Baca Juga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan kehadirannya tidak diinginkan karena dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Istiliah lain yang digunakan untuk gulma adalah herba, tanaman liar atau tumbuhan pengganggu.
Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani di lahan pasang surut. Gulma yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat. Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun pita, (ii) golongan teki, dan golongan berdaun lebar.
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen, seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Dalam kegiatan praktek lapang yang dilakukan di Desa Sidera memiliki beberapa poin tujuan dan kegunaan yaitu sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa FAKULTAS PERTANIAN UNISA PALU, mampu melakukakan pengamatan secara langsung dalam mengaplikasikan materi perkuliahan khusus di bidang mata kuliah Ilmu Gulma, serta melakukan praktek lapang dan mewawancarai responden (petani) yang ada di Desa Sidera dan melakukan Identifikasi Gulma yang selalu menganggu tanaman.
2. Tujuan dari praktikum ilmu gulma yaitu untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada lahan pertanian yang ada di Desa Sidera
Adapun kegunaan dari praktek lapang yang dilakukan di Desa Sidera yaitu :
1. Dapat mengetahui jenis gulma yang selalu menggangu tanaman padi di Desa Sidera .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gulma
Gulma merupakan salah satu kendala utama dalam usaha pembudidayaan suatu tanaman. Gulma dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat di lahan tanaman budidaya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya itu sendiri yang dapat mengakibatkan turunnya hasil panen baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dari hasil pengamatan dan identifikasi gulma yang ada di lahan budidaya, gulma yang banyak tumbuh adalah gulma Cyperus rotundus. Gulma ini termasuk dalam golongan teki-tekian dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Ciri morfologinya, antara lain berakar serabut yang tumbuh menyamping dengan membentuk umbi yang banyak, tiap umbi mempunyai mata tunas, batang tumbuh tegak dan berbentuk tumpul atau segitiga, memiliki ciri bentuk pita dengan pertulangan daun sejajar tidak mempunyai ligula atau aurikula, arah daun tersebar merata mengelilingi batang, serta penampang daun berbentuk huruf V. Gulma ini hampir selalu ada di sekitar tanaman budidaya karena dapat berkembangbiak melalui biji, umbi akar dan rhizoma yang sangat sulit untuk dikendalikan secara mekanis. Dalam persaingan dengan tanaman budidaya, gulma menghasilkan zat allelopati yang dapat meracuni atau menekan pertumbuhan tanaman budidaya.
Selain itu, pada lahan budidaya terdapat jenis gulma yang termasuk dalam golongan gulma berdaun lebar, yaitu Ageratum conyzoides dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Orde : Asterales
Family : Asteraceae/Compositae
Trive : Eupatorieae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum Conyzoides
Ciri morfologinya, antara lain daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Batang bulat batang bulat, tegak berbulu, bercabang, dan berongga serta memiliki akar berupa akar tunggang dan berkayu. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Guma ini berkembang biak melalui biji dan merupakan herba menahun, mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.
2.2 Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktek lapang dilaksanakan selama 2 hari (Tanggal 04 – 05 Februari 2012) bertempat di Desa Sidera, Kec. Biromaru, Kab. Sigi.
3. Metode Praktek
Praktek lapang dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap responden yaitu Tanya jawab serta pengamatan langsung dilapangan terhadap varietas-varietas tanaman.
BAB III
PEMBAHSAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Praktek
Desa Sidera merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Biromaru, Kab. Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Sidera di huni oleh penduduk asli kaili dan sebagaiannya adalah pendatang dari jawa, . Adapun agama yang dianut mayoritas penduduk di Desa Sidera adalah Agama Islam. Kemudian mata pencaharian mereka sebagian besar adalah petani.
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.
Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia. Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia, ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan pangan nasional menjadi rapuh.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).
Desa Sidera Kecamatan Biromau Kabupaten Sigi, merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya membudidayakan padi sawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan terbesar yang saat ini yang dihadapi oleh sebagian besar petani di Desa Sidera adalah penurunan hasil panen padi akibat gangguan dari gulma. Pengendalian gulma secara langsung yang saat ini diterapkan oleh petani di Desa Sidera Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi sebagian besar sangat mengandalkan pengendalian secara kimiawi.
Berawal dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan identifikasi gulma-gulma yang terdapat pada persawahan petani di Desa Sidera . Identifikasi dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi padi dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan.
Terdapat 33 jenis gulma yang sering dijumpai tumbuh pada pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis dari golongan gulma berdaun lebar. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria vaginalis, Paspalum distichum, Fimbristylist milliacea, Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea crenata, Echinochloa crus-galli, Jussiea repens, Spenochlea zeylanica, dan Cyperus iria.
3.3 Gulma-Gulma Yang Dominan Pada Padi Sawah
Monochoria vaginalis merupakan tumbuhan tahunan berdaun lebar, ditemukan di sawah. Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbentuk bulat telur-bulat memanjang/ jantung yang mengkilap, bunga berwarna biru keunguan dengan kedudukan yang berlawanan dengan kedudukan daun. Bunganya biasanya sebanyak 3 – 25, terbuka secara serentak. Perhiasan bunga panjang 11 – 15 cm, tangkai bunga 4- 25mm, kepala putik yang melengkung. Buah M. vaginalis mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Berkembangbiak melalui biji. Tempat tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah. Sering menghasilkan bobot basah yang lebih tinggi disawah daripada spesies gulma lain. Namun gulma ini pendek, dan akarnya hanya dekat permukaan tanah dan tidak dapat bersaing dengan gulma lain untuk mendapatkan sinar matahari dan hara tanah.
Paspalum distichum merupakan tumbuhan tahunan, jenis rumput. Ditemukan di sawah. Karangan bunga bercabang dua, hanya sebelah yang beranak bulir. Berkembangbiak melalui potongan batang di bawah tanah yang menjalar. Habitat sepanjang saluran irigasi. Dapat bertahan hidup dalam sawah tergenang, tanah yang berdrainase buruk, bahkan disawah yang berdrainase baik. Tumbuhan membuat selapis hamparan akar yang tebal tepat di bawah permkaan, dan ini dapat menghambat arus air irigasi bila gulma tumbuh sepanjang saluran irigasi.
Frimbristylist milliacea merupakan tumbuhan setahun, tumbuh berumpun, dengan tinggi 20 – 60 cm. Batangnya ramping, tidak berbulu-bulu, bersegi empat, dan tumbuh tegak. Daunnya terdapat di bagian pangkal, bentuk bergaris, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm. Bunganya berkarang dan bercabang banyak. Anak bulir kecil dan banyak sekali, warna cokelat dengan punggung berwarna hijau, bentuk bola sampai jorong, dengan ukuran 2 – 5 mm x 1,5 – 2 mm. Buahnya berwarna kuning pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik. Biasanya terdapat di tempat-tempat basah, berlumpur sampai semi basah, umumnya terdapat pada lahan sawah.
Cyperus difformis merupakan tumbuhan tahunan, tumbuh berumpun, 10 – 70 cm. Batangnya berbentuk segitiga licin, agak lunak, menajam pada ujungnya, sering berwarna agak hijau kekuning-kuningan. Daunnya dalam jumlah yang sedikit terdapat pada bagian pangkal batang, umumnya lebih pendek dari pada batang dengan lebar 2 – 8 mm. Bunganya berkarangan terdapat di ujung, umumnya anak bulir banyak dan membentuk suatu masa yang berbentuk bulat pada ujung cabang. Mempunyai 2 atau 3 daun pelindung seperti daun yang disebut daun pembalut. Anak bulir mempunyai ukuran panjang 4 – 8 mm, dan lebar lebih kurang 1 mm. C. difformis biasanya terdapat di tempat- tempat basah dan berlumpur, terutama di sawah. Reproduksinya melalui biji. Tumbuhannya dapat menutupi tanah dengan cepat karena daur kehidupan yang pendek dan produksi biji yang sangat banyak. Gulma tidak menaungi tanaman padi, tetapi dapat bersaing dalam memperebutkan air dan hara. Dapat menjadi gulma yang dominan disawah bila herbisida yang digunakan itu efektif terhadap rumput, tetapi tidak membunuh teki. Gulma tidak tahan terhadap genangan yang dalam, dan mungkin dapat dikendalikan melalui pengelolaan air.
Echinochloa crus-galli merupakan tumbuhan setahun, perakarannya dangkal, tumbuh berumpun, dengan tinggi batang 50 – 150 cm. Batangnya kuat dan kokoh, tumbuh tegak serta daunnya rata/datar dengan panjang 10 – 20 cm, lebar 0,5 – 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 – 21 cm, terdiri dari 5 – 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua. Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 – 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 – 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 – 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman. Echinochloa crus-galli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi.
Spenochlea zeylanica merupakan tumbuhan setahun, termasuk kedalam jenis berdaun lebar. Ditemukan di sawah. Akar berbentuk tali, batang berongga, bunga putih berbentuk bulir. Berkembang biak melalui biji. Habitatnya sawah yang selalu tergenagi dan rawa. Tumbuh hamper di tiap tanah basah pada daratan rendah. Biasa ditemukan dan gawat disawah dan kadang-kadang merupakan masalah bagi tanaman lain seperti talas.
Cyperus iria merupakan tumbuhan setahun, termasuk kedalam jenis teki. Ditemukan di sawah, dan lading gogorancah. Akar serabut berwarna merah kekuning-kuningan, bunga terbuka berwarna kekuning-kuningan, daun dibawah bunga lebih panjang daripada bunganya. Berkembangbiak melalui biji, tiap tumbuhan dapat menghasilkan biji sampai 5000 butir. Habitatnya di daerah terbuka yang basah, di tanah yang basah, tanah kering dan lahan gogorancah.
3.4 Cara-Cara Pengendalian Gulma
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Pengendalian Gulma Secara Fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.
b. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.
c. Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550 C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.
Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
2. Pengendalian Gulma Dengan Sistem Budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
c. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
d. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.
e. Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.
3.5 Pengedalian Gulma Padi Sawah
a. Menyiang
Keuntungan menyiang dengan tangan. Menyiang dengan tangan ialah cara yang paling tua, paling sederhana langsung dalam mengendalikan gulma di sawah. Efektif terhadap gulma muda. Gulma yang tumbuh didalam rumpun dan diantara barisan tanaman padi dapat dibuang tanpa merusak tanaman padi.
Kerugian menyiang dengan tangan adalah banyak tenaga kerja dan memakan waktu yang lama. Biit gulma yang masih muda tidak dapat dibedakan dengan tanaman padi pada awal musim, dikala menyiangi dengan tangan paling efektif.
Pengaturan waktu untuk menyiang dengan tangan, menyiang dengan tangan harus dilakukan pada waktu pertumbuhan dini tanaman itu tepatnya waktu tergantung dari budidaya padinya.
b. Pengelolaan air
Penggenangan adalah tindakan pengendalian gulma yang penting, padi tumbuh baik hasilnyadalam tanah jenuh maupun dalam air genangan, keuntungan utama penggenangan ialah pengendalian gulma akan lebih baik.
Waktu menggenangi dengan air adalah 3-4 hari setelah tandur. Dalam pertumbuhannya permukaan air dapat dinaikkan 5-10 cm. padi yang ditabur langsung dapat digenangi setelah berkecambah dan tanaman sudah mapan. Menggenangi dengan air pada system tanah ini kurang efektif karena beberapa jenis gulma dapat turut mapan pertumbuhannya bersama dengan tanaman padi yang masih muda.
c. Herbisida
Herbisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara pengendalian lainnya.
Keuntungan herbisida adalah menghemat tenaga, dapat digunakan dalam lingkungan padi apapun. Kerugiannya adalah menggunakan herbisida yang sama terus-menerus mengakibatkan berkembangnya gulma, khususnya jenis tahunan, yang sulit dikendalikan dengan herbisida. Pengaturan waktu pemberian herbisida
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan atau tanaman lain yang tumbuh bersama dengan tanaman yang diusahakan.
2. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma.
3. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria vaginalis, Paspalum distichum, Frimbristylist milliacea, Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea crenata, Echinochloa crus-galli, Jussiea repens, Spenochlea zeylanica, dan Cyperus iria.
4. Cara-cara pengendalian gulma: Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian gulma dengan sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian gulma secara kimiawi dan Pengendalian gulma secara terpadu.
4.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis tuliskan dengan hasil praktek lapang yang di laksanakan di Desa Sidera antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan untuk praktek lapang selanjutnya di buat jadwal praktek dan waktu setiap matakuliah yang di praktekan, sehingga tidak ada matakuliah praktek yang tabrakan, sehingga dalam pengumpulan data banyak yang tidak maksimal.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan kehadirannya tidak diinginkan karena dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Istiliah lain yang digunakan untuk gulma adalah herba, tanaman liar atau tumbuhan pengganggu.
Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani di lahan pasang surut. Gulma yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat. Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun pita, (ii) golongan teki, dan golongan berdaun lebar.
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi panen. Termasuk didalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara keseluruhan atau yang panennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji- biji gulma. Sedangkan kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian tetapi tidak secara langsung dari hasil panen, seperti gulma dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Dalam kegiatan praktek lapang yang dilakukan di Desa Sidera memiliki beberapa poin tujuan dan kegunaan yaitu sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa FAKULTAS PERTANIAN UNISA PALU, mampu melakukakan pengamatan secara langsung dalam mengaplikasikan materi perkuliahan khusus di bidang mata kuliah Ilmu Gulma, serta melakukan praktek lapang dan mewawancarai responden (petani) yang ada di Desa Sidera dan melakukan Identifikasi Gulma yang selalu menganggu tanaman.
2. Tujuan dari praktikum ilmu gulma yaitu untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada lahan pertanian yang ada di Desa Sidera
Adapun kegunaan dari praktek lapang yang dilakukan di Desa Sidera yaitu :
1. Dapat mengetahui jenis gulma yang selalu menggangu tanaman padi di Desa Sidera .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gulma
Gulma merupakan salah satu kendala utama dalam usaha pembudidayaan suatu tanaman. Gulma dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat di lahan tanaman budidaya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya itu sendiri yang dapat mengakibatkan turunnya hasil panen baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dari hasil pengamatan dan identifikasi gulma yang ada di lahan budidaya, gulma yang banyak tumbuh adalah gulma Cyperus rotundus. Gulma ini termasuk dalam golongan teki-tekian dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Ciri morfologinya, antara lain berakar serabut yang tumbuh menyamping dengan membentuk umbi yang banyak, tiap umbi mempunyai mata tunas, batang tumbuh tegak dan berbentuk tumpul atau segitiga, memiliki ciri bentuk pita dengan pertulangan daun sejajar tidak mempunyai ligula atau aurikula, arah daun tersebar merata mengelilingi batang, serta penampang daun berbentuk huruf V. Gulma ini hampir selalu ada di sekitar tanaman budidaya karena dapat berkembangbiak melalui biji, umbi akar dan rhizoma yang sangat sulit untuk dikendalikan secara mekanis. Dalam persaingan dengan tanaman budidaya, gulma menghasilkan zat allelopati yang dapat meracuni atau menekan pertumbuhan tanaman budidaya.
Selain itu, pada lahan budidaya terdapat jenis gulma yang termasuk dalam golongan gulma berdaun lebar, yaitu Ageratum conyzoides dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Orde : Asterales
Family : Asteraceae/Compositae
Trive : Eupatorieae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum Conyzoides
Ciri morfologinya, antara lain daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Batang bulat batang bulat, tegak berbulu, bercabang, dan berongga serta memiliki akar berupa akar tunggang dan berkayu. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Guma ini berkembang biak melalui biji dan merupakan herba menahun, mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.
2.2 Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktek lapang dilaksanakan selama 2 hari (Tanggal 04 – 05 Februari 2012) bertempat di Desa Sidera, Kec. Biromaru, Kab. Sigi.
3. Metode Praktek
Praktek lapang dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap responden yaitu Tanya jawab serta pengamatan langsung dilapangan terhadap varietas-varietas tanaman.
BAB III
PEMBAHSAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Praktek
Desa Sidera merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Biromaru, Kab. Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Sidera di huni oleh penduduk asli kaili dan sebagaiannya adalah pendatang dari jawa, . Adapun agama yang dianut mayoritas penduduk di Desa Sidera adalah Agama Islam. Kemudian mata pencaharian mereka sebagian besar adalah petani.
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar, sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, maka masyarakat akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam pembangunaan.
Permasalahan pangan sepertinya tak pernah lepas dari kehidupan bangsa Indonesia, terutama petani yang merupakan masyarakat mayoritas Indonesia. Diantara berbagai masalah pangan yang sedang diderita Indonesia, ketergantungan terhadap bahan pangan tertentu misalnya beras dan gandum merupakan hal yang paling memprihatinkan karena menyebabkan ketahanan pangan nasional menjadi rapuh.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15-42 % untuk padi sawah dan padi gogo 47-87 % (Pitoyo, 2006).
Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda- beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002).
Desa Sidera Kecamatan Biromau Kabupaten Sigi, merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya membudidayakan padi sawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahan terbesar yang saat ini yang dihadapi oleh sebagian besar petani di Desa Sidera adalah penurunan hasil panen padi akibat gangguan dari gulma. Pengendalian gulma secara langsung yang saat ini diterapkan oleh petani di Desa Sidera Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi sebagian besar sangat mengandalkan pengendalian secara kimiawi.
Berawal dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan identifikasi gulma-gulma yang terdapat pada persawahan petani di Desa Sidera . Identifikasi dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi padi dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan.
Terdapat 33 jenis gulma yang sering dijumpai tumbuh pada pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis dari golongan gulma berdaun lebar. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria vaginalis, Paspalum distichum, Fimbristylist milliacea, Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea crenata, Echinochloa crus-galli, Jussiea repens, Spenochlea zeylanica, dan Cyperus iria.
3.3 Gulma-Gulma Yang Dominan Pada Padi Sawah
Monochoria vaginalis merupakan tumbuhan tahunan berdaun lebar, ditemukan di sawah. Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbentuk bulat telur-bulat memanjang/ jantung yang mengkilap, bunga berwarna biru keunguan dengan kedudukan yang berlawanan dengan kedudukan daun. Bunganya biasanya sebanyak 3 – 25, terbuka secara serentak. Perhiasan bunga panjang 11 – 15 cm, tangkai bunga 4- 25mm, kepala putik yang melengkung. Buah M. vaginalis mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Berkembangbiak melalui biji. Tempat tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah. Sering menghasilkan bobot basah yang lebih tinggi disawah daripada spesies gulma lain. Namun gulma ini pendek, dan akarnya hanya dekat permukaan tanah dan tidak dapat bersaing dengan gulma lain untuk mendapatkan sinar matahari dan hara tanah.
Paspalum distichum merupakan tumbuhan tahunan, jenis rumput. Ditemukan di sawah. Karangan bunga bercabang dua, hanya sebelah yang beranak bulir. Berkembangbiak melalui potongan batang di bawah tanah yang menjalar. Habitat sepanjang saluran irigasi. Dapat bertahan hidup dalam sawah tergenang, tanah yang berdrainase buruk, bahkan disawah yang berdrainase baik. Tumbuhan membuat selapis hamparan akar yang tebal tepat di bawah permkaan, dan ini dapat menghambat arus air irigasi bila gulma tumbuh sepanjang saluran irigasi.
Frimbristylist milliacea merupakan tumbuhan setahun, tumbuh berumpun, dengan tinggi 20 – 60 cm. Batangnya ramping, tidak berbulu-bulu, bersegi empat, dan tumbuh tegak. Daunnya terdapat di bagian pangkal, bentuk bergaris, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm. Bunganya berkarang dan bercabang banyak. Anak bulir kecil dan banyak sekali, warna cokelat dengan punggung berwarna hijau, bentuk bola sampai jorong, dengan ukuran 2 – 5 mm x 1,5 – 2 mm. Buahnya berwarna kuning pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik. Biasanya terdapat di tempat-tempat basah, berlumpur sampai semi basah, umumnya terdapat pada lahan sawah.
Cyperus difformis merupakan tumbuhan tahunan, tumbuh berumpun, 10 – 70 cm. Batangnya berbentuk segitiga licin, agak lunak, menajam pada ujungnya, sering berwarna agak hijau kekuning-kuningan. Daunnya dalam jumlah yang sedikit terdapat pada bagian pangkal batang, umumnya lebih pendek dari pada batang dengan lebar 2 – 8 mm. Bunganya berkarangan terdapat di ujung, umumnya anak bulir banyak dan membentuk suatu masa yang berbentuk bulat pada ujung cabang. Mempunyai 2 atau 3 daun pelindung seperti daun yang disebut daun pembalut. Anak bulir mempunyai ukuran panjang 4 – 8 mm, dan lebar lebih kurang 1 mm. C. difformis biasanya terdapat di tempat- tempat basah dan berlumpur, terutama di sawah. Reproduksinya melalui biji. Tumbuhannya dapat menutupi tanah dengan cepat karena daur kehidupan yang pendek dan produksi biji yang sangat banyak. Gulma tidak menaungi tanaman padi, tetapi dapat bersaing dalam memperebutkan air dan hara. Dapat menjadi gulma yang dominan disawah bila herbisida yang digunakan itu efektif terhadap rumput, tetapi tidak membunuh teki. Gulma tidak tahan terhadap genangan yang dalam, dan mungkin dapat dikendalikan melalui pengelolaan air.
Echinochloa crus-galli merupakan tumbuhan setahun, perakarannya dangkal, tumbuh berumpun, dengan tinggi batang 50 – 150 cm. Batangnya kuat dan kokoh, tumbuh tegak serta daunnya rata/datar dengan panjang 10 – 20 cm, lebar 0,5 – 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 – 21 cm, terdiri dari 5 – 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua. Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 – 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 – 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 – 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman. Echinochloa crus-galli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi.
Spenochlea zeylanica merupakan tumbuhan setahun, termasuk kedalam jenis berdaun lebar. Ditemukan di sawah. Akar berbentuk tali, batang berongga, bunga putih berbentuk bulir. Berkembang biak melalui biji. Habitatnya sawah yang selalu tergenagi dan rawa. Tumbuh hamper di tiap tanah basah pada daratan rendah. Biasa ditemukan dan gawat disawah dan kadang-kadang merupakan masalah bagi tanaman lain seperti talas.
Cyperus iria merupakan tumbuhan setahun, termasuk kedalam jenis teki. Ditemukan di sawah, dan lading gogorancah. Akar serabut berwarna merah kekuning-kuningan, bunga terbuka berwarna kekuning-kuningan, daun dibawah bunga lebih panjang daripada bunganya. Berkembangbiak melalui biji, tiap tumbuhan dapat menghasilkan biji sampai 5000 butir. Habitatnya di daerah terbuka yang basah, di tanah yang basah, tanah kering dan lahan gogorancah.
3.4 Cara-Cara Pengendalian Gulma
Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Pengendalian Gulma Secara Fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.
b. Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.
c. Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550 C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.
Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
2. Pengendalian Gulma Dengan Sistem Budidaya
Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
a. Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
b. Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.
Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.
Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
c. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
d. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.
e. Pengendalian gulma secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.
3.5 Pengedalian Gulma Padi Sawah
a. Menyiang
Keuntungan menyiang dengan tangan. Menyiang dengan tangan ialah cara yang paling tua, paling sederhana langsung dalam mengendalikan gulma di sawah. Efektif terhadap gulma muda. Gulma yang tumbuh didalam rumpun dan diantara barisan tanaman padi dapat dibuang tanpa merusak tanaman padi.
Kerugian menyiang dengan tangan adalah banyak tenaga kerja dan memakan waktu yang lama. Biit gulma yang masih muda tidak dapat dibedakan dengan tanaman padi pada awal musim, dikala menyiangi dengan tangan paling efektif.
Pengaturan waktu untuk menyiang dengan tangan, menyiang dengan tangan harus dilakukan pada waktu pertumbuhan dini tanaman itu tepatnya waktu tergantung dari budidaya padinya.
b. Pengelolaan air
Penggenangan adalah tindakan pengendalian gulma yang penting, padi tumbuh baik hasilnyadalam tanah jenuh maupun dalam air genangan, keuntungan utama penggenangan ialah pengendalian gulma akan lebih baik.
Waktu menggenangi dengan air adalah 3-4 hari setelah tandur. Dalam pertumbuhannya permukaan air dapat dinaikkan 5-10 cm. padi yang ditabur langsung dapat digenangi setelah berkecambah dan tanaman sudah mapan. Menggenangi dengan air pada system tanah ini kurang efektif karena beberapa jenis gulma dapat turut mapan pertumbuhannya bersama dengan tanaman padi yang masih muda.
c. Herbisida
Herbisida adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara pengendalian lainnya.
Keuntungan herbisida adalah menghemat tenaga, dapat digunakan dalam lingkungan padi apapun. Kerugiannya adalah menggunakan herbisida yang sama terus-menerus mengakibatkan berkembangnya gulma, khususnya jenis tahunan, yang sulit dikendalikan dengan herbisida. Pengaturan waktu pemberian herbisida
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan atau tanaman lain yang tumbuh bersama dengan tanaman yang diusahakan.
2. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma.
3. Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria vaginalis, Paspalum distichum, Frimbristylist milliacea, Cyperus difformis, Scirpus juncoides, Marsilea crenata, Echinochloa crus-galli, Jussiea repens, Spenochlea zeylanica, dan Cyperus iria.
4. Cara-cara pengendalian gulma: Pengendalian gulma secara fisik, Pengendalian gulma dengan sistem budidaya, Pengendalian gulma secara biologis, Pengendalian gulma secara kimiawi dan Pengendalian gulma secara terpadu.
4.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis tuliskan dengan hasil praktek lapang yang di laksanakan di Desa Sidera antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan untuk praktek lapang selanjutnya di buat jadwal praktek dan waktu setiap matakuliah yang di praktekan, sehingga tidak ada matakuliah praktek yang tabrakan, sehingga dalam pengumpulan data banyak yang tidak maksimal.