Baca Juga
Pengertian Dan Perkembangan Globalisasi
Perkembangan teknologi elektronik dan satelit telah menghantarkan kondisi bangsa-bangsa di dunia seperti bergerak dengan kecepatan tinggi dan tanpa batas. Informasi yang dua puluh tahun lalu memerlukan proses berhari-hari untuk sampai dari satu negara ke negara lain, kini hanya memerlukan waktu beberapa menit atau mungkin hanya beberapa detik saja. Seakan- akan dunia ini hampir tidak memiliki batas, dunia seperti menciut, mengecil, jarak dan waktu menjadi sangat pendek dan singkat. Keadaan tersebut diistilahkan sebagai globalisasi. Pengertian Global menurut (http://kamusbahasaindonesia.org) berarti (1) secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar; (2) bersangkut paut, mengenai, meliputi seluruh dunia.
Dengan menghubungkan kedua pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena kompleks, yang meliputi berbagai macam kecenderungan dan tren di bidang ekonomi, social, budaya dan teknologi yang terjadi secara umum di seluruh dunia yang dapat melibatkan beberapa rangkaian kejadian dan penyebab kejadian baik dalam waktu yang singkat maupun dalam waktu yang berkesinambungan. Beberapa contoh yang berkaitan dengan golbalisasi
1. Prakarsa Indonesia untuk membentuk pasukan perdamaian negara-negara ASEAN yang didasari semangat untuk menciptakan stabilitas dan keamanan Asia Tenggara, kabarnya ditolak oleh Thailand, Singapore dan Filipina karena dinilai tidak sesuai dengan kepentingan Amerika Serikat. Untuk kongkretnya, bisa merugikan hubungan bilateral Amerika Serikat dalam bidang militer dan pertahanan dengan Filipina, Singapore dan Thailand.
2. Dalam skema global kaum Hawkish di Washington, justru menekankan betul perlunya menggalang kekuatan militer yang efektif di kawasan Asia Tenggara untuk melawan RRC sebagai pesaing potensialnya di masa depan, maka prinsip non-blok dalam menciptakan sistem keamanan dan pertahanan di Asia Tenggara, dipandang oleh kaum Hawkish sebagai gagasan dan langkah strategis yang tidak menguntungkan skema hegemoni global Amerika.
Perkembangan Globalisasi
Dalam era globalisasi sekarang ini semua bangsa akan dihadapkan pada berbagai macam tantangan yang serius dan amat mendasar, utamanya berkaitan dengan kompetisi yang berdimensi global. Kompetisi global tersebut mensyaratkan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan keunggulan. Sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan keunggulan itu merupakan faktor determinan dalam persaingan antarbangsa. Dalam era globalisasi dapat dipastikan akan terjadi perubahan-perubahan mendasar di berbagai segi kehidupan yang gejalanya sudah mulai nampak dan telah dapat kita rasakan sekarang ini.
Perubahan lingkungan strategis yang ditandai oleh kecenderungan globalisasi yang berlangsung secara intensif, akseleratif, melanda semua bangsa di dunia. Proses globalisasi serupa itu dipacu oleh kemajuan di bidang teknologi informasi, transportasi, dan perdagangan bebas. Proses tersebut membawa dampak langsung terhadap berbagai bidang kehidupan, bukan saja ekonomi tetapi juga sosial, budaya, dan politik.
Karena globalisasi digerakkan oleh dua kekuatan utama yaitu teknologi dan perdagangan, maka daya saing itu akan sangat bergantung pada (1) kemampuan kita untuk menguasai teknologi dengan basis ilmu pengetahuan yang kuat, dan (2) kemampuan kita dalam membangun kelembagaan ekonomi yang efisien.
Kedua hal tersebut secara imperatif menjadi faktor yang menentukan dalam usaha memenangkan kompetisi global. Dengan demikian, upaya untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan agenda pembangunan di masa depan, yang teramat penting dan mendesak untuk mendapatkan prioritas. Globalisasi juga akan mengakibatkan perubahan dalam aspek sosial budaya. Pergaulan antarbangsa dalam era globalisasi ini menyebabkan terjadinya interaksi dan persentuhan nilai-nilai budaya di antara berbagai bangsa yang beraneka ragam yang tidak bisa dihindari. Melalui interaksi tersebut akan terbuka peluang untuk saling menyerap nilai-nilai budaya asing antara satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi proses adaptasi nilai-nilai budaya yang dibawa oleh masing-masing bangsa.
Adaptasi budaya asing tersebut bisa bermakna negatif dan positif sekaligus. Ia akan bermakna negatif bilamana masyarakat Indonesia hanya menyerap nilai-nilai budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-nilai budaya bangsa sendiri. Kecenderungan sikap materialistik, konsumeristik, hedonistik, individualistik, atau sekularistik adalah contoh yang negatif. Untuk menghadapinya, kita perlu memperkuat jati diri sebagai bangsa dan memperkukuh etika dan landasan moralitas masyarakat. Di pihak lain, adaptasi juga bisa bermakna positif bila mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengejar kemajuan. Misalnya etos kerja, semangat berkompetisi, sikap kemandirian, disiplin, penghargaan terhadap waktu dan sebagainya.
Dalam era globalisasi juga ada potensi melemahnya keutuhan negara terutama bagi negara-negara yang dibentuk atas dasar ikatan primordial seperti etnik dan agama. Bahkan John Naisbitt membuat sinyalemen bahwa masa depan negara-bangsa yang dibentuk atas dasar kesatuan berbagai macam etnik itu sangat mungkin akan memudar, mengalami disintegrasi, dan kemudian akan kembali kepada identitas primordial semula. Dalam bahasa Naisbitt, tribalisme itu akan berkembang ketika nasionalisme (baca: negara-bangsa) dianggap tidak penting lagi. Dalam konteks Indonesia, sebagai negara-bangsa yang sangat majemuk baik dari segi etnis, agama, budaya, dan adat istiadat, tentu saja masalah ini tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, semua elemen sosial yang ikut membentuk negara kesatuan RI dituntut untuk berupaya memperkuat dan mengukukuhkan keutuhan bangsa ini