Baca Juga
S R I (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
APA ITU SRI ?
Adalah Cara Budidaya Tanaman Padi yang intensif dan efisien dengan proses management system perakaran dengan berbasis pada pengelolaan : Tanah, tanaman dan Air. Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi, ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan : Tanah, Tanaman dan Air.
DASAR PEMAHAMAN PRAKTEK SRI
Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhan membutuhkan air, dengan tujuan menyediakan oxygen lebih banyak di dalam tanah, kemudian tidak tergenang, akar akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi/makanan sebanyak-banyaknya.
BAGAIMANA BUDIDAYA TANAMAN PADI CARA SRI ?
Persemaian
Untuk SRI dapat ditanam pada kotak, plastik atau nampan hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih yang terus-menerus dapat dilakukan. Kebutuhan pipiti adalah 60-70 buah ukuran 15 x 15 Cm per 0,14 Ha (100 bata) (420 – 490 buah per Ha). Tanah dalam pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah. Kebutuhan benih per 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg (4,9 – 7 Kg per Ha).
Cara Tanam
Benih ditanam pada umur 7 – 10 hari setelah semai. Jumlah bibit perlubangnya hanya satu (tanam tunggal), dasar pemikirannya adalah ketika bibit ditanam banyak maka akan bersaing satu sama lain dalam hal nutrisi, oxygen dan sinar matahari. Bibit ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup L, hal ini dilakukan jika akar tekuk ke atas maka bibit memerlukan energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru akan tumbuh dari ujung tersebut.
Jarak Tanam
Berdasarkan pengalaman SRI, baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar, antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm. Dengan jarak tanam lebar dapat meningkatkan jumlah anakan produktif, karena persaingan oxygen, energi matahari dan nutrisi/makanan semakin berkurang.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, berasal dari bahan organik seperti hijauan (jerami, batang pisang dan sisa tanaman lainnya, kotoran hewan : kambing, sapi, ayam, kelinci dan kerbau), serta limbah organik. Bahan-bahan tersebut lebih baik dikomposkan. Untuk memperkaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman, untuk membantu mempercepat penghancurannya (Dekomposisi)sebaiknya dikembangkan proses permentasi dan pengelolaan Micro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari tulang-tulang ikan, limbah kotoran hewan, buah-buahan, sebagai campurannya menggunakan air beras, air kelapa dan sebagai bahan pengawetnya dicampur air tebu, air nira, lahang/gula yang fermentasi selama 15 hari. Kebutuhan pupuk organik adalah 5 – 7 ton per Ha dengan catatan jerami yang ada di lahan dikembalikan ke dalam tanah.
Pengelolaan Air Dan Penyiangan
Umur padi vegetatif keadaan lahan dalam kondisi lembab (air kapasitas lapang), Sebelum penyiangan sebaiknya lahan digenangi 2 – 3 cm beberapa jam untuk memudahkan penyiangan pada umur 7 – 10 hari setelah tanam. Selanjutnya penyiangan dilakukan selang waktu sepuluh hari sebanyak minimal 3 kali penyiangan. Dengan pengelolaan air dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan penyiangan. Pada saat anakan maksimum kurang lebih umur tanaman 47 –55 hari setelah tanam sebaiknya lahan dalam kondisi kering selama 10 hari. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat proses pertumbuhan vegetatif dan menghemat keadaan nutrisi untuk tidak digunakan dalam pertumbuhan tunas yang tidak produktif dan menghambat tanaman tidak terlalu tinggi. Dan setelah sepuluh hari dikeringkan, kondisi lahan kembali macak – macak selama masa pertumbuhan malai, bulir, pengisian bulir hingga bernas, selanjutnya air dikeringkan kembali hingga saatnya panen.
Pengendalian Hama
Pada saat terjadi perubahan populasi serangga menjadi populasi yang merusak dan merugikan (hama), dilakukan dengan jurus – jurus konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) secara utuh dengan berprinsip pada : (1) Budidaya tanaman sehat, (2) Pendayagunaan fungsi musuh alami, (3) Pengamatan berkala dan (4) Petani ahli PHT serta tidak menggunakan pestisida sintetis (buatan pabrik).
Produksi
Berdasarkan kajian oleh petani/kelompok tani di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, hasil produksi SRI 6,8 – 9,2 ton/ha GKP. Dibeberapa studi yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya (Kec. Parungponteng) muncul produksi 12, 48 ton/ha GKP, Kabupaten Ciamis (Kec. Banjarsari) 13,76 ton/ha GKP, Kabupaten Garut (Kec. Bayongbong) 12,00 ton/ha GKP .
BAGAIMANA DAMPAK DAN SRI ?
Sejalan dengan proses pembelajaran yang mempunyai harapan peningkatan produktivitas lahan maka telah diperoleh beberapa dampak terhadap sikap dan perilaku yang ditunjukkan beberapa kelompok tani dari berbagai daerah di Jawa Barat dari alumni pelatihan PET dan SRI diantaranya :
1.Kemampuan untuk menyediakan sarana produksi (kompos) dan bahan organik lainnya
2.Ada kemampuan untuk mengembangkan, mengkaji dan mengevaluasi Mikro Organisme Lokal (MOL)
3.Pengembangan proses pembelajaran PET dan SRI yang dilakukan secara swadaya
4.Pemanpaatan potensi lokal lebih berkembang
5.Pengembangan usaha tani dan mendorong sektor peternakan dan perikanan
6.Pemberdayaan petani di bidang pemasaran lebih berkembang khususnya produk beras organik
7.Pengendalian hama terpadu terselenggara lebih nyata
8.Agroekosistem khususnya padi sawah lebih terjamin kesehatan dan kelestariannya
9.Efisiensi dan efektifitas sumberdaya air
10.Prilaku dan sikap telah menunjukkan kearipan lokal yang mampu mendukung kekuatan ekonomi dan sumberdaya lokal sebagai wujud dukungan terhadap otonomi daerah.
Dasar Pemahaman Gagasan SRI
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi. ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan mereka, Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air, serta unsur agro-ekosistem lainnya.
Dalam prakteknya, berdasar pengalaman petani perlu mempunyai keyakinan akan apa yang dilakukan untuk menanam padi metode SRI dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada tanaman setiap saat, maka sebelum petani menanam padi metode SRI, lebih baik jika petani terlebih dahulu memahami : faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi, yaitu, Bahan organik, Oxygen dan Micro-organisme, dan Tanah sehatl ( fungsi dan peran unsur agro-ekosistem)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Hasil Padi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi adalah sebagai berikut:
a. Iklim
Efek Langsung Pada tanaman
Efek Tidak langsung melalui tanah Energi matahari
Temperatur Udara
Temperatur Tanah
Hujan
b. Tanah Sehat
Struktur Tanah
Ketersediaan Nutrisi
Ketersediaan air Aerasi
Daerah perakaran
Makro-nutrisi dan Mikro nutrisi
Bahan-bahan lainnya
c. Hama dan Penyakit
d. Pengelolaan
Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan sumber utama unsur C, N, P dan S. Rata-rata siklus dan ketersediaan komponen-komponen ini dirubah oleh organisme tanah yang diambil sebagai sumber makanan dan energi. Oleh karena itu, secara luas tanah merupakan sumber kehidupan yang dinamis yang berkualitas/bermutu dan sehat dalam menyokong pertanian yang berkelanjutan.
Oxygen dan Micro-organisme
Produksi padi didataran rendah dicirikan dengan penggunaan lapisan dasar tanah secara terus menerus selama siklus pertumbuhan tanaman padi. Tipe-tipe lapisan tanah tergantung pada ketersediaan oksigen. Dekat lapisan udara terdapat lapisan tipis tanah yang merupakan daerah terjadinya proses oksidasi, dan hanya beberapa centimeter atau milimeter dapat terbentuk ketika oksigen di atmosphere diikat oleh lapisan air dan adanya suplei oksigen dari algae dan gulma air pada permukaan tanah. Pada daerah ini (permukaan) adanya mikro-organisme aerobik (perlu oksigen) menyebabkan proses oksidasi berlangsung sempurna pada bahan-bahan seperti : Nitrat, sulphate dan besi Fe. sehingga tersedia bagi tanaman. Dibawah lapisan ini terjadi oksidasi yang sama kejadiannya ditemukan pada tanah yang tidak beririgasi.
Pada sawah yang airnya melimpah, daerah utama dari perkembangan akar didominasi oleh suasana an-aerobik (tidak ada oksigen), permukaan dari akar sendiri adalah aerobik sebab adanya oksigen yang dikeluarkan oleh tanaman. Akhirnya pada permukaan akar mikro-organisme aerobik dapat hidup, paling tidak pada fase awal dari perkembangan tanaman. Sebelum pertumbuhan akar berhenti sehingga transportasi media dan elemen-elemen lainnya ke akar.
TANAH SEHAT
Tanah sehat secara umum didefisikan sebagai kemampuan tanah secara terus menerus dalam fungsinya sebagai sistem kehidupan yang penting dalam ekosistem dan memanfaatkan tanah untuk berproduksi secara biologi, mengikat banyak udara dan air dari lingkungan untuk menjaga kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Pada dasarnya, tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang sehat pula. Dulu tanah yang sehat ditunjukan dengan meningkatkan kandungan bahan organik, berkurangnya kerusakan daun yang salah satuya oleh hama. Walau fenomena ini sulit untuk dijelaskan, hal itu dapat diperlihatkan dengan jelas akan pentingnya tanah tidak hanya sebagai media/tempat tumbuh, tetapi juga sebagai faktor penentu terhadap kesehatan tanaman.
KEGIATAN PENGEMBANGAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI )
Pengembangan SRI dilakukan melalui Proses Pembelajaran yaitu terdiri dari:
1. Pembelajaran SRI
2. Demonstrasi (Plot, Farm, Area)
3. Pengkajian SRI
4. Lokakarya
5. Expose (Seminar/Presentasi)
Berikut rincian kegiatan dari masing-masing unit pengembangan SRI ;
1. Pembelajaran SRI melalui
a. Pertemuan persiapan
b. Pembelajaran Ekologi Tanah (PET)
c. Penerapan dan Pendampingan SRI di lapangan
2. Pengkajian SRI
Memfasilitasi untuk tumbuh dan berkembang Sains petani/studi petani.
IDENTIFIKASI MASALAH USAHATANI
Peningkatan produksi padi terus dilakukan dengan berbagai jenis program, sejak revolusi hijau sampai dengann saat ini untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya kebutuhan beras di dalam negeri, sehingga peningkatan produksi menjadi tujuan yang utama dan kehilangan produksi sekecil apapun menjadi sebuah hantu yang menakutkan. Pada pertengahan tahun 1984 Indonesia dilaporkan sebagai negara yang berhasil meningkatkan produksi padi atau beras, hal ini dibuktikan dengan pernyataan swasembada beras bahkan Indonesia dilaporkan telah mampu menyumbang beras ke salah satu negara yang pada saat itu dilanda kekurangan pangan(beras). Intensifikasi khusus yag salah satu program dengan menggunakan sarana produksi yang berasal dari bahan-bahan sintetis baik pupuk maupun pestisida telah mengantarkan produksi meningkat secara drastis, namun demikian peningkatan produksi beras tersebut tidaklah langgeung.
Peggunaan bahan-bahan sintetis berupa pupuk dan pestisida terus menerus dilakukan dalam jumlah yang semakin meningkat namun akhir-akhir ini produksi padi sulit untuk ditingkatkan bahkan cenderung menurun, disisi lain gangguan organisme pengganggu tanaman cenderung mengalami peningkatan disamping bencana alam seperti banjir disaat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Penurunan produksi tidak hanya ditentukan oleh hal-hal seperti diatas namun prilaku usahatani mengenai pengelolaan lahan (tanah, air dan tanaman) sangat menentukan, disamping terjadinya penurunan kualitas struktur dan tekstur tanah yang sekaligus mempengaruhi aktivitas biologi tanah dan terancam terjadinya degradasi biodiversitas, dari yang kompleks menjadi lebih sederhana akibat kandungan bahan organik yang dikandung tanah sangat kurang karena perlakuan terhadap lahan kurang memperhatikan kaidah-kaidah ekologis, Inikah ekologi untuk eksploitasi ?
Terjadinya perubahan unsur-unsur dalam ekosistem pertanian khususnya agro ekosistem padi sawah banyak menimbulkan permasalahan dalam berusaha tani , namun demikian kondisi tersebut seolah dianggap menjadi hal yang terbiasa dan tidak sadarkan diri padahal kita rugi bahkan produksi padi kian hari malah kian menurun. Melalui kegiatan materi ini peserta akan secara intensif mengevaluasi kegiatan- kegiatan usahatani yang telah dijalaninya, mulai dari aspek produksi padi/ produktivitas lahan, penggunaan pupuk anorganik setiap musim tanam baik jumlah maupun jenisnya, pemakaian pestisida dilahan usahatani, jenis dan tingkat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kondisi air dan biaya usaha tani.
Pelatihan dalam peningkatan kemampuan teknis pengelolaan lahan usahatani padi diawali dengan kondisi saat ini yang terungkap secara sistematik melalui identifikasi masalah yang mengutamakan proses partisipatif, peggalian masalah oleh para peserta sendiri sehigga kedudukan petani dan aktivitasnya akan diketahui, dimengerti bahkan dipahami. Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, ketika masalah telah menjadi strategis dan dipahami para pelaku usahatani menjadi pintu masuk untuk mencari/menganalisa penyebab utama, sehingga akan lebih mengarah dan menjadi bahan-bahan dalam memunculkan alternatif pemecahan masalahnya.
APA ITU SRI ?
Adalah Cara Budidaya Tanaman Padi yang intensif dan efisien dengan proses management system perakaran dengan berbasis pada pengelolaan : Tanah, tanaman dan Air. Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi, ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan : Tanah, Tanaman dan Air.
DASAR PEMAHAMAN PRAKTEK SRI
Tanaman padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi dalam pertumbuhan membutuhkan air, dengan tujuan menyediakan oxygen lebih banyak di dalam tanah, kemudian tidak tergenang, akar akan tumbuh dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi/makanan sebanyak-banyaknya.
BAGAIMANA BUDIDAYA TANAMAN PADI CARA SRI ?
Persemaian
Untuk SRI dapat ditanam pada kotak, plastik atau nampan hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih yang terus-menerus dapat dilakukan. Kebutuhan pipiti adalah 60-70 buah ukuran 15 x 15 Cm per 0,14 Ha (100 bata) (420 – 490 buah per Ha). Tanah dalam pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah. Kebutuhan benih per 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg (4,9 – 7 Kg per Ha).
Cara Tanam
Benih ditanam pada umur 7 – 10 hari setelah semai. Jumlah bibit perlubangnya hanya satu (tanam tunggal), dasar pemikirannya adalah ketika bibit ditanam banyak maka akan bersaing satu sama lain dalam hal nutrisi, oxygen dan sinar matahari. Bibit ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup L, hal ini dilakukan jika akar tekuk ke atas maka bibit memerlukan energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru akan tumbuh dari ujung tersebut.
Jarak Tanam
Berdasarkan pengalaman SRI, baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar, antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm. Dengan jarak tanam lebar dapat meningkatkan jumlah anakan produktif, karena persaingan oxygen, energi matahari dan nutrisi/makanan semakin berkurang.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, berasal dari bahan organik seperti hijauan (jerami, batang pisang dan sisa tanaman lainnya, kotoran hewan : kambing, sapi, ayam, kelinci dan kerbau), serta limbah organik. Bahan-bahan tersebut lebih baik dikomposkan. Untuk memperkaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman, untuk membantu mempercepat penghancurannya (Dekomposisi)sebaiknya dikembangkan proses permentasi dan pengelolaan Micro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari tulang-tulang ikan, limbah kotoran hewan, buah-buahan, sebagai campurannya menggunakan air beras, air kelapa dan sebagai bahan pengawetnya dicampur air tebu, air nira, lahang/gula yang fermentasi selama 15 hari. Kebutuhan pupuk organik adalah 5 – 7 ton per Ha dengan catatan jerami yang ada di lahan dikembalikan ke dalam tanah.
Pengelolaan Air Dan Penyiangan
Umur padi vegetatif keadaan lahan dalam kondisi lembab (air kapasitas lapang), Sebelum penyiangan sebaiknya lahan digenangi 2 – 3 cm beberapa jam untuk memudahkan penyiangan pada umur 7 – 10 hari setelah tanam. Selanjutnya penyiangan dilakukan selang waktu sepuluh hari sebanyak minimal 3 kali penyiangan. Dengan pengelolaan air dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan penyiangan. Pada saat anakan maksimum kurang lebih umur tanaman 47 –55 hari setelah tanam sebaiknya lahan dalam kondisi kering selama 10 hari. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat proses pertumbuhan vegetatif dan menghemat keadaan nutrisi untuk tidak digunakan dalam pertumbuhan tunas yang tidak produktif dan menghambat tanaman tidak terlalu tinggi. Dan setelah sepuluh hari dikeringkan, kondisi lahan kembali macak – macak selama masa pertumbuhan malai, bulir, pengisian bulir hingga bernas, selanjutnya air dikeringkan kembali hingga saatnya panen.
Pengendalian Hama
Pada saat terjadi perubahan populasi serangga menjadi populasi yang merusak dan merugikan (hama), dilakukan dengan jurus – jurus konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) secara utuh dengan berprinsip pada : (1) Budidaya tanaman sehat, (2) Pendayagunaan fungsi musuh alami, (3) Pengamatan berkala dan (4) Petani ahli PHT serta tidak menggunakan pestisida sintetis (buatan pabrik).
Produksi
Berdasarkan kajian oleh petani/kelompok tani di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, hasil produksi SRI 6,8 – 9,2 ton/ha GKP. Dibeberapa studi yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya (Kec. Parungponteng) muncul produksi 12, 48 ton/ha GKP, Kabupaten Ciamis (Kec. Banjarsari) 13,76 ton/ha GKP, Kabupaten Garut (Kec. Bayongbong) 12,00 ton/ha GKP .
BAGAIMANA DAMPAK DAN SRI ?
Sejalan dengan proses pembelajaran yang mempunyai harapan peningkatan produktivitas lahan maka telah diperoleh beberapa dampak terhadap sikap dan perilaku yang ditunjukkan beberapa kelompok tani dari berbagai daerah di Jawa Barat dari alumni pelatihan PET dan SRI diantaranya :
1.Kemampuan untuk menyediakan sarana produksi (kompos) dan bahan organik lainnya
2.Ada kemampuan untuk mengembangkan, mengkaji dan mengevaluasi Mikro Organisme Lokal (MOL)
3.Pengembangan proses pembelajaran PET dan SRI yang dilakukan secara swadaya
4.Pemanpaatan potensi lokal lebih berkembang
5.Pengembangan usaha tani dan mendorong sektor peternakan dan perikanan
6.Pemberdayaan petani di bidang pemasaran lebih berkembang khususnya produk beras organik
7.Pengendalian hama terpadu terselenggara lebih nyata
8.Agroekosistem khususnya padi sawah lebih terjamin kesehatan dan kelestariannya
9.Efisiensi dan efektifitas sumberdaya air
10.Prilaku dan sikap telah menunjukkan kearipan lokal yang mampu mendukung kekuatan ekonomi dan sumberdaya lokal sebagai wujud dukungan terhadap otonomi daerah.
Dasar Pemahaman Gagasan SRI
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi. ini hanya akan dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan mereka, Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air, serta unsur agro-ekosistem lainnya.
Dalam prakteknya, berdasar pengalaman petani perlu mempunyai keyakinan akan apa yang dilakukan untuk menanam padi metode SRI dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada tanaman setiap saat, maka sebelum petani menanam padi metode SRI, lebih baik jika petani terlebih dahulu memahami : faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi, yaitu, Bahan organik, Oxygen dan Micro-organisme, dan Tanah sehatl ( fungsi dan peran unsur agro-ekosistem)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Hasil Padi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap hasil padi adalah sebagai berikut:
a. Iklim
Efek Langsung Pada tanaman
Efek Tidak langsung melalui tanah Energi matahari
Temperatur Udara
Temperatur Tanah
Hujan
b. Tanah Sehat
Struktur Tanah
Ketersediaan Nutrisi
Ketersediaan air Aerasi
Daerah perakaran
Makro-nutrisi dan Mikro nutrisi
Bahan-bahan lainnya
c. Hama dan Penyakit
d. Pengelolaan
Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan sumber utama unsur C, N, P dan S. Rata-rata siklus dan ketersediaan komponen-komponen ini dirubah oleh organisme tanah yang diambil sebagai sumber makanan dan energi. Oleh karena itu, secara luas tanah merupakan sumber kehidupan yang dinamis yang berkualitas/bermutu dan sehat dalam menyokong pertanian yang berkelanjutan.
Oxygen dan Micro-organisme
Produksi padi didataran rendah dicirikan dengan penggunaan lapisan dasar tanah secara terus menerus selama siklus pertumbuhan tanaman padi. Tipe-tipe lapisan tanah tergantung pada ketersediaan oksigen. Dekat lapisan udara terdapat lapisan tipis tanah yang merupakan daerah terjadinya proses oksidasi, dan hanya beberapa centimeter atau milimeter dapat terbentuk ketika oksigen di atmosphere diikat oleh lapisan air dan adanya suplei oksigen dari algae dan gulma air pada permukaan tanah. Pada daerah ini (permukaan) adanya mikro-organisme aerobik (perlu oksigen) menyebabkan proses oksidasi berlangsung sempurna pada bahan-bahan seperti : Nitrat, sulphate dan besi Fe. sehingga tersedia bagi tanaman. Dibawah lapisan ini terjadi oksidasi yang sama kejadiannya ditemukan pada tanah yang tidak beririgasi.
Pada sawah yang airnya melimpah, daerah utama dari perkembangan akar didominasi oleh suasana an-aerobik (tidak ada oksigen), permukaan dari akar sendiri adalah aerobik sebab adanya oksigen yang dikeluarkan oleh tanaman. Akhirnya pada permukaan akar mikro-organisme aerobik dapat hidup, paling tidak pada fase awal dari perkembangan tanaman. Sebelum pertumbuhan akar berhenti sehingga transportasi media dan elemen-elemen lainnya ke akar.
TANAH SEHAT
Tanah sehat secara umum didefisikan sebagai kemampuan tanah secara terus menerus dalam fungsinya sebagai sistem kehidupan yang penting dalam ekosistem dan memanfaatkan tanah untuk berproduksi secara biologi, mengikat banyak udara dan air dari lingkungan untuk menjaga kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Pada dasarnya, tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang sehat pula. Dulu tanah yang sehat ditunjukan dengan meningkatkan kandungan bahan organik, berkurangnya kerusakan daun yang salah satuya oleh hama. Walau fenomena ini sulit untuk dijelaskan, hal itu dapat diperlihatkan dengan jelas akan pentingnya tanah tidak hanya sebagai media/tempat tumbuh, tetapi juga sebagai faktor penentu terhadap kesehatan tanaman.
KEGIATAN PENGEMBANGAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI )
Pengembangan SRI dilakukan melalui Proses Pembelajaran yaitu terdiri dari:
1. Pembelajaran SRI
2. Demonstrasi (Plot, Farm, Area)
3. Pengkajian SRI
4. Lokakarya
5. Expose (Seminar/Presentasi)
Berikut rincian kegiatan dari masing-masing unit pengembangan SRI ;
1. Pembelajaran SRI melalui
a. Pertemuan persiapan
b. Pembelajaran Ekologi Tanah (PET)
c. Penerapan dan Pendampingan SRI di lapangan
2. Pengkajian SRI
Memfasilitasi untuk tumbuh dan berkembang Sains petani/studi petani.
IDENTIFIKASI MASALAH USAHATANI
Peningkatan produksi padi terus dilakukan dengan berbagai jenis program, sejak revolusi hijau sampai dengann saat ini untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya kebutuhan beras di dalam negeri, sehingga peningkatan produksi menjadi tujuan yang utama dan kehilangan produksi sekecil apapun menjadi sebuah hantu yang menakutkan. Pada pertengahan tahun 1984 Indonesia dilaporkan sebagai negara yang berhasil meningkatkan produksi padi atau beras, hal ini dibuktikan dengan pernyataan swasembada beras bahkan Indonesia dilaporkan telah mampu menyumbang beras ke salah satu negara yang pada saat itu dilanda kekurangan pangan(beras). Intensifikasi khusus yag salah satu program dengan menggunakan sarana produksi yang berasal dari bahan-bahan sintetis baik pupuk maupun pestisida telah mengantarkan produksi meningkat secara drastis, namun demikian peningkatan produksi beras tersebut tidaklah langgeung.
Peggunaan bahan-bahan sintetis berupa pupuk dan pestisida terus menerus dilakukan dalam jumlah yang semakin meningkat namun akhir-akhir ini produksi padi sulit untuk ditingkatkan bahkan cenderung menurun, disisi lain gangguan organisme pengganggu tanaman cenderung mengalami peningkatan disamping bencana alam seperti banjir disaat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Penurunan produksi tidak hanya ditentukan oleh hal-hal seperti diatas namun prilaku usahatani mengenai pengelolaan lahan (tanah, air dan tanaman) sangat menentukan, disamping terjadinya penurunan kualitas struktur dan tekstur tanah yang sekaligus mempengaruhi aktivitas biologi tanah dan terancam terjadinya degradasi biodiversitas, dari yang kompleks menjadi lebih sederhana akibat kandungan bahan organik yang dikandung tanah sangat kurang karena perlakuan terhadap lahan kurang memperhatikan kaidah-kaidah ekologis, Inikah ekologi untuk eksploitasi ?
Terjadinya perubahan unsur-unsur dalam ekosistem pertanian khususnya agro ekosistem padi sawah banyak menimbulkan permasalahan dalam berusaha tani , namun demikian kondisi tersebut seolah dianggap menjadi hal yang terbiasa dan tidak sadarkan diri padahal kita rugi bahkan produksi padi kian hari malah kian menurun. Melalui kegiatan materi ini peserta akan secara intensif mengevaluasi kegiatan- kegiatan usahatani yang telah dijalaninya, mulai dari aspek produksi padi/ produktivitas lahan, penggunaan pupuk anorganik setiap musim tanam baik jumlah maupun jenisnya, pemakaian pestisida dilahan usahatani, jenis dan tingkat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kondisi air dan biaya usaha tani.
Pelatihan dalam peningkatan kemampuan teknis pengelolaan lahan usahatani padi diawali dengan kondisi saat ini yang terungkap secara sistematik melalui identifikasi masalah yang mengutamakan proses partisipatif, peggalian masalah oleh para peserta sendiri sehigga kedudukan petani dan aktivitasnya akan diketahui, dimengerti bahkan dipahami. Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, ketika masalah telah menjadi strategis dan dipahami para pelaku usahatani menjadi pintu masuk untuk mencari/menganalisa penyebab utama, sehingga akan lebih mengarah dan menjadi bahan-bahan dalam memunculkan alternatif pemecahan masalahnya.