Baca Juga
LAPORAN LENGKAP ILMU GULMA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Praktikan ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktik Budidaya Tanaman Semusim ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala.
Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Praktik Ilmu Gulma ini adalah untuk melengkapi persyaratan Mata Perkuliahan Ilmu Gulma pada semester ganjil ini.
Adapun penyusunan Laporan Praktik ini berdasarkan data-data yang Praktikan peroleh selama melakukan Praktek Lapang dan Laboratorium, buku – buku pedoman, serta data-data dan keterangan dari pembimbing.
Dengan segala kerendahan hati, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana wa Ta’ala. Amin
Demikian kata pengantar ini Praktikan buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi Praktikan dan pembaca pada umumnya.
Makassar, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Judul ……………………………………………………………….. i
Lembar pengesahan …………………………………………………........... ii
Lembar persembahan ………………………………………………………... iii
Kata Pengantar ……………………………………………………………… iv
Daftar Isi ……………………………………………………………………. v
LAPORAN 1 ALELOPATI
BABI PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Alelopati ……………………………...……………………………..
II.2 Kacang Hijau (Psaseolus radiates L) ……………………………….
II.3 Alelopati Chromolaena odorata (daun Jonga-jonga) ………………..
BAB III METODEOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat …………………………………………………
III.2 Alat dan Bahan ……………………………………………………
III.3 Prosedur Percobaan .…………………………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2 Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
LAMPIRAN ………………………………………………………………...
LAPORAN 2 IDENTIFIKASI GULMA
BABI PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Penggolongan Gulma ………………...……………………………..
II.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Gulma …………….
II.3 Dampak yang ditimbulkan terhadap Pertanaman .…………………..
II.4 Tanah Sawah …………………………………………………………
II.5 Tanah Danau …………………………………………………………
II.6 Tanah Kering ………………………………………………………...
BAB III METODEOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat …………………………………………………
III.2 Alat dan Bahan ……………………………………………………
III.3 Metode Percobaan .…………………………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2 Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
LAPORAN 3 KESUBURAN GULMA
BABI PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kesuburan Gulma ..…………………...……………………………..
II.2 Kesuburan Gulma pada Tanah ……. ……………………………….
II.3 Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Gulma ….………..
II.4 Gulma Teki (Cyperus rotundus) ..……………………………………
BAB III METODEOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat …………………………………………………
III.2 Alat dan Bahan ……………………………………………………
III.3 Prosedur Percobaan .…………………………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2 Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
LAPORAN 4 TAKSONOMI GULMA
BABI PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang …………………………………………………….
I.2 Tujuan dan Kegunaan …………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Klasifikasi Gulma ..…………………...……………………………..
II.1.1 Gulma Pasiflora foetida(rambusa) .……………………….
II.1.1 Gulma Peperomia pellucida(ketumpang air) ……………...
II.2 Habitat …………………………..……………………………………
II.2.1 Gulma Pasiflora foetida(rambusa) .……………………….
II.2.1 Gulma Peperomia pellucida(ketumpang air) …………….
II.3 Asal tanaman ………………………………………………………...
II.3.1 Gulma Pasiflora foetida(rambusa).……………………….
II.3.1 Gulma Peperomia pellucida(ketumpang air) ………………….
II.4 Deskripsi Tanaman …………………………………………………...
II.4.1 Gulma Pasiflora foetida (rambusa).……………………….
II.4.1 Gulma Peperomia pellucida(ketumpang air) ……………….
II.5 Manfaat Gulma ………………………………………………………
II.5.1 Gulma Pasiflora foetida(rambusa).……………………….
II.5.1 Gulma Peperomia pellucida(ketumpang air) ………………….
BAB III PEMBAHASAN
IV.1 Hasil ……………………………………………………………….
IV.2 Pembahasan ………………………………………………………..
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
V.2 Saran ………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
ALLELOPATI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukan kemajuan yang semakin pesat, namun demikian, banyak segi yang secara langsung atau tidak langsung dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan, penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya.
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki menusia. Hal ini berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau kegunaannya. Oleh karena itu, batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang elah lama ditanamai, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh alelopati (jonga-jonga) terhadap pertumbuhan kacang hijau.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai sarana pembelajaran terhadap mahasiswa mengenai bagaimana pengaruh dari ekstrak gulma terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semua jenis tanaman yang hidup mempunyai kebutuhan yang hampir sama, mereka memerlukan sinar matahari, air, unsur hara untuk pertumbuhannya dan juga memerlukan ruangan sebagai tempat hidupnya. Dengan adanya kesamaan keperluan tersebut, dalam keadaan tertentu terjadi suatu persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan.
Dalam rangka persaingan hidup, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia. Senyawa kimia tersebut dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhabn tersebut. Peristiwa semacam ini disebut alelopati. Peristiwa alelopati sebenarnya merupakan suatu tipe persaingan, dimana persaingannya dapat bersifat interspesifik maupun intraspesifik.
Pada kenyataannya peristiwa alelopati di alam sulit untuk diterangkan karena proses yang terjadi sangat kompleks. Sebagai contoh adalah Helianthus annus, tanaman ini memiliki senyawa kimia berupa asam Klorogenate dan Scopolitinyang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain yang berada di sekitarnya. Kemudian Wilson dan Rice (1968) mengadakan suatu penelitian untuk menguji kesuburan tanah bekas ditanami Helianthus annus tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada contoh tanah yang diambil setelah periode tanam ternyata ketersediaan fosfat, kalium, nitrat, dan amonium nitrogen berkurang (Tim Ekologi Umum, 2006).
Alelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain atau bagi mikroba. Banyak peneliti menemukan substansi penghambat dalam tanaman. Dari seluruh batangnya tanaman mengeluarkan zat kimia yang sangat menakjubkan, gula dan senyawa bau dari bunga terpenoid dan leachate yang mudah larut dari daun dan sangat banyak berasal dari akar. Pengaruh alelopati merupakan suatu fenomena normal, tetapi pengaruhnya umumnya kecil (A.H. Fitter dan R.K.M. Hay, 1991).
Peristiwa alelopati ialah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan jenis lain yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun yang berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat beracun itu dapat berupa gas atau zat cair yang dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati, misalnya hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lain. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis zat yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat,terpenoid, dan alkaloid.
Substansi yang aktif bertindak dalam peristiwa alelopati diistilahkan pula dengan fisotoksis dari pelapukan sisa tanaman. Bahan kimia yang dihasilkan tanaman dan merugikan tanaman lain adalah secara potensial bersifat ototoksis. Ototoksis sebagai penghambat tumbuhan tersebut penghasil substansi alelokemik tersebut menunjukkan adanya pengaruh intraspesifik.
Telah banyak referensi yang mencatat tentang spesies yang dapat mengeluarkan alelopat. Spesies-spesies tersebut dalam lingkungannya akan dapat menekan pertumbuhan spesies lain yang lemah akan zat tersebut.
BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum alelopati dilaksanakan pada tanggal 23 November 2013 bertempat di green house.
III.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu blender, gelas ukur, polybag, botol, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air, daun jonga-jonga, tanah, dan biji kacang hijau.
III.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
· Menyemaikan benih kacang hijau pada wadah penyemai.
· Membuat ekstraksi daun jonga-jonga dengan cara menghaluskannya dengan blender dan mencampurnya dengan air.
· Menyaring ekstraksi daun jonga-jonga untuk memisahkan larutan dengan ampas.
· Mengambil larutan dari ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 1,5 L dan menyimpannya dalam wadah botol plastic.
· Memindahkan benih kacang hijau ke polybag.
· Perlakuannya :
1. Perlakuan 1 ; sampel kacang hijau diberi larutan ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 10 cc dengan interval hari pemberian selama 1 hari, namun penyiraman dengan air dilakukan setiap hari.
2. Perlakuan 2 ; sampel kacang hijau diberi larutan ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 20 cc dengan interval hari pemberian selama 1 hari, namun penyiraman dengan air dilakukan setiap hari.
3. Perlakuan 3 ; sampel kacang hijau diberi larutan ekstraksi daun jonga-jonga sebanyak 30 cc dengan interval hari pemberian selama 1 hari, namun penyiraman dengan air dilakukan setiap hari.
· Melakukan pengamatan pertumbuhan terhadap tanaman kacang hijau yang telah diberi perlakuan-perlakuan di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Pengamatan | Perlakuan (ekstrak daun Jonga-jonga) | Kacang Hijau | |
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) | Rata-rata Jumlah Daun (helai) | ||
10 % | |||
1 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
2 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
3 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
4 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
5 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
6 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
7 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
8 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
9 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
10 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
11 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
12 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
13 | 20 % | ||
30 % | |||
10 % | |||
14 | 20 % | ||
30 % |
KESUBURAN GULMA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.
Kehadiran gulma pada lahan pertanian atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.
1. Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal: penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2. Sebagian besar tumbuhan gulma dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati.
3. Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4. Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5. Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.
I.2. Tujuan
1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya
2. Mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma, dan dominasi suatu vegetasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991).
Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan rung tumbuh, gulma mampu berkompetensi kuat.(Emanuel. 2003)
Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).
Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan definisi ekologis. Beberapa definisi subjektif adalah:
1. Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2. Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3. Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds). Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds)
Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Emanuel. 2003)
Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosudiro, 1984):
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5. Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Bagian-bagian yang hasrus diperhatikan untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi diantaranya adalah: keadaan geologi tanah, topografi, dan data-data sebelumnya serta fasilitas kerja atau keadaan seperti peta,lokasi yang dicapai, waktu yang tersedia dan sebagainya
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan suatu wilayah atau daerah. Suatu analisis vegetasi kadang kala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama dalam satu wilayah.komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di sustu wilayah.Sifat dasar yng harus dimiliki oleh oleh komunitas tumbuhan adalah :
a. Mempunyai komposisi floristic yang tetap
b. Fisiognonomi (struktur ,tinggi, penutupan\,tasjuk daun, dan sebagainya.)
Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010).
Gulma dapat diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu golongan rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki-tekian (sedges). Beberapa definisi yang termasuk kelompok ini adalah (Sukman, 1991) :
1. Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2. Semua tumbuhan selain tanaman budidaya, sebagai contohnya selain tanaman padi di sawah yang sengaja ditanaman tumbuhan lainnya dianggap gulma.
3. Tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif pada manusia baik secara langsung maupun tidak dan lain sebagainya.
5. Mempunyai daya saing / daya kompetisi yang tinggi terhadap tanaman pokok.
6. Dapat menjadi inang sementara bagi penyakit atau parasit tanaman utama.
7. Menghambat kelancaran aktivitas manusia.
Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.
Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:
1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji- biji gulma.
3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa diantara tanaman yang diusahakan.
5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Kenaikan ongkos- ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.
8. Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka.
Identifikasi gulma adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo, 2010).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat Dan Waktu
Praktikum gulma dengan judul percobaan identifikasi gulma di laksanakan pada hari Rabu tanggal 30 November 2013 pukul 15.30 sampai selesai, bertempat di screenhouse, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang di gunakan dalam percobaan ini yaitu botol aqua bekas ukuran 1500 ml sebanyak 1 buah, polybang transparan sebanyak 9 lembar dan alat tulis menulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang di gunakan yaitu tanah liat, tanah rawa, tanah tergenang, label dan air secukupnya.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
2. Memasukkan masing-masing tanah ke dalam polybag, tiga polybag berisi jenis tanah yang sama dengan kedalaman masing-masing 20 cm, 40 cm dan 60 cm.
3. Menyiram polybang yang berisi tanah secara rutin dengan air secukupnya.
4. Mengamati jenis gulma apa saja yang tumbuh dan berapa banyak gulma yang dalam polybag.
5. Mencatat hasil pengamatan yang di dapatkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari percobaan identifikasi gulma yang telah dilakukan, maka di peroleh hasil sebagai berikut :
Table 1. Data hasil pengamatan identifikasi gulma
Jenis tanah dan Kedalamannya | Minggu I | Minggu II | Minggu III | ||||
Jenis gulma | Jumlah gulma | Jenis gulma | Jumlah gulma | Jenis gulma | Jumlah gulma | ||
Tanah Liat | 20 cm | - | - | - | - | - | - |
40 cm | - | - | - | - | - | - | |
60 cm | - | - | - | - | - | - | |
Tanah Rawa | 20 cm | Gulma Mimosa pucica | 5 | Gulma Mimosa pucica | 7 | Gulma Mimosa pucica | 7 |
40 cm | Gulma Mimosa pucica | 3 | Gulma Mimosa pucica | 5 | Gulma Mimosa pucica | 5 | |
60 cm | Gulma Mimosa pucica | 3 | Gulma Mimosa pucica | 2 | Gulma Mimosa pucica | 2 | |
Tanah Tergenang | 20 cm | Gulma Ageratum conyzoides | 1 | Gulma Ageratum conyzoides | 2 | Gulma Ageratum conyzoides | 2 |
40 cm | Gulma Ageratum conyzoides | - | Gulma Ageratum conyzoides | 1 | Gulma Ageratum conyzoides | 1 | |
60 cm | - | - | - | - | - | - |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013
4.2 Pembahasan
Dari praktikum gulma dengan percobaan identifikasi gulma yang telah dilakukan dengan menggunakan media tanah liat, tanah rawa dan tanah tergenang dengan melakukan pengamatan selama 3 minggu, maka dapat di peroleh hasil seperti yang terlihat pada tabel di atas, hanya saja untuk nama jenis gulma yang tumbuh pada masing-masing jenis tanah belum bisa di pastikan nama gulmanya di karenakan gulma yang tumbuh masi kecil dan belum dapat di identifikasi.
Pada pengamatan dengan menggunakan tanah liat dapat dilihat kesimpulannya pada minggu pertama hingga minggu ketiga bahwasanya pada media ini tidak ada gulma yang tumbuh, hal ini dikarenakan adanya penyiraman yang tidak teratur yang diberikan pada media tersebut.
Media kedua yaitu media rawa dengan masing-masing memiliki kedalaman 20 cm, 40 cm dan 60 cm. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami sajikan pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa pada kedalaman 20 cm dan 40 cm, gulma dari minggu pertama sampai minggu ketiga jumlah gulma tersebut bertambah. Namun, hal ini berbeda pada kedalaman 60 cm, hasilnya menunjukkan bahwa jumlah gulma tiap minggunya menurun, dari 3 menjadi 2. Hal ini dapat disebabkan karena pada kedalaman seperti ini bahan organik lebih mengurang lagi sehingga pertumbuhan gulma pun menurun.
Media tergenang yang sebagai media ketiga ini, menunjukkan hasil bahwasanya pada kedalaman 60 cm tidak ada gulma yang tumbuh. Namun, pada kedalaman 20 cm dan 40 cm terdapat beberapa gulma yang tumbuh.
Terlihat jelas bahwa pada jenis tanah sawah yang lebih banyak di tumbuhi oleh gulma walaupun pada minggu ke tiga terjadi penurunan jenis gulma yang tumbuh di karenakan terjadinya kematian pada gulma tersebut. Terjadinya perbedaan jumlah jenis gulma yang tumbuh pada masing-masing jenis tanah di sebabkan karena tekstur dan struktur tanah sawah lebih mudah di tumbuhi oleh gulma dan juga karena biji gulma tersebut mengalami masaa dormasi sehingga terjadi perbedaan jumlah dan jenis gulma yang tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Moenandir,J (1998) yang menyatakan bahwa “Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum. Kemampuan benih untuk menunda perkecambahan sampai waktu dan tempat yang tepat adalah mekanisme pertahanan hidup yang penting dalam tanaman. Dormansi benih diturunkan secara genetik, dan merupakan cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Pada saat masa dormasi benih telah selesai maka benih akan tumbuh”. Inilah yang menyebabkan biji gulma sangat cepat tumbuh karena masa dormnasi pada biji gulma berbeda dengan biji tanaman lain secara umum.
Selain karena biji gulma yang mengalami masa dormansi penyebab lain yang menyebabkan perbedaan jumlah dan jenis gulma yang tumbuh pada media tanah yang digunakan yaitu juga disebabkan karena beberapa factor, menurut Moenandir,J (1998) beberapa penyebab penyebaran biji gulma yaitu aktifitas atau kekuatan gulma itu sendiri, factor bantuan alam yang terdiri dari air, angin dan tanah selain itu juga karena faktor bantua makhluk hidup seperti mamalia (Epizoctoty dan avas/burung) dan bantuan manusia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan menganai identifikasi gulma maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Setiap media memiliki gulma yang berbeda-beda, terbukti dari hasil pengamatan yang telah diamati bahwasanya gulma yang tumbuh pada tanah tergenang dan tanah rawa berbeda. Hal ini berarti setiap gulma dapat digolongkan berdasarkan habitatnya.
2. Gulma lebih cepat pertumbuhannya pada media tanah rawa dibandingkan dengan media tanah tergenang dan tanah liat yang hanya beberapa gulma yang tumbuh bahkan ada yang tidak tumbuh pada media tanah liat.
5.2 Saran
Saran yang dapat di berikan yaitu sebaiknya dalam proses praktikum ini yaitu sangat perlu diperhatikan jenis gulma ada setiap media tanah yang digunakan agar lebih mudah mengenali dan mengantisipasi pada saat pertumbuhan tanaman berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Gulma. Diakses pada website http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html pada tanggal 03 Desember 2013
Aslilah. 2013. Identifikasi Gulma dan Penggolongannya. Diakses pada halaman website http://aslilah.blogspot.com/2013/02/identifikasi-gulmaaaaaaaa-dan penggolongannya.html pada tanggal 03 Desember 2013
Nasution, U. 2001. Ilmu Gulma. Cetakan kedua. Gramedia Angkasa : Jakarta
Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolahannya. Cetakan Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Sukma dan Yakup. 2002. Cara Pengendalian Gulma. Diakses pada website www. google.com/cara-pengendalian-gulma pada tanggal 03 Desember 2013
Suwardji. 2003. Penggolongan Gulma Berdasarkan Sifat Morfologi. Diakses pada website http://carabudidaya.com/penggolongan-gulma-berdasarkan-sifat-morfologi/ pada tanggal 04 Desember 2013.
TAKSONOMI GULMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya karena mengganggu tanaman budidaya yang ditanam. Selain itu, gulma juga dianggap tidak memiliki manfaat bagi kelangsungan hidup tanaman budidaya yang ditanam melainkan menimbulkan kerugian akibat kompetisi terhadap unsur hara, air dan cahaya matahari dengan tanaman budidaya.
Dalam usaha budidaya suatu tanaman, tentu tidak lepas dari berbagai kendala dan gangguan dari berbagai jenis organisme pengganggu tanaman (OPT), antara lain hama, penyakit, maupun gulma. Salah satu, yang paling sering menyerang adalah gulma. Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan serta dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia dalam mengelola usahataninya.
Sangat sulit untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan gulma pada area pembudidayaan tanaman, karena gulma memiliki sifat-sifat, antara lain pertumbuhannya cepat, mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya, mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, mempunyai daya berkembang biak yang besar secara vegetatif dan atau generatif, alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang, dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Dengan sifat-sifat tersebut, gulma dapat dengan mudah tumbuh serta berkembang dengan pesat di area tanaman budidaya. Pada umumnya, gulma dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan ciri morfologinya, yaitu teki-tekian, berdaun lebar, dan rumput-rumputan.
Pada umumnya persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3pertama dari umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panenan.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai gulma yang memiliki pengaruh pada proses pertumbuhan tanaman yang di budidayakan karena pertumubuhan dan kesuburan gulma yang sangat cepat di bandingkan dengan pertumbuhan tanaman yang di budidayakan, maka sangatlah penting melakukan percobaan praktikum kesuburan gulma ini.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari percobaan kesuburan gulma ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kesuburan gulma teki terhadap tanah yang di berikan perlakuan berbeda-beda pada media tumbuhnya.
Sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi kepada mahasiswa maupun kepada para pembaca menganai arti penting kesuburan gulma khususnya kesuburan gulma pada tanah yang diberikan pupuk kandang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesuburan gulma
Kesuburan gulma dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan dalam kesuburan gulma karena sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar gulma, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi gulma, tempat persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan gulma (Bangun, P. 1988).
Agar mampu menjalankan peran-peran tersebut, maka tanah harus memiliki kesuburan dan kesehatan yang baik. Kata ”kesuburan dan kesehatan tanah” sering kali digunakan secara bersamaan. Pada kenyataannya ada dijumpai tanahnya subur tetapi tanaman yang tumbuh di atasnya, tumbuh tidak sehat. Terdapat perbedaan definisi antara kesuburan dan kesehatan tanah. Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fisika, dan biologi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan tanah bisa diartikan suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa adanya gangguan apapun (Anonym 2012).
Kesuburan dan kesehatan tanah bisa berubah-ubah. Tanah yang tadinya subur dan sehat bisa saja menjadi kurang subur dan sakit. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kesuburan dan kesehatan tanah menjadi menurun. Beberapa faktor penyebab menurunnya kesuburan tanah diantaranya yaitu penyerapan zat hara oleh tanaman, penguapan elemen hara ke atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan terjadinya erosi. Sedangkan faktor-faktor penyebab menurunnya kesehatan tanah diantaranya yaitu tidak pernah melakukan pemberian bahan organik ke tanah, pemakaian pupuk yang berlebihan (Bangun, P. 1988).
2.2 Kesuburan gulma pada tanah
Dalam dunia pertanian, tanah mempunyai peranan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar, tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi tumbuhan, tempat persediaan air bagi tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Agar mampu menjalankan peran-peran tersebut, maka tanah harus memiliki kesuburan dan kesehatan yang baik. Kata ”kesuburan dan kesehatan tanah” sering kali digunakan secara bersamaan. Pada kenyataannya ada dijumpai tanahnya subur tetapi tanaman yang tumbuh di atasnya, tumbuh tidak sehat (Husnalita, dkk. 1996).
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fisika, dan biologi yang dimilikinya. Sedangkan kesehatan tanah bisa diartikan suatu keadaan tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa adanya gangguan apapun. Walaupun terdapat perbedaan definisi, faktanya terkadang sulit membedakan antara kesuburan tanah maupun kesehatan tanah karena pada keduanya terkait dengan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Ditinjau dari sudut kesuburan, tanah dipandang sebagai tempat tumbuh tanaman dimana faktor yang sangat berpengaruh adalah tekstur tanah, ketersediaan hara, aerasi, kemampuan mengikat tanah dll. Sedangkan ditinjau dari sudut kesehatan tanah, tanah dipandang sebagai tempat kehidupan, dimana kehidupan jasad-jasad makro dan mikro di dalam tanah harus mampu mendukung kehidupan tanaman. Tanah yang subur akan memberikan pengaruh yang baik pada tumbuhan yang tumbuh di atasnya, baik itu tanaman yang di budidayakan maupun tanaman yang di budidayakan misalnya gulma . Kesuburan gulma dipengaruhi oleh jenis tanah dimana gulma tersebut tumbuh karena jenis tanah yang berbeda maka kesuburan gulma akan berbeda pula (Husnalita, dkk. 1996).
2.3 Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan gulma
Pupuk kandang sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organic akan mengembalikan bahan organik kedalam tanah yang akan berpengaruh pada kesuburan tanah sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman. Pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah ialah pupuk kandang (Chaeruddin 1996).
Pupuk kandang diberikan kedalam tanah untuk menambah bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air dan memacu aktivitas mikroorganisme. Kerugian penggunaan pupuk kandang ialah selain dapat menyuburkan tanah juga dapat menyuburkan gulma, karena gulma akan mudah tumbuh pada kondisi tanah yang subur. Penggunaan pupuk kandang mendorong pertumbuhan gulma melalui biji atau bagian gulma yang tetap dapat tumbuh meskipun sudah melaui proses pencernaan, terutama family Cyperaceae dan graminae, sehingga dibutuhkan tanaman penutup tanah yang dapat segera menutup permukaan tanah, sehingga secara langsung dapat menekan pertumbuhan gulma secara alami. Tanaman penutup tanah yang dapat digunakan sebagai cover crop ialah tanaman yang berasal dari family leguminoceae yang disebut LCC (Legume Cover Crop) (Chaeruddin 1996).
2.4 Gulma teki
Gulma teki atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Kelompok teki mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus) dan Scirpus moritimus (Anonim. 2012).
Morfologi gulma teki akarnya pada rimpang yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun. Batang rumput teki memiliki ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Daun berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah. Bunga berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas kepala benangsari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Buahnya berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarnacoklat, dengan panjang 1,5- 4,5 cm dengan diameter 5-10 mm. Bijinya berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu dimana bulu ini dapat digunakan untuk proses penyerbukan (Aninim. 2012).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum gulma dengan judul kesuburan gulma di laksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Desember 2012 pukul 09.50 sampai selesai. Bertempat di green hous Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2 Alat danBahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu talang plastic sebanyak 4 talang dengan ukuran 2kg, timbagan, spidol, penggaris, camera dan alat tulis menulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu tanah, pupuk kandang air dan gulma teki (Cyperus rotundus L) sebanyak 60 batang.
3.3 Proses Kerja
Dalam percobaan ini prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang tanah dan pupuk kandang sesuai perlakuan
3. Memberikan perlakukan sebagai berikut :
- Mengisi talang pertama dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:0 ( Tanah sebanyak 1 kg tanpa pupuk kandang)
- Mengisi talang keduan dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandinan 1:1 ( Tanah sebanyak 1 kg dan Pupuk kandang sebanyak 1 kg)
- Mengisi talang ketiga dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandinan 2:0 ( Tanah sebanyak 2 kg tanpa pupuk kandang)
- Mengisi talang keempat dengan media tanah dan pupuk kandang dengan perbandinan 2:2 ( Tanah sebanyak 2 kg dan Pupuk kandang sebanyak 2 kg)
4. Setelah talang terisi media, prosedur selanjutnya yaitu dengan menanam gulma teki pada setiap talang, masing-masing talang di tanami dengan gulma teki sebanyak 15 batang persatu talang.
5. Mencatat hasil yang di peroleh dari pengamatan kesuburan gulma. Parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari percobaan kesuburan gulma yang telah dilakukan maka di peroleh di hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Data hasil pengamatan perhitungan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun gulma teki
No | Jenis Pengamatan | Jenis Gulma | I | II | III | IV |
1 | Tinggi tanaman | Teki | 11.83 cm | 27,44 cm | 14.09 cm | 20.71 cm |
2 | Jumlah Daun | Teki | 4.16 helai | 5.75 helai | 5.56 helai | 6.01 helai |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum gulma kali ini dengan judul percobaan kesuburan gulma dengan menggunakan jenis gulma teki yang di tumbahkan pada talang yang berukuran 2kg dengan menggunakan bahan pupuk kandang dan tanah yang di berikan perlakuaan 1:0, 1:1, 2:0 dan perlakuan 2:2 dengan pengamatan dilakukan selama dua minggu.
Pada talang pertama (I) yang di beri perlakuan dengan media tanah sebanyak 1 kg tanpa pupuk kandang (1:0) diperoleh rata-rata tinggi tanaman 11,83 cm dengan rata-rata jumlah daun sebanyak 4,16 helai. Untuk talang kedua (II) dengan perlakuan media tanah sebanyak 1 kg dan pupuk kandang sebanyak 1 kg (1:1) diperoleh rata-rata tinggi tanaman 27,44cm dengan rata-rata jumlah daun 5,75 helai. Talang ketiga (III) dengan perlakuan tanah sebanyak 2 kg tanpa pupuk kandang (2:0) rata-rata tinggi tanamannya 14,09cm dan rata-rata jumlah daunnya yaitu 5,56 helai. Sedangkan untuk talang keempat (IV) dengan perlakuan media tanah sebanyak 2 kg dan pupuk kandang sebanyak 2 kg (2:2) di peroleh rata-rata tinggi tanaman yaitu 20,71cm dengan rata-rata jumlah daun 6,01 helai.
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa terjadi perubahan kesuburan gulma teki yang ditandai terjadinya perbedaan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun pada masing-masing talang. Perbedaan tersebut di sebabkan karena perlakuan yang di berikan berbeda-beda sehingga menyebabkan kesuburan gulma tersebut berbeda, secara umum gulma yang diberikan perlakuaan pupuk kandang memiliki kesuburan yang lebih bagus di bandingkan tanpa di beri pupuk kandang seperti yang terlihat di table pada talang I dan talang ke III yang di beri perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang yang menyebabkan kesuburan gulma teki kurang baik, terlihat jelas bahwa pupuk berperan penting pada kesuburan tanaman maupun gulma yang termaksud dalam kategori tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaeruddin (1996) yang menyatakan bahwa “pupuk kandang adalah beberapa sumber unsure hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dan sebagainya yang berperan dalam menyuburkan tanaman, pupuk kandang yang diberikan kedalam tanah untuk menambah bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air dan memacu aktivitas mikroorganisme”, inilah yang menyebabkan kesuburan gulma pada setiap talang berbeda-beda.
Selain itu, juga di sebabkan karena factor-faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan kesuburan pada gulma teki tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat anonim (2012) yang menyatakan bahwa “perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman di sebabkan karena factor internal dan factor eksternal. Factor internal di sebabkan dari tanaman itu sendiri misalnya karena gen dan hormon tanaman tersebut, sedangkan factor eksternal di sebabkan karena factor lingkungan dimana tanaman tersebut berbeda misalnya factor air, mineral, suhu, cahaya matahari dan kelembaban yang menyebabkan kesuburan gulma (tinggi tanaman dan jumlah daun) tersebut berbeda”.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kesuburan gulma yang telah di lakukan maka di dapat di tarik kesimpulan bahwa :
· Talang yang diberikan perlakuan dengan menggunakan pupuk kandang umumnya kesuburan gulmanya lebih bagus. Seperti pada talang I dan IV dengan perlakuan tanah dan pupuk kandang yang pemberian dosisinya seimbang
· Penggunaan pupuk kandang selain menyuburkan tanaman juga dapat menyuburkan tanah
· Selain dengan pemberian pupuk kandang, kesuburan gulma juga di sebabkan karena adanya factor internal dan factor eksternal.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum gulma ini yaitu sebaiknya membangun hubungan komunikasi yang baik antar praktikan dan asisten. Dan saran saya untuk percobaan kesuburan gulma yaitu sebaiknya dalam menyuburkan gulma di gunakan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang yang memiliki dosis seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym (2012). Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah. Di akses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 19.00 WITA.
Bangun, P. 1987. Present status of weed problems in different food crops in Indonesia. Report of the ASEAN PLANTI Tech Meet.on Standardization of wwed interception. Manila, Philippines. 15 pp.
Chaeruddin 1996. Gulma. http://dennisruswanda.blogspot.com/2012/04/gulma.html. Di akses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 19.00 WITA.
Husnalita, dkk. 1996. Aplikasi Pupuk Kandang dan Tanaman Sela (Crotalaria juncea L.) Pada Gulma. http://pustakapertanianub.staff.ub.ac.id/files/2012/05/jurnal-tari.pdf. Di akses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 19.00 WITA
LAMPIRAN
Klasifikasi gulma teki
- Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
- Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
- Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
- Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
- Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
- Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Cyperales
- Famili: Cyperaceae Genus: Cyperus
- Spesies: Cyperus rotundus L.
Data Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Minggu I
Tabel 1. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 1:0 ( Talang I )
No | Pengamatan Minggu I | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 23,7 | 4 |
2 | 18 | 7 |
3 | 19 | 6 |
4 | 26 | 5 |
5 | 20 | 6 |
6 | 14 | 3 |
7 | 11 | 9 |
8 | 18,2 | 8 |
9 | 16 | 12 |
10 | 17,8 | 7 |
11 | 11,3 | 9 |
12 | 12 | 7 |
13 | 16,2 | 3 |
14 | 19,1 | 9 |
15 | 21,4 | 3 |
∑ | 17,58 | 6 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 2. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 1:1( Talang II )
No | Pengamatan Minggu I | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 19,2 | 7 |
2 | 30 | 4 |
3 | 36 | 5 |
4 | 42 | 8 |
5 | 36,5 | 5 |
6 | 19,8 | 6 |
7 | 20,2 | 7 |
8 | 27 | 6 |
9 | 25,3 | 8 |
10 | 40 | 5 |
11 | 35,6 | 8 |
12 | 20,6 | 4 |
13 | 24,9 | 5 |
14 | 19,2 | 7 |
15 | 24,2 | 5 |
∑ | 28 | 6 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 3. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 2:0 ( Talang III )
No | Pengamatan Minggu I | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 15,2 | 9 |
2 | 13,5 | 9 |
3 | 16,8 | 5 |
4 | 20,3 | 7 |
5 | 14,1 | 8 |
6 | 14,2 | 8 |
7 | 22,2 | 9 |
8 | 17,7 | 11 |
9 | 21,8 | 5 |
10 | 17,2 | 6 |
11 | 19,8 | 7 |
12 | 23 | 7 |
13 | 18 | 7 |
14 | 19,2 | 7 |
15 | 19,4 | 8 |
∑ | 18 | 7 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 4. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 2:2 ( Talang IV )
No | Pengamatan Minggu I | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 23,4 | 6 |
2 | 27 | 8 |
3 | 24,4 | 8 |
4 | 23,7 | 6 |
5 | 16,2 | 7 |
6 | 15 | 8 |
7 | 38,5 | 6 |
8 | 21,8 | 8 |
9 | 31 | 6 |
10 | 17,2 | 6 |
11 | 24,5 | 7 |
12 | 16,1 | 5 |
13 | 7,5 | 10 |
14 | 12,7 | 5 |
15 | 26,1 | 7 |
∑ | 21 | 6 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Hasil Pengamatan Minggu II
Tabel 1. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 1:0 ( Talang I )
No | Pengamatan Minggu II | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 23,9 | 4 |
2 | 18,5 | 7 |
3 | 19,2 | 6 |
4 | 26.4 | 5 |
5 | 20,3 | 6 |
6 | 14,2 | 3 |
7 | 11,5 | 9 |
8 | 18,6 | 8 |
9 | 16,3 | 12 |
10 | 18,2 | 7 |
11 | 11,5 | 9 |
12 | 12,3 | 7 |
13 | 16,7 | 3 |
14 | 19,3 | 9 |
15 | 21,7 | 3 |
∑ | 17,91 | 6,5 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 2. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 1:1 ( Talang II )
No | Pengamatan Minggu II | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 19,9 | 7 |
2 | 30,3 | 4 |
3 | 36,8 | 5 |
4 | 42,2 | 8 |
5 | 36,8 | 5 |
6 | 20,2 | 6 |
7 | 20,4 | 7 |
8 | 27,3 | 6 |
9 | 25,5 | 8 |
10 | 40,2 | 5 |
11 | 35,8 | 8 |
12 | 25,2 | 5 |
13 | 21,1 | 4 |
14 | 19,4 | 7 |
15 | 24,6 | 5 |
∑ | 27,39 | 6 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 3. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 2:0 ( Talang III )
No | Pengamatan Minggu II | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 16.0 | 9 |
2 | 15.0 | 9 |
3 | 16.5 | 5 |
4 | 20.5 | 7 |
5 | 14.5 | 8 |
6 | 14.4 | 8 |
7 | 22.5 | 9 |
8 | 18.0 | 11 |
9 | 22.6 | 5 |
10 | 17.2 | 6 |
11 | 20.0 | 7 |
12 | 23.2 | 7 |
13 | 18.4 | 7 |
14 | 20.1 | 7 |
15 | 19.8 | 8 |
∑ | 18.58 | 7,5 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 4. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 2:2 ( Talang IV )
No | Pengamatan Minggu II | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 23.8 | 6 |
2 | 27.5 | 8 |
3 | 24.7 | 8 |
4 | 24.2 | 6 |
5 | 16.4 | 7 |
6 | 15.3 | 8 |
7 | 39.0 | 7 |
8 | 22.1 | 8 |
9 | 31.3 | 6 |
10 | 17.5 | 6 |
11 | 24.0 | 7 |
12 | 16.6 | 5 |
13 | 7.9 | 10 |
14 | 21.8 | 5 |
15 | 26.5 | 7 |
∑ | 22.57 | 6.9 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.1.3 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 1:0 ( Talang I )
No | Pengamatan Minggu III | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 0 | 0 |
2 | 0 | 0 |
3 | 0 | 0 |
4 | 0 | 0 |
5 | 0 | 0 |
6 | 0 | 0 |
7 | 0 | 0 |
8 | 0 | 0 |
9 | 0 | 0 |
10 | 0 | 0 |
11 | 0 | 0 |
12 | 0 | 0 |
13 | 0 | 0 |
14 | 0 | 0 |
15 | 0 | 0 |
∑ | 0 | 0 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 2. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 1:1 ( Talang II )
No | Pengamatan Minggu III | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 27 | 5 |
2 | 26 | 5 |
3 | 25.5 | 3 |
4 | 25 | 5 |
5 | 36.5 | 7 |
6 | 23.8 | 6 |
7 | 23.2 | 5 |
8 | 30.2 | 3 |
9 | 20 | 6 |
10 | 21.6 | 6 |
11 | 22.3 | 7 |
12 | 27 | 4 |
13 | 33.7 | 5 |
14 | 49.5 | 7 |
15 | 13 | 5 |
∑ | 26.9533 | 5.266666667 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 3. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 2:2 ( Talang IV )
No | Pengamatan Minggu III | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 9 | 5 |
2 | 21.4 | 3 |
3 | 11 | 5 |
4 | 13 | 5 |
5 | 9 | 5 |
6 | 10 | 7 |
7 | 12 | 3 |
8 | 0 | 0 |
9 | 0 | 0 |
10 | 0 | 0 |
11 | 0 | 0 |
12 | 0 | 0 |
13 | 0 | 0 |
14 | 0 | 0 |
15 | 0 | 0 |
∑ | 5.693333333 | 2.2 |
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Tabel 4. Data Hasil Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Gulma Teki
· Perlakukan 2:0 ( Talang III )
No | Pengamatan Minggu III | |
Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah daun (helai) | |
1 | 6.5 | 5 |
2 | 23 | 8 |
3 | 25.2 | 6 |
4 | 14 | 4 |
5 | 8.5 | 5 |
6 | 23 | 5 |
7 | 21 | 5 |
8 | 22 | 5 |
9 | 40 | 5 |
10 | 10 | 4 |
11 | 25 | 4 |
12 | 16.5 | 7 |
13 | 11.5 | 4 |
14 | 12.5 | 6 |
15 | 20 | 4 |
∑ | 18.58 | 5.13 |