Baca Juga


Erok-erok atau serok termasuk salah satu alat dapur tradisional Jawa yang hingga saat ini masih eksis. Pada masyarakat lain tentunya juga mengenal alat sejenis ini, walaupun namanya bisa berbeda. Erok-erok hampir selalu hadir sebagai alat dapur yang fungsinya untuk meniris bahan makanan yang usai digoreng atau kadang-kadang bahan yang usai direbus. Biasanya erok-erok selalu berada di dekat wajan.

Pada zaman erok-erok terbuat dari bambu, yang banyak tumbuh di sekitar halaman atau kebun. Dalam perkembangannya alat ini terbuat dari seng, aluminium, stenlis, atau kawat. Walaupun mengalami perubahan bahan, namun fungsinya tetap sama.

Bentuk dan ukuran erok-erok bermacam-macam. Erok-erok yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya berbentuk segitiga seperti kipas. Arah bagian pegangan atau pangkal biasanya mengecil, sementara bagian ujung melebar. Panjang sekitar 40-50 cm. Erok-erok anyaman bambu bisa dibuat sendiri. Saat ini sudah sangat jarang ditemui di pasar atau warung tradisional. Kelemahan erok-erok ini mudah rusak, apalagi jika tidak dirawat dengan baik.

Erok-erok bambu diletakkan secara menggantung koleksi Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta

Sementara erok-erok yang terbuat dari bahan logam, seperti seng, aluminium, stenlis, dan kawat pada umumnya berbentuk bulat pada bagian ujungnya serta berlubang kecil-kecil. Kecuali yang terbuat dari lilitan kawat yang melingkar seperti bentuk sarang laba-laba, tentunya lubangnya lebih besar. Pada bagian pangkal atau pegangan kecil berbentuk stik atau tongkat. Bagian pegangan biasanya terbuat dari kayu agar tidak mudah panas. Namun banyak pula yang terbuat dari bahan yang sama dengan bagian ujungnya, yakni terbuat dari logam. Ukuran erok-erok logam bervariasi, kecil, sedang dan besar, dengan berdiameter mulai dari 25 cm hingga 60 cm.

Ibu rumah tangga biasanya menggunakan erok-erok berukuran kecil, sesuai dengan kapasitas anggota keluarga. Erok-erok besar sering dipakai oleh para pedagang gorengan maupun saat hajatan di kampung. Para pengelola katering biasanya juga menggunakan ukuran erok-erok yang bervariasi, sesuai dengan bahan yang digoreng, seperti bawang merah, bawang putih, ayam, ikan, hingga kerupuk.

Apabila alat dapur tradisional ini rusak, kadang-kadang bisa diperbaiki, tapi biasanya lebih sering dibuang begitu saja atau dijadikan bahan bakar. Perawatan erok-erok cukup mudah. Biasanya hanya diletakkan di atas wajan. Kadang-kadang pula diletakkan di atas rak dapur atau digantungkan.

Erok-Erok dari bambu dan seng

Dalam penggunaannya, erok-erok bambu tidak memiliki pantangan seperti beberapa alat dapur lainnya. Maka, penggunaan alat ini lebih bebas.

Erok-erok tradisional yang terbuat dari anyaman bambu memang sudah sangat jarang dijumpai di dapur keluarga maupun pasar dan warung tradisional. Namun alat dapur itu ternyata masih bisa dijumpai di museum-museum, salah satunya di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.

Sumber: Tembi