Baca Juga
Pendahuluan
Salah satu faktor munculnya aliran aliran sesat dalam tubuh umat islam adalah faktor eksternal. Yaitu berupa usaha dan konspirasi dari musuh musuh Islam untuk melemahkan umat Islam. Salah satu caranya adalah dengan memunculkan aliran aliran yang menyimpang. Sehingga dengan adanya aliran-aliran tersebut umat Islam akan menjadi lemah karena jauh dari ajarannya, sekaligus umat Islam akan terpecah belah. Terkhusus aliran Syiah, selain usaha kaum Yahudi yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba1, kemunculannya juga tidak lepas dari usaha orang-orang Persia yang ingin balas dendam terhadap umat Islam atas runtuhnya impremium Persia.
Impremium persia dan agama majusi
Sebagaimana kita ketahui bersama, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di utus, ada dua impremium besar yang disegani oleh bangsa arab. Yaitu impremium Romawi yang beragama nashrani, dan Impremium persia yang beragama majusi. Agama majusi merupakan agama terakhir di persia yang menggabungkan ajaran-ajaran agama Persia sebelumnya seperti mazda, manawiyah, mazdikiyah dan yang lainnya3.
Ajaran agama Majusi dikenal dengan penyembahannya kepada matahari, bulan, air, dan api. Mereka meyakini bahwa tuhan pencipta ada dua; tuhan yang menciptakan kebaikan yaitu cahaya dan yang menciptakan keburukan yaitu kegelapan. Kedua tuhan tersebut selalu bermusuhan hingga hari kiamat. Namun mereka mengatakan bahwa tidak mungkin kedua duanya azali atau tanpa permulaan, yang azali hanyalah cahaya, sedang kegelapan adalah tuhan yang diciptakan oleh cahaya.4 Mereka juga meyakini adanya hulul5 dan tanasukhul arwah (reinkarnasi). Dan begitulah, keyakinan mereka penuh dengan takhayul dan khurofat.
Keyakinan orang orang persia juga terpengaruhi dengan keyakinan orang orang yahudi, nashrani, dan budha yang dalam beberapa periode sejarah mereka banyak yang tinggal di negara persia. Diantara pengaruh yahudi paling menonjol adalah gerakan rahasia atau gerakan bawah tanah dan taqiyyah (menyembunyikan keyakinan). Semua agama agama di persia, baik itu mazdikiyah, manawiyah, Zardisytiun menyebarkan ajaran mereka lewat gerakan bawah tanah, maka tidak heran jika kita juga melihat orang orang syiah sekarang begitu lihai dalam menyebarkan ajarannya melalui gerakan yang terselubung, dan kita juga mengenal ajaran taqiyah yang begitu erat dipegang oleh orang orang Syiah.
Adapun pengaruh agama Nasrani yang paling menonjol adalah keyakinan trinitas dan hulul. Begitu juga dengan agama Budha, pengaruh sangat terlihat sekali dari penyembahan terhadap berhala yang menjadi ciri hal agama orang orang Persia yang juga merupakan ajaran agama Budha.
Para pemuka agama di Persia dibagi menjadi kabilah-kabilah. Yang mana tiap kabilah memiliki pemuka masing-masing. Bahkan mereka menjadikan para pemuka mereka sebagai wakil Allah di muka bumi, yang mana mereka diciptakan untuk membantu tuhan tuhan mereka. Maka mereka pun mengkultuskan pemuka kabilah mereka, bahkan meyakini bahwa dzat ketuhanan telah menyatu dalam jasad pemuka kabilah mereka.
Hal inilah yang mendorong mereka untuk mengkultuskan ahlul bait, bukan karena cinta dengan ahli bait keturunan Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tapi karena merupakan pradigma berpikir mereka yang mengkultuskan kabilah.
Kemudian kalau kita melihat sejarah persia, kehidupan orang orang persia sangat penuh dengan fitnah dan banyaknya demonstrasi, kudeta, perang saudara dan revolusi berdarah. Dan tidak jarang dalam sengketa tersebut seorang saudara membunuh saudaranya sendiri, seorang ayah membunuh anaknya tanpa kasih sayang, hanya karena masalah yang sepele. Maka tidak heran jika hari ini kita juga melihat hal yang serupa. Bagaimana suatu negri yang disitu banyak orang orang syiah, selalu terjadi keributan dan kekacauan disana. Lihat saja contoh di Suriah, Libanon, Yaman, Irak, dan negeri-negeri lainnya.
Kerajaan persia dan umat islam
Di hadapan impremium Persia ketika itu, bangsa arab merupakan bangsa yang rendah. Mereka melihat bangsa Arab sebagai budak, yang tidak bermartabat sama sekali. Maka ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus, dan beliau mengirim surat kepada Kisra atau raja Persia, dia pun tanpa ragu menyobek surat tersebut dengan penuh penghinaan dan perendahan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kisra menyobek surat tersebut sambil berkata, “bagaimana dia menulis surat ini kepadaku padahal dia adalah budakku?”. Maka Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun berdoa semoga Allah menyobek kerajaan Kisra.
Waktu terus berjalan dan agama islam kian menyebar menguasai jazirah arabia, hingga tiba waktunya umat islam untuk menaklukan negri persia. Ketika itu Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan pemimpin yang ditunjuk oleh Khalifah Umar bin Khattab sebagai pemimpin pasukan umat islam untuk menaklukan Persia. Dan merupakan kebiasaan ketika itu diantara dua pasukan yang hendak bertempur untuk saling mengirim utusan untuk berdialog. Maka Sa’ad pun mengutus beberapa orang dari sahabat untuk menghadap kisra menawarkan ajaran Islam.
Ketika para utusan itu datang menjumpai raja persia (Yazdajird), orang orang pun keluar melihat mereka dengan penampilannya yang sangat sederhana. Mereka heran, bagaimana orang orang arab pedalaman dengan penampilan seperti itu menantang impremium persia dengan segala kekuatan adidayanya?!
Maka terjadilah dialog seru yang panjang antara yazdajird dengan utusan kaum muslimin yang diwakili oleh Nu’man bin Muqrin. Terlihat sekali dalam dialog tersebut bagaimana pandangan yazdajird yang penuh peremehan terhadap kaum muslimin. Kemudian dialog pun diakhiri dengan kemarahan Yazdajird hingga terjadinya pertempuran dahsyat yang dinamakan perang Qodisiyah7, yang akhirnya menjadi parit kuburan kerajaan persia!!
Tuduhan orientalis
Orang orang orientalis barat merasa heran dengan keruntuhan bangsa persia di bawah kaum muslimin. Mereka pun berusaha mencari sebab kekalahan bangsa Persia. Hingga akhirnya mereka mengatakan bahwa bangsa persia runtuh karena banyaknya konflik internal yang menyebabkan kelemahan dalam tubuh mereka. Mereka mengatakan bahwa bangsa persia sudah tua dan diambang keruntuhannya ketika berhedapan dengan kaum muslimin.
Padahal kalau kita melihat sejarah, justru ketika kaum muslimin berhadapan dengan bangsa Persia, mereka sedang dalam kondisi kuat kuatnya, yaitu setelah kembali mereka bersatu dalam satu pemimpin yaitu Yazdajir setelah sebelumnya mereka diperselisihkan dengan kepemimpinan yang berbeda. Mereka justru memiliki kekuatan tempur yang tangguh yang ditakuti oleh musuh musuh mereka. Bahkan kaum muslimin pun benci untuk bertempur melawan mereka. Kaum muslimin lebih memilih untuk berhadapan dengan bangsa arab atau bangsa romawi ketimbang berhadapan dengan bangsa persia.
Hal ini juga terlihat dari peperangan kaum muslimin melawan persia yang memakan waktu lebih dari tujuh tahun lamanya. Dan telah syahid dari kaum muslimin dua puluh ribu lebih. Khalid bin Walid pun telah menyaksikan kehebatan orang orang persia dalam pertempuran. Beliau berkata, “sungguh aku telah berperang pada hari mu’tah, dan telah terpotong di tanganku sembilan pedang, dan aku tidak melihat suatu kaum yang seperti orang orang persia, dan tidak aku jumpai dari orang orang persia yang seperti bangsa Ulayis9”.
Maka kita katakan bahwa tidak ada sebab kemenangan kaum muslimin atas bangsa Persia kecuali karena faktor keimanan. Kaum muslimin menghancurkan mereka dengan penuh kesabaran sambil berharap salah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid!!