Baca Juga


Sejak dahulu, masyarakat Maluku senang bermain musik dan bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesoelima dan Harvey Malaihollo. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo serta penyanyi-penyanyi muda berbakat seperti Glen Fredly, Ello Tahitu dan Moluccas.

GPS Wisata Indonesia, mencoba mengumpulkan alat musik tradisional Maluku dari berbagai sumber.

Tahuri


Tahuri adalah alat musik dan komunikasi yang dikenal didaerah pesisir kepulauan Maluku. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang dan dibunyikan dengan cara ditiup. jika ditiup bunyinya akan terdengar nyaring. Semakin kecil ukuran kerangnya, semakin nyaring bunyinya dan semakin besar kerangnya bunyinya pun semakin rendah.

Sedang meniup Tahuri (http://www.kaskus.co.id)

Pada awalnya alat musik tahuri berfungsi sebagai alat komunikasi antara raja dan masyarakat, antara Raja dengan staf-staf negeri. Kemudian dalam perkembangannya tahuri juga berfungsi :

1. Beberapa tata cara adat masih menggunakan Tahuri sebagai pemandu berlangsungnya acara adat istiadat.
2. Salah satu benda arkeologi.
3. Salah satu alat musik tradisional masyarakat Maluku 4. Sebagai cendramata atau souvenir baik untuk lokal maupun non lokal.

Jukulele


Jukulele adalah alat musik tradisional yang dapat ditemui di Provinsi Maluku. Alat musik ini terbuat dari kayu dan kulit binatang. Jukulele atau juk termasuk alat musik petik berdawai 4 dan di stem dengan nada 5,1,3,6 (sol, do, mi, la). Jukulele merupakan salah satu alat musik yang berasal dari Portugis dan telah dipergunakan oleh masyarakat Maluku sejak abad 15 sehingga saat ini sudah menjadi bagian alat musik tradisional Maluku.

Jukulele berfungsi sebagai pengiring musik Hawaian, keroncong dan lain-lain. Modifikasi jukulele kayu ke tempurung kelapa merupakan hasil masyarakat setempat.

Rumba


Rumba adalah sejenis alat musik yang terbuat dari kayu dan buah labu. Rumba adalah alat musik ritmis yang digolongkan dalam jenis perkusi. Rumba merupakan alat musik khas Cuba, kemungkinan dibawa ke Ambon oleh pedagang Spanyol atau Portugis. Rumba terbuat dari tempurung kelapa yang diisi dengan pasir kasar atau batu kecil-kecil dan diberi pegangan dari kayu, kemudian digoyang-goyang mengiringi irama lagu gembira. Rumba dimainkan secara berpasangan sebagai pengiring musik Hawaian.

Hawaian


Alat musik ini terbuat dari kayu dan logam. Hawaian termasuk alat musik non tradisional yang terbuat dari kayu dan mempergunakan aliran listrik sehingga fungsinya sama dengan gitar listrik. Alat musik ini mempunyai 8 dawai kawat dan menyetelnya mempergunakan nada tinggi 3,1,6,5 (mi, do, la, so) dan nada rendah 3,1,5,1 (mi, do, sol, do0. hawaian dimainkan dengan cara dipetik dengan alat pemetik berbentuk kuku jari yang terbuat dari kulit kerang/plastik.

Cara membunyikan dawainya harus ditekan menggunakan alat khusu yang terbuat dari plat besi dan kaca sebesar ibu jari. gema suaranya khas, panjang, meliuk-liuk dan digunakan untuk musik Hawaian, irama lautan teduh dan irama musik lainnya. walaupun musik ini diadopsi dari bangsa Eropa sejak abad ke 16 M, namun sudah menjadi bagian dari kebudayaan Maluku. Perangkat musik hawaian terdiri dari hawaian, gitar, jukulele, rumba dan tifa. pada perkembangannya sat ini, musik hawaian dikreasikan dengan tambahan alat musik barum yaitu gitar bas listrik.

Gong Sedang


Alat musik ini terbuat dari kuningan. Gong dihias dengan motif 2 ekor naga yang menjelaskan tentang kekuatan dan pengaruh motif dari negeri Cina. Dahulu, gong berfungsi sebagai alat barter cengkeh dan pala, cenderamata yang diberikan oleh pedagang Jawa kepada raja-raja di Maluku, alat komunikasi, mahar dan harta kekayaan. Gong juga dimainkan sebagai pengiring tari-tarian (seperti tari Cakalele). Setiap tabuhan bunyi gong memiliki makna tersendiri. Dengan demikian, para leluhur orang Maluku secara arif tidak menutup diri terhadap pengaruh budaya dari luar.

Gong Totoboang


Alat musik ini terbuat dari kuningan. Totoboang berasal dari kata tetabuhan yang dalam terminologi bahasa Jawa berarti bermain gamelan. Genre musik ini terdiri dari gong atau dalam bahasa Melayu Ambon disebut "totobuang" yang ditata secara diatonik (diatonic scale), berjumlah 12 - 14 buah. Selain gong terdapat juga minimal 4 jenis tifa (gendang), yakni tifa fikir, tifa fasa, tifa potong dan tifa bas.

Masing-masing tifa memiliki nada ritem sendiri. Empat pola ritme pokok itu dapat dikembangkan menjadi beberapa ritme lain, tergantung kualitas pemain. Dalam perangkat musik ini leluhur Maluku dapat menggabungkan tiga kebudayaan besar dunia seperti gong dari Birma, tifa Indo Cina Kuno dan tangga nada diatonik dari Eropa.

Rebana


Alat musik ini terbuat dari kayu, kulit binatang dan rotan. Sufisme yang berkembang pada abad ke-9 M percaya bahwa musik memiliki kekuatan sebagai proses penyatuan manusia dengan Tuhan. Salah satu musik yang digunakan kaum Sufi adalah rebana atau terbangtan yang berkembang di Nusantara dan masuk ke Maluku pada abad ke 14 bersamaan dengan penyebaran agama Islam di wilayah ini. Modifikasi ini musik perkusi / rebana disesuaikan dengan kondisi alam masyarakat setempat. selain itu, rebana juga dapat dikolaborasikan dengan alat musik lain seperti suling, gong dan tifa dalam irama musik Sawat.

Suling Melintang (Floit)


Alat musik ini terbuat dari bambu. Suling melinang sangat terkenal di daerah Maluku dengan nama Floit. Alat musik ini dimainkan lebih dari 30 orang dalam bentuk akord suara 1,2,3,4. Cara mempergunakannya sama dengan di dunia barat, sebab memiliki suara sopran, alto, tenor dan bass. Suling ini merupakan alat musik impor yang mendapat pengaruh bangsa Portugis dan Belanda yang sangat digemari masyarakat tradisional. Alat musik ini dibuat dari seruas bambu yang salah satu ujungnya diberi penyekat sesuai dengan diameter suling yang dilengkapi dengan 6 lubang nada dan satu lubang tiup. Permainan musik ini ditampilkan pada saat penyambutan tamu, pengiring orkes, resepsi, dan pengiring lagu gerejawi. Selain itu, suling dapat dipadukan dengan alat musik tradisional lain dan alat musik modern.

Suling Paruh


Alat musik ini terbuat dari bambu. suling paruh terbuat dari seruas bambu dengan salah satu ujungnya disumbat kayu dengan irisan miring berbentuk paruh, yang sekaligus berfungsi sebagai celah udara untuk meniup. Terdapat 7 lubang nada pada sisi depan dan satu lubang di sisi belakang sebagai lubang jari. suling ini berfungsi untuk mengiring musik Sawat.

Pola ritme suling sangat rumit, namun kerumitan itu tidak menghasilkan karakter bunyi dari musik lain. Melodi suling dalam musik Sawat yang mengandung berbagai ornamen mengindikasikan bahwa leluhur Maluku memiliki cara berfikir dan pola tingkah laku yang adaptif dan tebuka.

Tifa


Alat musik ini terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Tifa ini dilengkapi dengan alat pukul. Gendang berasal dari kebudayaan Indo Cina Kuno, kemudian menyebar ke daerah bersamaan dengan migrasi leluhur Maluku. Modifikasi model tifa dapat dibuat sesuai karakter masyarakat setempatm tetapi bunyi perkusi ini tetap sama.

Model tifa di Maluku Tengah berbentuk bulat pendek dengan anyaman ikatan tali rotan serta bidang pukul terbuat dari kulit kambing, berbeda dengan model tifa di Maluku Tenggara. Sejak dulu sampai saat ini, tifa berfungsi sebagai alat komunikasi, pengiring tarian, sekaligus penambah semangat sesuai ritme tifa dalam tarian Cakalele, pertandingan perahu belang / arumbai, dan pengiring musik. Tifa ini dimainkan dengan tongkat pemukul terbuat dari gaba-gaba (pelepah dahan sagu).