juli tahun ini meluncurkan Brilliance Amanah, yakni produk unit link syariah. Produk ini mempersiapkan rencana keuangan dan memberikan perlindungan bagi nasabah Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life untuk pergi haji ke Mekkah. Produknya itu, diklaim Elin, direspons positif oleh nasabah. Dengan perannya tersebut, Elin telah memberikan kontribusi penting terhadap kesuksesan perusahaannya dengan menggarap celah bisnis yang potensial. “Potensi asuransi syariah sangat besar sekali,” imbuhnya. Dia juga mengembangkan kekuatan agen dan memperkuat brand perusahaan serta pangsa pasarnya. “Market share di tahun 2013 sebesar 1,3%, sedangkan tahun 2015 mencapai 2,5%,” kata ibu dua anak ini. Elin mengawasi jalur distribusi keagenan khusus syariah yang pertama di Sun Life Indonesia. Perusahaan ini bisa dikatakan sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mau membuka unit khusus syariah.
Imbasnya, Elin dinilai sebagai aktor intelektual di balik keberhasilan Sun Life Indonesia mengembangkan asuransi syariah. “Kami serius menggarap pasar syariah,” ungkapnya. Keseriusan ini tercermin dari penghargaan yang diberikan Global Banking and Finance Review Award kepada Sun Life Indonesia sebagai Penyelenggara Asuransi Jiwa Syariah Terbaik di Indonesia 2015. Guna menangkap potensi pasar syariah, Elin mendirikan lembaga pelatihan internal yang khusus melatih agen-agen asuransi syariah. Namanya Salma Institute Kini, Elin tercatat sebagai orang Indonesia yang pertamakalinya menjadi pucuk pimpinan di Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life. Dia juga menjadi satu-satunya wanita yang menakhodai perusahaan asuransi yang dikenal dengan nama Sun Life Indonesia. Artinya, pencapaian Elin ini menorehkan tinta sejarah selama Sun Life Indonesia beroperasi di negeri ini sejak tahun 1995. Dia didaulat sebagai Presdir Sun Life Indonesia per 17 September 2015 untuk menggantikan pemegang jabatan sebelumnya, yaitu Eddy Belmans yang berpaspor Belgia.
Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life
Kevin Strain, Presiden Sun Financial Asia, tidak meragukan kapasitas Elin mengomandani Sun Life Indonesia. “Saya yakin Elin adalah sosok pemimpin yang tepat membawa bisnis lebih maju ke depan seiring dengan strategi utama kami membangun keagenan dan bancassurance,” ucap Kevin. “Sun Life sejak awal melihat saya sebagai sosok suksesor dan kepercayaan ini sangat membanggakan karena selama 20 tahun Sun Life Indonesia di Indonesia saya adalah presdir lokal yang pertamakalinya karena jabatan ini biasanya dipegang ekspatriat,” dia menambahkan. Perusahaan multinasional di Indonesia, menurut Elin, sebaiknya dipimpin oleh profesional lokal karena lebih mengetahui budaya, karakter dan peta pasar. Baginya , tanggung jawab moril yang dipikulnya besar sekali karena membawa nama Indonesia. “Saya akan berusaha sekali untuk menjalankan tugas ini dengan amanah,” kata wanita yang hobi membaca novel ini.
Sebagai nakhoda di perusahaan multinasional, Elin kini menghadapi tantangan bisnis karena menghadapi perlambatan ekonomi yang mempengaruhi pasar keuangan. Dia menuturkan data ekonomi makro di kuartal II/2015 masih lebih baik apabila dibandingkan dengan krisis ekonomi di tahun 1998 dan 2008. Pertumbuhan ekonomi, misalnya, masih positif di level 4,67% pada kuartal II tahun ini. Angka ini masih lebih baik dari kondisi perekonomian di dua periode tersebut. “Pada 1998, perekonomian kita minus 1,31% dan 2008 di 4,12%,” ungkapnya. Pasar saham saat ini juga menyusut, tapi Elin menyakini pasar akan memantul kembali ke zona positif.
Dia menegaskan dirinya sangat percaya diri menjalankan roda bisnis perusahaan dan menaklukan tantangan bisnis.”Saya tidak koreksi target, saya menyakini sebelum garis finish itu selalu ada banyak kemungkinan dan saya tidak menyerah,” tegasnya. Karena itu, dia mendorong agen asuransinya untuk menghimbau nasabah asuransi unit link membeli (top up) karena saat pasar tekoreksi itu harga saham-saham terdiskon sehingga relatif murah harganya. “Jadi, saya yakin nasabah tidak akan panik,” tandasnya.
Ke depan, dia berupaya mendongkrak pertumbuhan bisnis dan memberikan layanan konsumen yang terintegrasi. Tujuannya untuk memudahkan target investasi nasabah serta memuluskan laju bisnis perusahaan. Total dana kelolaan perusahaan pada kuartal II/2015 mencapai Rp 6,15 triliun. Dia juga berupaya memperkuat keagenan dan produktivitasnya.Kontribusi penjualan produknya melalui agen sebanyak 65%. Sisanya berasal dari kemitraan dengan bank-bank sebesar 35%.
Untuk itu, Elin memproyeksikan jangkauan pemasaran di kota-kota setingkat kabupaten. “Atau menggarap pasar syariah di kota-kota yang populasi penduduknya mayoritas non muslim. Kami sudah menjajalnya di Bali dan Medan serta mendapat respons yang bagus dari nasabah,” ungkapnya. Tapi, kata Elin, Sun Life Indonesia tidak meninggalkan asuransi konvesional dan unit link. Elin menginginkan perusahaanya pada 2018 menjadi pemain utama melalui multi distribution channel, semisal melalui agen dan telemarketing . Kemudian, tambah Elin, mengembangkan agen asuransi perusahaanya sebagai tenaga pemasaran asuransi yang kredibel dan profesional. Saat ini, kantor pemasaran asuransi syariah sebanyak 12 unit. “Tapi akhir tahun akan ditambah lagi jumlahnya sekitar 23 unit,” ucapnya.
Sun Life Indonesia merupakan anak perusahaan Perlindungan Asuransi Kesehatan Dengan Unit Link Commonwealth Life, perusahaan jasa keuangan internasiona l yang berkantor pusat di Kanada. Sun Life Financial tercatat di bursa saham Toronto, New York, dan Filipina, dengan kode saham SLF. Lantaran demikian, Elin belum bisa merinci lebih lanjut mengenai target bisnis Sun Life Indonesia. Total pendapatan premi Sun Life Indonesia di kuartal II tahun ini senilai Rp 532,7 miliar, atau tumbuh 23% dibandingkan kuartal sebelumnya. Adapun, risk based capital (konvesional) perseroan sebesar 664% dan syariah 122%, melebihi persyaratan pemerintah 120%. Hingga kuartal II, kontribusi premi syariah Sun Life sebanyak 13% dari total pendapatan premi Rp 532,7 miliar. Perusahaan ini membidik peningkatan porsi premi syariahnya menjadi 25%. Elin menyebutkan pihaknya akan meluncurkan tiga produk syariah di tahun 2016. “Produk pertama akan diluncurkan Januari 2016, yang kedua di Maret, dan ketiga pada Juni 2016,” jelasnya. Kategori dari tiga produk syariah terbaru itu yang teridiri dari asuransi tradisional dan unit link.