Baca Juga

Pengertian Test Of Control (Pengujian Pengendalian) 
Dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu dibedakan antara prosedur pemahaman atas pengendalian intern dan pengujian pengendalian (test of control). Dalam pelaksanaan standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Di samping itu, pelaksanaan standar tersebut juga mengharuskan auditor malakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan (complience test) atau sering disebut dengan pengujian pengendalian (test of control).

Pengujian pengendalian (test of control) menurut Mulyadi (2002;198) adalah :

“Test of Control adalah salah satu unsur kegiatan pemeriksaan intern yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan”.

Selain pengertian di atas, ada juga pengertian pengujian pengendalian (test of control) yang dikemukakan oleh Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;434) adalah :

“Test of Control adalah prosedur audit untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai”.

Adapun pengertian pengujian pengendalian (test of control) menurut Sukrisno Agus (2001;72) adalah :

“Test of Control adalah test terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen”.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan pengertian pengujian pengendalian (test of control) adalah prosedur audit yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.

Tujuan Test of control
Menurut Mulyadi (2002;198) menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;434) menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai.

Menurut Sukrisno Agus (2001;72) menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan termasuk di dalamnya setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan, dan untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai.

Ruang Lingkup Test of Control
Ruang lingkup Test of Control (pengujian pengendalian) meliputi pengkajian pengendalian akuntansi. Pengkajian ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat kepastian yang wajar bahwa prosedur dan metode dilaksanakan dan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Unsur-unsur perancangan pengujian pengendalian (test of control) menurut Mulyadi (2002;218) adalah sebagai berikut : 
1. Sistem Akuntansi;
2. Unsur Pengendalian Intern;
3. Kuisioner Pengendalian Intern;
4. Program Pengujian Pengendalian.

Unsur-unsur perancangan pengujian pengendalian (test of control) akan dibahas sebagai berikut :

1. Sistem Akuntansi

Unsur-unsur sistem akuntansi adalah sebagai berikut :
a. Unit organisasi yang terkait dalam sistem yang diperiksa
b. Sistem otorisasi yang dirancang dalam organisasi tersebut
c. Dokumen
d. Catatan akuntansi
e. Laporan keuangan
f. Bagan alir sistem akuntansi yang bersangkutan

Sistem akuntansi dirancang untuk menangani kegiatan pokok perusahaan. Dalam audit, kegiatan pokok perusahaan dibagi menjadi beberapa siklus kegiatan khususnya yang ada dalam perusahaan manufaktur yaitu: siklus penjualan, siklus pembelian, siklus penggajian, siklus biaya dan siklus kas. 

Unsur Pengendalian Intern 
Unsur-unsur pokok pengendalian intern yaitu:
a. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi (fungsi operasi, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan) dan pekerjaan yang tepat.
b. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan.
c. Unsur pelaksanaan yang wajar (praktik yang sehat).
d. Unsur kualitas pegawai.
e. Adanya suatu bagian pengendalian intern (internal auditing). 

Kuisioner Pengendalian Intern 
Dengan pernyataan disertai dengan alasan, pertanyaan dapat dirancang agar memperoleh jawaban apakah elemen-elemen pengendalian intern terdapat dalam sistem akuntansi yang sedang diperiksa. 

Program Pengujian Pengendalian 
Jawaban-jawaban yang diperoleh dari kuisioner pengendalian intern kemudian diuji dengan menggunakan teknik pengujian pengendalian (test of control). Perancangan pengujian pengendalian dilandasi dengan pengetahuan mengenai sistem akuntansi dan unsur-unsur pengendalian intern yang terdapat di dalamnya.

Tahap-tahap dalam Test of Control
Menurut Mulyadi (2002;223), tahap-tahap dalam melakukan test of control (pengujian pengendalian) adalah sebagai berikut :
1. Telaah dan review pengendalian intern yang sudah digariskan
2. Verifikasi pendahuluan pengendalian yang sudah digariskan
3. Evaluasi konseptual atau evaluasi pendahuluan atas pengendalian
4. Pelaksanaan prosedur-prosedur ketaatan
5. Evaluasi akhir pengendalian intern.

Metode dan prosedur untuk melaksanakan kelima tahapan lapangan audit tersebut akan dibahas sebagai berikut :

1. Telaah dan review pengendalian intern yang sudah digariskan
Sasaran utama tahapan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengendalian intern yang sudah digariskan oleh perusahaan, termasuk fungsi pengendalian akuntansi yang diinginkan, dan untuk memperoleh dokumentasi yang memadai tentang pengendalian tersebut dalam kertas kerja audit. Tujuan utamanya adalah menentukan dasar untuk mengevaluasi pengendalian intern yang ada.

Metode telaah dan review hendaknya meliputi :
a. Wawancara mengenai pengendalian intern dengan berbagai pihak atau karyawan yang kompeten.
b. Penelaahan dan review atas struktur organisasi, bagan arus sistem, rincian tugas karyawan dan pedoman prosedur yang telah dibuat.
2. Verifikasi pendahuluan atas pengendalian yang sudah digariskan

Cara yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah observasi, wawancara dan pengujian pemrosesan menyeluruh (walk trough test) meliputi penelusuran sampel dari tiap kelompok transaksi utama.

Tujuan dari tahap ini untuk memastikan pengendalian intern perusahaan sudah dipahami benar :
a. Untuk sekurang-kurangnya memperoleh kepastian minimal bahwa pengendalian intern yang sudah digariskan oleh perusahaan benar-benar ada dalam sistem yang nyata.
b. Untuk memperjelas dan memperbaiki pemahaman tentang fungsi-fungsi pengendalian akuntansi yang dilaksanakan oleh pengendalian intern.
c. Untuk mengidentifikasi setiap pengendalian yang terlewatkan waktu me review sistem yang sudah digariskan.
d. Untuk mengidentifikasi setiap pengendalian yang ada tetapi belum mendapat pengesahan atau persetujuan yang seharusnya dari pimpinan perusahaan.
e. Untuk memutakhirkan kertas kerja audit mengenai pengendalian intern yang sudah digariskan dan untuk menjadikan dokumen ittu sesuai dengan sistem aktual yang sekarang ada dan sedang berjalan.

3. Evaluasi konseptual atau evaluasi pendahuluan atas pengendalian
Prosedur evaluasi konseptual atau pendahuluan atas pengendalian melalui analisis pengendalian intern, meneruskan evaluasi setiap kelompok pengendalian dan merencanakan strategi prosedur-prosedur auditing, merencanakan pengandalan pengendalian internal dan tetapkan kebutuhan ketaatan untuk membenarkan pengendalan tersebut, serta merencanakan pengujian subtantif dan prosedur audit ketaatan.

Tujuan tahap ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengendalian intern.
b. Untuk menentukan kebutuhan bukti subtantif yang bersifat sementara.
c. Untuk merencanakan pengendalan audit pada pengendalian intern tertentu.
d. Untuk menentukan bukti ketaatan yang perlu untuk dipertanggung jawabkan rencana pengandalan audit pada pengendalian intern tertentu.
e. Untuk membuat program audit sementara yang terdiri dari strategi pengendalan pengendalian intern tertentu.

4. Pelaksanaan prosedur-prosedur ketaatan
Tujuan utama tahap ini untuk menguatkan kompetisi strategi audit sementara yang direncanakan selama tahap ketiga di atas yaitu tahap evaluasi pendahuluan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bukti-bukti tambahan tentang eksistensi dan keefektivan pengendalian yang diandalkan.

5. Evaluasi akhir pengendalian intern
Evaluasi akhir hanya merupakan peninjauan kembali secara sepintas lalu atas evaluasi pendahuluan dan cenderungmengukuhkan kesimpulan yang sudah dibuat auditor internal sebelumnya tentang pengendalian intern yang sudah direncanakan.

Tahap ini bertujuan untuk :
a. Menelaah dan menafsirkan bukti-bukti yang berasal dari pengujian pengendalian tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.
b. Mengevaluasi kembali pengendalian intern yang ada dan strategi prosedur audit yang telah direncanakan selama tahap evaluasi konseptual atau evaluasi pendahuluan atas pengendalian berdasarkan bukti-bukti tambahan yang dihasilkan tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.
c. Memperkuat prosedur-prosedur subtantif yang telah direncanakan apabila pengujian pengendalian mengungkapkan bahwa pengendalian intern yang hendak diandalkan dalam audit tidak beroprasi dengan tingkat keefektifan yang dianggap perlu untuk bisa membenarkan prosedur subtantif yang telah direncanakan sebelumnya selama tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.

Prosedur untuk pengujian pengendalian (Test of Control)
Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;428) ada empat prosedur untuk pengujian pengendalian yaitu :
1. Melakukan wawancara dengan personil klien yang sesuai
2. Menguji dokumen, arsip dan catatan
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur klien.

Prosedur untuk pengujian pengendalian akan dibahas sebagai berikut :
1. Melakukan wawancara dengan personil klien yang sesuai
Walaupun pemeriksaan secara umum bukanlah suatu sumber bukti yang kuat mengenai operasional pengendalian yang efektif itu adalah suatu format bukti yang sesuai.

Sebagai conoh, auditor bisa menentukan personil tidak sah tidak diijinkan akses ke arsip komputer dengan wawancara dengan orang yang mengendalikan perpustakaan komputer dan dengan orang yang mengendalikan pemberian kata sandi keamanan akses yang online.

2. Menguji dokumen, arsip dan catatan
Banyak kendala yang meninggalkan suatu jejak yang jelas atau bukti dokumen. Sebagai contoh, bahwa ketika sebuah pesanan pelanggan diterima, itu digunakan untuk membuat suatu pesanan penjualan pelanggan yang disetujui untuk kredit. Pesanan pelanggan dilampirkan dengan pesanan penjualan sebagai otorisasi untuk proses selanjutnya. Auditor menguji dokumen itu untuk meyakinkan bahwa mereka lengkap dan benar-benar cocok dan tanda tangan atau inisial yang dibutuhkan telah ada.

3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
Jenis aktivitas lain yang lain terkait dengan pengendalian tidak meninggalkan suatu jejak bukti. Sebagai contoh, pemisahan kewajiban bersandar pada orang tertentu yang melakukan tugas tertentu dan biasanya tidak ada dokumentasi dari prestasi / penampilan yang terpisah. Untuk pengendalian yang tidak meninggalkan bukti dokumentasi, auditor umumnya mengamati mereka diterapkan pada berbagai poin sepanjang tahun.

4. Melaksanakan kembali prosedur klien
Ada juga aktivitas yang terkait dengan pengendalian dimana terkait dokumen dan arsip, tetapi isi dari mereka adalah tidak cukup untuk tujuan auditor menilai apakah kendali beroperasi secara efektif. Sebagai contoh, asumsikan bahwa harga tersedia pada faktur penjualan akan dibuktikan dengan suatu daftar harga standar oleh personil klien sebagai suatu prosedur verifikasi internal, tetapi tidak ada indikasi dari prestasi / penampilan yang dimasukan pada faktur penjualan.

Test of Control Siklus Penjualan
Penjualan merupakan salah satu kegiatan utama perusahaan. Dengan kegiatan penjualan maka perusahaan akan memperoleh pendapatan. Hal ini menjadi salah satu faktor dalam menjamin keberlangsungan suatu usaha.

Melalui test of control siklus penjualan maka akan diketahui dan ditemukan kesalahan material dan kecurangan dalam laporan keuangan khususnya dalam siklus penjualan itu sendiri. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa test of control terhadap siklus penjualan sangat penting dan dibuttuhkan bagi perusahaan.

Program test of control siklus penjualan menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;401) adalah sebagai berikut :
1. Periksa salinan faktur penjualan dan peranan pelanggan pendukung.
2. Periksa integritas umum faktur penjualan.
3. Periksa cetakan transaksi yang ditolak oleh komputer karena mempunyai nomor pelanggan yang tidak absah, amati apakah laporan dikirim dan periksa berkas korespondensi dengan pelanggan.
4. Periksa dokumen untuk persetujuan yang pantas pada :
a. Persetujuan penjualan secara kredit sebelum pengiriman dilakukan.
b. Pengiriman barang.
c. Penentuan harga dan syarat, ongkos angkut serta potongan.
5. Periksa integritas urutan dokumen pengiriman.
6. Periksa integritas urutan faktur penjualan.
7. Periksa verifikasi.
8. Periksa berkas batch total untuk adanya inisial pengendalian data, bandingkan totalnya ke laporan ikhtisar.
9. Telaah kecukupan bagan perkiraan.
10. Periksa indikasi adanya verifikasi intern untuk dokumen terkait.
11. Periksa dokumen untuk pengiriman yang belum ditagih dan penjualan yang belum dicatat.
12. Amati apakah laporan dikirim.
13. Periksa inisial dalam perkiraan buku besar yang mengindikasikan adanya perbandingan”.

Pengendalian Intern
Pengendalian intern pada dasarnya diperlukan dalam sutu perusahaan sebagai alat bantu bagi manajemen, terutama pimpinan untuk mengawasi setiap tahap kegiatan perusahaannya agar kesalahan-kesalahan yang timbul akibat faktor-faktor manusia baik disengaja maupun tidak disengaja akan dapat ditekan sekecil mungkin. Hal tersebut timbul akibat rentang kendali (span of control) yang menjadi tugasnya semakin luas dan tidak mungkin dilakukan oleh individu.

Pengendalian intern harus dapat memberikan keyakinan kepada pimpinan perusahaan bahwa semula pelaporan dari bawahan itu benar dan dapat dipercaya, mendorong adanya efisiensi usaha serta dapat terus mengawasi apakah kebijakan yang telah digariskan benar-benar telah dijalankan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Pengertian Pengendalian Intern
Pada awal-awal perkembangannya istilah sistem pengendalian intern dimulai dari istilah internal check yaitu kegiatan “uji coba”, kegiatan pencocokan angka-angka dari transaksi yang sama dari dua bagian yang berbeda akan tetapi hasilnya sama. Pada dasarnya sistem pengendalian intern telah dikembangkan secara alamiah yaitu melalui pengalaman atau trial and error dan secara naluri yang banyak ditemukan pada para pengusaha yang tradisional antara lain berusaha mengembangkan sistem pengendalian intern dalam mengamankan hartanya. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pada tahun 2002 sistem pengendalian intern berubah menjadi Pengendalian Intern.

Pengertian pengendalian intern menurut Mulyadi (2002;180) adalah :
“Pengendalian Intern adalah sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu : keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi”.

Pengertian pengendalian intern menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;432) adalah :

“Pengendalian Intern adalah proses yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian dari sasaran manajemen dalam keandalan laporan dokumen, efektivitas dan efisiensi dari operasional dan pemenuhan dengan ketentuan hukum dan peraturan yang bisa diterapkan”.

Dari pengertian di atas, dapat juga diambil kesimpulan bahwa pengertian pengendalian intern dalam arti luas idak hanya mencakup bidang akuntansi saja, melainkan juga mencakup bidang di luar akuntansi seperti rencana organisasi, metode dan prosedur-prosedur yang berhubungan dengan peningkatan efisiensi operasi dan mendorong ketaatan kepada kebijakan yang telah ditetapkan. Bila dilihat dari pengertiannya secara luas, sistem pengendalian intern dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pengendalian Administrasi
Meliputi rencana organisasi dan semua cara dan prosedur yang berhubungan dengan efisiensi usaha dan ketaatan terhadap kebijakan pimpinan perusahaan.

2. Pengendalian Akuntansi
Meliputi rencana organisasi dan semua cara dan prosedur yang berhubungan dengan pengamanan harta milik perusahaan dan dapat dipercayai catatan keuangan.

Unsur-unsur Pengendalian Intern
Kebutuhan akan pengendalian intern berbeda antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Suatu pengendalian intern yang memadai bagi suatu perusahaan belum tentu akan berhasil dengan baik bila diterapkan di perusahaan lain, karena masing-masing perusahaan mempunyai ruang lingkup dan sifat yang berbeda.

Unsur-unsur atau komponen dari pengendalian intern menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;401) adalah :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Resiko
3. Aktivitas Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pengawasan.

Unsur-unsur pengendalian intern akan dibahas sebagai berikut :

1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak, para direktur dan para pemilik dari suatu entitas tentang pengendalian intern dan arti pentingnya bagi entitas tersebut. Untuk kepentingan pemahaman dan penilaian lingkungan pengendalian, di bawah ini adalah sub komponen yang paling utama yang perlu dipertimbangkan yaitu :
  • Integritas dan nilai-nilai etis
  • Komitmen unuk kompetensi
  • Partisipasi Dewan Direksi dan Komite Audit
  • Filosofi dan gaya operasional manajemen
  • Struktur organisasi
  • Penugasan dari otoritas dan tanggung jawab
  • Kebijakan dan praktek Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Penilaian Resiko
Penilaian risiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi manajemen dan analisis risiko yang relevan dengan persiapan laporan keuangan yang sesuai GAAP / Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Berikut adalah proses penilaian risiko, yaitu :
  • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
  • Menilai arti penting dari risiko dan kemungkinan terjadinya
  • Menentukan tindakan yang diperlukan untuk mengatur risiko 

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan untuk yang termasuk dalam empat dokumen yang lain yang membantu memastikan bahwa tindakan yang perlu diambil untuk mengatasi risiko dalam pencapaian sasaran hasil entitas itu. Adapun lima jenis aktivitas pengendalian yang spesifik adalah sebagai berikut :
  • Pemisahan kewajiban yang memadai
  • Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas
  • Dokumen dan catatan yang memadai
  • Pengendalian fisik atas asset dan catatan
  • Pemeriksaan independen atas penampilan

4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah sekumpulan manual dan atau prosedur terkomputerisasi yang memulai, mencatat, memproses dan melaporkan suatu transaksi entitas dan memelihara akuntabilitas untuk asset yang terkait. Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses dan melaporkan suatu transaksi entitas dan memelihara akuntabilitas untuk asset yang terkait. Pengoperasian sistem informasi akuntansi sering ditentukan dengan menelusuri satu atau beberapa transaksi melalui sistem yang disebut dengan transaksi menembus (transaction walk-trough).

5. Pengawasan
Pengawasan adalah penilaian periodik dan berkelanjutan dari manajemen atas mutu prestasi pengendalian internal untuk menentukan bahwa pengendalian itu beroperasi seperti yang diharapkandan dimodofikasi ketika diperlukan.

Unsur-unsur yang menunjang terlaksananya pengendalian intern yang baik menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001;60) adalah sebagai berikut :
1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi (fungsi operasi, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan) dan pekerjaan yang tepat
2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan
3. Unsur pelaksanaan yang wajar (praktik yang sehat)
4. Unsur kualitas pegawai
5. Adanya suatu bagian pengawasan intern (internal auditing)”.

Unsur-unsur pengendalian intern lebih lengkap akan dibahas sebagai berikut :
1. Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi (fungsi operasi, pencatatan, penyimpanan, dan pengawasan) dan pekerjaan yang tepat

Fungsi operasi berada pada pimpinan, fungsi pencatatan pada bagian akuntansi, fungsi penyimpanan pada kasir atau gudang dan fungsi pengawasan berada pada bagian pengawasan intern. Dengan kata lain, setiap petugas atau pejabat tidak boleh melakukan pekerjaan sendiri, semua tahap dari rangkaian pekerjaan. Pemisahan fungsi merupakan dasar terciptanya sistem pengendalian intern. Penggabungan fungsi memperlemah sistem pengendalian intern bahkan akan mengandung terciptanya fraud (kecurangan). Adanya pemisahan fungsi, berbagai bagian hanya akan melaksanakan fungsinya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Dengan adanya pemisahan fungsi yang menggambarkan adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab, akan mempermudah menciptakan kegiatan internal check (uji coba) dengan tepat.

2. Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan
Salah satu cara untuk pengendalian harta, hutang, pendapatan dan biaya adalah melalui pemberian wewenang melalui batas-batas kewajaran yang telah diterapkan. Semua pejabat yang berada pada sistem organisasi, khususnya yang memegang fungsi operasi hanya dapat melaksanakan wewenang yang menyangkut pengelolaan kekayaan perusahaan, pendapatan, dan biaya sesuai fungsinya pada batas-batas wewenang yang telah ditetapkan. Di pihak lain setiap transaksi harus dilaksanakan melalui sistem dan prosedur yang telah ditetapkan termasuk sistem dan prosedur pencatatan atas berbagai dokumen yang harus menggambarkan adanya tindakan persiapan, pemeriksaan dan persetujuan (aproval) yang dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang. Dokumen tersebut kemudian didistribusikan dan diolah oleh masing-masing bagian dan menghasilkan berbagai informasi dan tindakan uji coba cek yang dibutuhkan.

3. Unsur pelaksanaan yang wajar (praktik yang sehat)
Dalam hal ini sistem dan prosedur yang telah ditetapkan seyogyanya ditaati oleh setiap petugas di dalam perusahaan. Pemisahan fungsi diantara berbagai petugas tersebut sering menciptakan birokrasi penghalang yang ketat dan kaku yang menghambat brbagai transaksi.

Untuk menjamin terlaksananya praktik yang sehat dalam kegiatan pekerjaan, maka secara teratur perlu dikeluarkan peraturan-peraturan intern berdasarkan surat keputusan direksi berikut penyuluhan yang terarah dan teratur.

4. Unsur kualitas pegawai
Pengendalian intern hanya akan berfungsi dengan baik apabila petugas pelaksana memiliki kecakapan berdasarkan pengalaman dan pendidikan dengan kualitas yang sesuai dengan tugas yang diembannya. Untuk mengatasi masalaha tersebut, maka calon pegawai harus diseleksi dengan seksama untuk menjaga bahwa hanya orang-orang yang cocok saja bisa diterima dan dipekerjakan pada bidang pekerjaan tersebut.

5. Adanya suatu bagian pengawasan intern (internal auditing)
Bagian pengawas intern selain berfungsi unuk mengamankan harta kekayaan perusahaan antara lain melalui pemeriksaan fisik, mengevaluasi peraturan-peraturan yang berlaku, juga mempunyai peranan terutama untuk menilai apakah sistem dan prosedur yang sekarang berjalan masih sesuai dengan yang ditetapkan sebelumnya. Bagian pengawasan intern sangat penting peranannya, disebabkan tugasnya sedapat mungkin mencegah adanya kemungkinan terjadinya penyelewengan atau penyimpangan lainnya dengan tindakan pengawasan yang dilakukan terus-menerus baik melalui laporan maupun pemeriksaan fisik.

Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan dalam unsur pengendalian intern dimana menurut Arens dkk ada lima unsur pengendalian intern yaitu : lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan, sedangkan menurut La Midjan da Azhar Susanto lima unsur pengendalian intern adalah adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi, sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan, praktik yang sehat, unsur kualitas pegawai, dan pengawasan.

Tujuan Pengendalian Intern
Berdasarkan pengertian pengendalian intern di atas, dapat dijelaskan bahwa tujuan utama dari pengendalian intern adalah seperti dikemukakan oleh La Midjan dan Azhar Susanto (2001;58) adalah sebagai berikut :
1. Mengamankan harta perusahaan
2. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan
3. Meningkatkan efisiensi perusahaan
4. Ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan pimpinan perusahaan.

Pemaparan tujuan pengendalian intern akan dibahas sebagai berikut :

1. Mengamankan harta perusahaan
Harta perusahaan perlu diamankan dari segala kemungkinan yang akan merugikan perusahaan berupa pencurian, penyelewangan, kecurangan dan lain-lain baik secara fisik maupun administrasi. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, maka perlu dirancang metode dan cara tertentu untuk mencegah terjadinya kecurangan.

2. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan
Informasi yang keluar dari catatan akuntansi dalam bentuk laporan keuangan yang berisi informasi akuntansi keuangan dan laporan manajemen yang berisi antara lain informasi akuntansi manajemen harus dapat dipercaya, tidak menyesatkan dan dapat diuji kebenarannya. Catatan akuntansi harus terus-menerus diuji coba (internal check) agar kebenaran data akuntansi dapat dipertahankan. Untuk dapat melaksanakan uji coba, maka perlu dipisahkan berbagai fungsi yang ada dalam system organisasi perusahaan terutama yang menyangkut suatu transaksi keuangan. Laporan keuangan dan laporan manajemen yang diterbitkan dari catatan-catatan akuntansi yang saling diuji coba, akan menghasilkan laporan keuangan yang terkendali (built in control).

3. Meningkatkan efisiensi perusahaan
Dengan digunakannya berbagai metode dan prosedur untuk mengendalikan biaya yaitu dengan menyusun budget, biaya standar, akan menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan biaya dengan tujuan akhir menciptakan efisiensi.

4. Ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan pimpinan perusahaan
Kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan dengan surat keputusan, juga merupakan alat pengendalian yang penting di dalam perusahaan yang harus ditaati dan dijalankan setiap karyawan. Dengan surat keputusan, pimpinan perusahaan dapat mengendalikan berbagai aktivitas perusahaan khususnya pengeluaran antara lain biaya dan penerimaan serta pendapatan.

Menurut Mulyadi (2002;180) ada tiga tujuan pengendalian intern yakni :
1. Keandalan Informasi Keuangan
2. Kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasional”.

Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa terdapat persamaan dalam tujuan pengendalian intern.

Sifat-sifat Pengendalian Intern
Menurut Bambang Hartadi (2000;12) mengemukakan bahwa ada lima sifat pengendalian intern yang dapat dipercaya adalah :
1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya
2. Rencana organisasi yang member pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak
3. Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, hutang, penghasilan dan biaya
2. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir yang penting
3. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan hutang dengan yang benar-benar nyata dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan”.

Sifat-sifat pengendalian intern akan dibahas sebagai berikut :

1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya
Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam pengendalian adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu system dapat berjalan baik. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan kualitas karyawan, yaitu : Perekrutan tenaga kerja, pengembangan, dan pengukuran prestasi.

2. Rencana organisasi yang member pemisahan tanggung jawab fungsi secara layak
Kadang-kadang pemisahan tanggung jawab sering disebut pembagian tugas. Ada tiga jenis tanggung jawab fungsi yang dilaksanakan oleh departemen/bagian yaitu : 
  • Otorisasi untuk melaksanakan transaksi. Otorisasi ini menunjukan orang yang mempunyai otoritas dan tanggung jawab untuk memulai suatu transaksi. 
  • Pencatatan transaksi. Tugas ini menunjukan tugas atau fungsi pencatatan data akuntansi. 
  • Penyimpanan aktiva. Tugas ini menunjukan penyimpanan fisik atau pengawasan fisik secara efektif. 
3. Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, hutang, penghasilan dan biaya

Suatu sistem pemberian wewenang dapat bersifat umum dan dapat didelegasikan ke tingkat manajemen yang lebih rendah tetapi beberapa pemberian wewenang dapat bersifat penting dan harus ada pada dewan direksi. Buku pegangan akuntansi dan sistem dokumentasi harus memuat penjelasan tujaun pengawasan dan tekniknya. Secara langsung pengawasan dilakukan pada saat suatu sistem sedang berjalan sedang pengawasan tidak langsung dapat dilakukan melalui laporan-laporan yang telah dibuat atau dihasilkan.

4. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir yang penting
Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen lainnya harus dibatasi kepada orang-orang tertentu saja yang diberi wewenang. Pengendalian fisik mempunyai tujuan menghindari dari kesalahan dan ketidakberesan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

5. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan hutang dengan yang benar-benar nyata dan mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan

Pengendalian secara periodic dapat meliputi perhitungan fisik saldo kas, rekonsiliasi bank, perhitungan fisik surat berharga, konfirmasi saldo piutang dan hutang dan teknik-teknik lainnya yang dilakukan untuk menentukan apakah catatan akuntansi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Manajemen yang melakukan perbandingan secara periodic akan mempunyai kesempatan lebih banyak dalam menemukan kesalahan dalam catatan-catatan daripada tidak melakukan. Apabila dalam perbandingan terdapat perbedaan maka tindakan koreksi harus segera diadakan, hal ini untuk menghindari risiko yang lebih besar.

Keterbatasan Pengendalian Intern
Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002;181) adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat.

Keterbatasan pengendalian intern akan dibahas sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personil lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain.

2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personil secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.

3. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan.

5. Biaya lawan manfaat
Biaya diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan. Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

Pengertian Siklus Penjualan
Siklus Penjualan merupakan aktivitas fungsi sub sistem dalam perusahaan yang membentuk urutan-urutan kegiatan siklus penjualan, sistem pengiriman dan pengangkutan, serta sistem pemfakturan dan penagihan.

Berikut ini pengertian siklus penjualan dan penerimaan kas menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2002;356) :

“Siklus penjualan dan penerimaan kas meliputi keputusan dan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan. Siklus ini dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan barang atau jasa menjadi piutang usaha dan akhirnya menjadi uang tunai”.

Jadi secara sederhana penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak milik atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pihak pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal balik atas penyerahan tersebut.

Akun-akun utama yang terdapat dalam siklus penjualan dan penerimaan kas adalah sebagai berikut :
a. Penjualan
b. Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
c. Beban Piutang Tak Tertagih
d. Potongan Tunai yang Diambil
e. Piutang Usaha Dagang
f. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
g. Kas di Bank (debit dari penerimaan Kas)

Jenis-Jenis Penjualan
Telah dikemukakan sebelumnya, pada siklus penjualan terjadi pengalihan hak pemilikan barang atau jasa menjadi uang tunai. Penerimaan uang tunai ini bisa terjadi sesaat setelah barang sampai ke pelanggan, bisa pula melalui jangka waktu tertentu sehingga menimbulkan piutang usaha, baru kemudian menjadi uang tunai. 

Perbedaan tenggang waktu penerimaan uang tunai tersebut, membuat penjualan terbagi 2 yaitu :

1. Penjualan Tunai
Adalah penjualan yang terjadi bila penyerahan barang atau jasa segera diikuti dengan pembayaran dari pelanggan.

2. Penjualan Kredit
Adalah penjualan yang terjadi bila penyerahan barang atau jasa tidak segera diikuti dengan pembayaran dari pihak pembeli dan juga penjualan atas barang dan jasa mempunyai tenggang waktu antara terjadinya transaksi dengan penyerahan imbalan sesuai dengan jangka waktu kredit yang diberikan oleh penjual. Adanya tenggang waktu inilah maka menimbulkan perkiraan baru yang disebut dengan piutang.

Fungsi-Fungsi Usaha dalam Siklus Penjualan dan Dokumen serta Catatan Terkait
Fungsi-fungsi usaha suatu siklus merupakan kegiatan-kegiatan utama yang harus ada pada suatu organisasi untuk melaksanakan dan mencatat transaksi-transaksi usaha. Pemahaman atas fungsi yang terdapat dalam organisasi klien atas siklus penjualan dan penerimaan kas adalah bermanfaat untuk memahami bagaimana pelaksanaan audit dalam siklus ini. Fungsi dalam siklus penjualan dan penerimaan kas menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2002;358) adalah sebagai berikut :
  • Pemrosesan Order Pelanggan
  • Persetujuan Penjualan Secara Kredit (Granting Credit)
  • Pengiriman Barang
  • Penagihan ke Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
  • Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
  • Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
  • Penghapusan Piutang tak Tertagih
  • Penyisihan Piutang tak Tertagih.
Fungsi – fungsi tersebut di atas akan dijelaskan sebagai berikut :
Pemrosesan Order Pelanggan
Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal keseluruhan siklus. Biasanya ini merupakan penawaran untuk membeli barang dengan ketentuan tertentu. Penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan. Dokumen dan catatan yang terkait dalam fungsi ini adalah : 
  • Order pelanggan (costumer order) adalah permintaan barang dagang oleh pelanggan. 
  • Order penjualan (sales order) adalah dokumen untuk mencatat deskripsi, jumlah dan informasi terkait untuk barang yang dipesan oleh pelanggan. 

· Persetujuan penjualan secara kredit (Granting Credit)
Sebelum barang dikirimkan, seorang yang berwenang dalam perusahaan harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit tersebut. Praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit seringkali menyebabkan besarnya piutang tak tertagih cukup besar dan piutang usaha menjadi tak tertagih.

· Pengiriman barang
Fungsi kritis ini merupakan titik pertama dari siklus ini dimana terjadi penyerahan aktiva perusahaan. Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman, dan secara otomatis dilakukan oleh komputer berdasarkan informasi order penjualan. Dokumen pengiriman diperlukan untuk ketepatan penagihan atas pengiriman ke pelanggan.

Dokumen pengiriman (shipping document) adalah dokumen yang dibuat untuk memulai pengiriman barang yang menunjukan deskripsi atas barang dagang, jumlah yang dikirim dan data lain yang relevan.

· Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan
Penagihan ke pelanggan merupakan alat pemberitahuan ke pelanggan mengenai jumlah yang ditagih atas barang tersebut dan penagihan ini harus dilaksanakan dengan benar dan tepat waktu. Pada kebanyakan sistem, penagihan ke pelanggan mencakup pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara stimulan memutakhirkan berkas transaksi penjualan dan bersama-sama dengan penerimaan kas dan aneka kradit, memungkinkan penyiapan neraca saldo piutang usaha.

Dokumen dan catatan yang terkait dalam fungsi ini adalah :
a. Faktur penjualan (sales invoice) adalah dokumen yang menunjukan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga termasuk ongkos angkut, asuransi, syarat pembayaran dan data lain yang relevan.
b. Jurnal penjualan (sales journal) adalah jurnal untuk mencatat transaksi penjualan.
c. Laporan ikhtisar penjualan (summary sales report) adalah dokumen yang dihasilkan komputer yang mengikhtisarkan penjualan untuk satu periode.
d. Berkas induk piutang usaha (account receivable master file) adalah berkas untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas, retur, dan pengurangan harga penjualan untuk masing-masing pelanggan dan mengelola saldo akun pelanggan.
e. Neraca saldo piutang usaha (account receivable trial balance) adalah daftar jumlah yang terhutang oleh pelanggan pada waktu tertentu.
f. Laporan bulanan (monthly statement) adalah dokumen yang dikirim kepada tiap pelanggan yang menunjukan saldo awal piutang usaha, jumlah dan tanggal setiap penjualan, penerimaan pembayaran tunai, nota kredit yang telah diterbitkan dan saldo akhir.

· Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas
Dalam pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatian paling utama adalah kemungkinan dicuri. Dokumen dan catatan yang terkait dalam fungsi ini adalah sebagai berikut :
a. Nota pembayaran (remmitance advice) adalah dokumen yang menyertai faktur penjualan yang dikirim ke pelanggan dan dikembalikan ke penjual dengan pembayaran tunai.
b. Daftar penerimaan kas yang disiapkan sebelumnya (prelisting of receipt) adalah daftar yang dibuat orang yang independen pada saat kas diterima.
c. Jurnal penerimaan kas (cash receipt journal) adalah jurnal untuk mencatat penerimaan kas hasil dari pelanggan, penjualan tunai dan penerimaan kas yang lain.

· Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan
Retur dan pengurangan harga penjualan harus secara benar dan segera dicatat dalam berkas transaksi retur dan pengurangan harga penjualan dan berkas induk piutang usaha. Dokumen dan catatan terkait dalam fungsi ini adalah sebagai berikut :
a. Nota kredit (credit notes) adalah dokumen yang berisi pengurangan jumlah yang ditagih dari pelanggan karena adanya pengembalian barang atau pengurangan harga.
b. Jurnal retur dan pengurangan harga penjualan (sales returns allowance journal) adalah jurnal untuk mencatat retur dan pengurangan harga penjualan.

· Penghapusan piutang tak tertagih
Kalau suatu perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan tidak tertagih, jumlah tersebut harus dihapuskan. Dokumen dan catatan yang terkait dalam fungsi ini adalah nota persetujuan penghapusan piutang (uncollectible account authorization form) yaitu, dokumen yang digunakan di dalam perusahaan yang menunjukan kewenangan untuk menghapuskan piutang sah menjadi tak tertagih.

· Penyisihan piutang tak tertagih
Penyisihan piutang tak tertagih harus cukup untuk mencerminkan bagian dari penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih di masa depan. Pada kebanyakan perusahaan penyisihan menggambarkan nilai sisa, hasil dari penyesuaian akhir periode oleh manajemen atas perhitungan piutang tak tertagih.

Pengendalian Intern Kunci Untuk Penjualan
· Pemisahan tugas yang memadai
Pemisahan tugas yang memadai bermanfaat untuk mencegah berbagai macam salah saji, baik disengaja maupun tidak disengaja. Untuk mencegah kecurangan (fraud) adalah penting bahwa seseorang yang bertanggungjawab untuk memasukan informasi transaksi penjualan dan penerimaan kas ke komputer yang tidak memiliki akses terhadap kas.

· Otorisasi yang semestinya
Otorisasi pada tiga titik kunci yaitu penjualan secara kredit harus diotorisasi dengan semestinya sebelum penjualan dilakukan, barang dikirim hanya setelah diotorisasi dengan semestinya dan harga, termasuk syarat penjulalan, ongkos angkut dan potongan-potongan harus diotorisasi.

· Dokumen dan catatan yang memadai
Karena setiap perusahaan memiliki sistem penyiapan, pemrosesan, dan pencatatan transaksi yang khas, akan sukar untuk mengevaluasi apakah prosedur-prosedur telah dirancang untuk memberikan pengendalian yang optimum, meskipun demikian prosedur pencatatan yang memadai harus ada sebelum kebanyakan tujuan pengendalian intern dapat dipenuhi.

· Dokumen yang prenumbered
Penggunaan dokumen yang prenumbered dimaksudkan untuk mencegah kegagalan dalam menagih atau mencatat penjualan dan terjadinya penagihan dan pencatatan dua kali.

· Pengiriman rekening bulanan
Pengiriman rekening bulanan oleh seorang yang tidak bertanggungjawab atas penanganan kas atau penyiapan catatan penjualan dan piutang merupakan pengendalian yang berguna karena akan mendorong tanggapan dari pelanggan kalau saldonya dinyatakan tidak tepat.

· Prosedur verifikasi intern
Perlu untuk menggunakan orang yang independen untuk mengecek pemrosesan dan pencatatan transaksi transaksi penjualan untuk memenuhi masing-masing tujuan dari enam tujuan pengendalian intern.