Baca Juga
Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Pelabuhan Jepara. Karimunjawa juga terdapat Bandara Dewandaru yang didarati pesawat dari Bandara Ahmad Yani Semarang.
Benteng Portugis
Benteng Portugis (http://id.wikipedia.org)
Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau 45 km di sebelah timur laut Kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia sarana jalan aspal berbatu dan hanya dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan tidak ada rute transportasi umum ke situs sejarah ini.
Pada tahun 1619, kota Jayakarta (Sunda Kelapa) dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda. Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram.
Kejadian ini membuat Sultan Agung berpikir bahwa VOC Belanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.
Komplek Benteng Portugis (http://wisata-sia.blogspot.com)
Perjanjian kerja sama antara Mataram dan Portugis segera diadakan dan untuk tahap awal Portugis menempatkan tentaranya di benteng yang dibangun oleh Mataram pada tahun 1632. Benteng ini sangat efektif untuk menjaga lintas pelayaran ke kota Jepara yang menjadi Bandar utama Mataram untuk ekspor impor.
Kenyataan kerjasama Mataram dan Portugis tidak bisa direalisir untuk tujuan mengusir Belanda di Batavia bahkan tahun 1642 orang-orang Portugis angkat kaki dari benteng ini karena Malaka sebagai kota utama Portugis di Asia Tenggara justru direbut oleh Belanda pada tahun 1641.
Meriam (https://didiksalambanu.wordpress.com)
Pada waktu Jepang menampakkan kakinya di bumi Nusantara, benteng ini kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut. Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar, semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar. Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai.
Museum Kartini
Museum RA Kartini
Museum Kartini terletak di jalan Alun-alun No. 1, Desa Panggang, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara atau di sebelah utara Pendopo Kabupaten Jepara.
Luas bangunan museum 890 meter persegi, berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi. Bangunan tersebut terdiri dari tiga gedung:
- Gedung K, seluas 590 meter persegi
- Gedung T, seluas 130 meter persegi
- Gedung N, seluas 190 meter persegi Gedung. N sekarang difungsikan sebagai tempat kegiatan seni.
R.A. Kartini sebagai perintis emansipasi wanita Indonesia. Untuk mengenang jasa, pengabdian, dan perjuangannya, maka pada tahun 1975 Pemerintah Daerah Tingkat II Jepara, atas usulan wakil rakyat dan bantuan dari Presiden Soeharto, telah didirikan museum pada tanggal 30 Maret 1975, pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo, S.H. Diresmikan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Jepara, Soedikto, S.H. tepat seabad peringatan R.A. Kartini (note: Kartini lahir pada tahun 1879, jadi peringatan seabad seharusnya jatuh pada tahun 1979) Museum Kartini merupakan museum lokal yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Jepara.
Museum ini selain menyajikan benda-benda peninggalan R.A. Kartini juga menyajikan benda-benda warisan budaya yang didapat di daerah Kabupaten Jepara.
Ruang I
Meja Belajar RA Kartini (http://ticjepara.com)
Ruang ini berisi koleksi peninggalan RA Kartini berupa benda-benda dan foto-foto miliknya semasa masih hidup antara lain : (Satu) set meja kursi tamu yang masih asli terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas motif Jawa kuno; Lukisan wajah beliau pada saat melangsungkan pernikahannya dengan Bupati Rembang, Raden Mas Adipati Djoyodiningrat pada tanggal 12 Nopember 1903; Foto contoh tulisan dalam bahasa Belanda yang ditujukan kepada sahabatnya di negeri Holland; Foto putera satu-satunya yaitu Raden Mas Singgih yang waktu kecilnya bernama Susalit (Jawa : susah wiwit alit atau dalam bahasa Indonesia susah sejak kecil); Foto ayahandanya, RMAA. Sosroningrat yang pernah menjabat sebagai Bupati Jepara yang waktu itu pusat pemerintahannya berada di Pendopo Kabupaten.
Museum RA Kartini (http://kartinisologalery.blogdetik.com)
Terdapat juga Foto ibu kandungnya, MA. Ngasirah yang berasal dari desa Telukawur Jepara; Meja belajar; Piring dan mangkok; Hasil keterampilan tangan muridnya berupa renda; Alat untuk membatik berupa canting milik RA Kartini; Silsilah RA Kartini; Serambi belakang pendopo Kabupaten; Botekan, sebuah tempat untuk menyimpan jamu sebagai persiapan pada saat RA Kartini akan dilahirkan; Mesin jahit kepunyaan muridnya yang sampai sekarang masih dapat dioperasikan.
Ruang II
Drs. RMP. Sosrokartono (http://ticjepara.com)
Di ruang ini kita akan menjumpai benda-benda peninggalan maupun foto- foto dari kakak kandungnya, Drs. RMP. Sosrokartono. Tokoh yang turut berjuang dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia sekaligus sebagai motivator dan pendorong bagi cita-cita mulia RA Kartini, menguasai 26 jenis bahasa dan pandai dalam bidang pengobatan dengan menggunakan “Air Putih” sebagai media perantara. Beliau terkenal dengan sebutan “Joko Pring” atau “Mandor Klungsu” dan orang-orang sering memanggil beliau dengan julukan “Ndoro Sosro”. Selain itu beliau terkenal lewat ilmunya “Catur Murti” yaitu perpaduan antara ucapan, perasaan, pikiran, dan perbuatan. Menurut ajaran ilmu tersebut bilamana orang menguasai dan mampu memadukan keempat unsure di atas niscaya orang itu akan menjadi manusia yang sejati (Jawa : Mumpuni).
(http://ticjepara.com)
Beberapa benda peninggalan dan foto-foto yang ada di ruangan ini antara lain: Kursi-kursi untuk antri para pasien yang kondisinya masih asli; kursi sofa untuk istirahat; tempat pengobatan sekaligus tempat pembaringan terakhir pada saat beliau wafat; foto gambar gunung Lawu dan Merapi yang diambil tidak melalui pesawat terbang maupun satelit, namun dari suatu tempat tertentu dengan kekuatan ilmu yang dimilikinya; ruang semedi; meja marmer asli; gambar huruf Alif yang terpasang pada bingkai sebagai tanda untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dalam mengobati pasien; dll.
Ruang III
Benda-benda yang ada di ruangan ini meliputi benda-benda purbakala periode abad VII yaitu peninggalan Ratu Shima. Ratu Shima adalah penguasa kerajaan Kalingga di daerah Keling Kabupaten Jepara dan benda-benda kuno bernilai sejarah yang ditemukan di wilayah Jepara, antara lain:
Peninggalan Ratu Shima (http://ticjepara.com)
Foto beberapa barang kerajaan yang terbuat dari emas dan platina, patung arca trimurti dan siwa mahaguru, yoni dan lingga, kepingan mata uang gopeng yang terbuat dari logam, potongan ornament batu berukir yang sekarang ini masih dapat dilihat pada dinding masjid Mantingan Jepara, Seperangkat gamelan kuno, bak mandi dan guci untuk menyimpan air yang terbuat dari tanah liat, beberapa barang keramik yang ditemukan di sekitar perairan Karimunjawa, dll.
Peninggalan Ratu Shima (http://ticjepara.com)
Selain benda-benda di atas disajikan pula beberapa contoh barang hasil kerajinan dari Jepara yang terkenal yaitu: Ukir-ukiran, tenun ikat tradisional dari desa Troso, monel (logam baja putih) yang tidak berkarat atau stenlis steel, keramik, rotan dan anyaman bambu.
Ruang IV
Joko Tuo (http://ticjepara.com)
Di ruang ini dapat kita lihat kerangka ikan raksasa “Joko Tuo” yang panjangnya 16 meter dan lebar 2 meter dengan berat 6 ton. Ikan tersebut ditemukan tahun 1989 di Pulau Karimunjawa dalam keadaan mati namun masih ada sisa-sisa dagingnya. Menurut pakar sejarah atau arkeologis bahwa ikan ini sebangsa ikan gajah, karena pada bagian kepalanya terdapat semacam gading seperti yang dimiliki hewan gajah serta ada bahasa latin dan spesies khusus untuk hewan tersebut. Namun kebanyakan para pengunjung menyebut ikan itu dengan nama ikan Paus.
Museum R.A. Kartini
Jalan Alun-alun no. 1, Jepara, Jawa Tengah
Jam Buka: Senin-Jumat: 08.00-17.00, Sabtu: 08.00-17.00 dan Minggu: 09.00-17.00