Baca Juga

Pengertian Peta Pikiran (Mind Mapping)
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970- an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran. 

Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005: 175-176) mengatakan bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. A mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other items linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision making, and writing (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map). Mind map atau peta pikiran adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. 

Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Sementara itu DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa peta pikiran menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Sejalan dengan hal tersebut, Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau peta pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib. (Hernowo, dalam http://www.mizan.com/index.php?fuseation=emagazine&id=37&fid=384). Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward, 2009: 64). 

Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan, 2008: 9). 

Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat lebih ditegaskan lagi oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are portrayed as branches of larger branches (http://heldrefpublications.metapress.com/app/home/contribution.asp?referrer=parent&backt o=issue,3,8;journal,26,54;linkingpublicationresults,1:119930,1). 

Yang berarti bahwa peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.

Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif. 

c. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping) 
Sebelum membuat sebuah peta pikiran diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. 

Buzan (2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: 
  1. Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami. 
  2. Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. 
  3. Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. 
  4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabangcabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat. 
  5. Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang  melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. 
  6. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping). 
  7. Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. 

d. Kegunaan Peta Pikiran (Mind Mapping) 
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan peta pikiran (mind mapping) sebagai gagasan dalam kegiatan menulis. Di dalam kegiatan menulis, peta pikiran membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis. Tugas menulis dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat topik-topik utama yang mungkin berkembang menjadi subjek baru, dengan pemikiran dan penjelajahan lebih lanjut. 

Di samping itu, menurut Yuliatul Maghfiroh (dalam http://carahidup.um.ac.id/2009/10/petapikiran-mind-mapping/) peta pikiran (mind mapping) mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 
  1. Mudah melihat gambaran keseluruhan. 
  2. Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan. 
  3. Memudahkan penambahan informasi baru. 
  4. Pengkajian ulang bisa lebih cepat. 
  5. Setiap peta bersifat unik. 
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) akan memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menulis narasi bagi siswa SD. Melalui peta pikiran (mind mapping) siswa lebih mudah dalam mengorganisasikan pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan narasi. 

e. Implementasi Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) 
dalam Pembelajaran Menulis Narasi Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, bahwa proses pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pembelajar dengan segala sesuatu yang menunjang terjadinya perubahan tingkah laku. 

Dalam mencapai proses yang berkesinambungan itulah diperlukan metode yang tepat untuk diterapkan. Menurut HG. Tarigan (1991: 7) bahwa metode apapun yang digunakan dalam pengajaran bahasa, jelas bahwa tujuan utamanya ialah agar para siswa pembelajar terampil atau mampu berbahasa. Metode peta pikiran (mind mapping) sangat tepat digunakan dalam pembelajaran menulis narasi. Metode mencatat ini, didasarkan pada penelitian tentang cara otak memproses informasi, bekerja sama dengan otak, dan bukan menentangnya (Buzan dalam DePorter, dkk., 2005: 176). Saat otak mengingat informasi, biasannya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni, simbol, bunyi, dan perasaan (Damasio dalam DePorter, dkk., 2005: 176). Franz dalam http://www.roseindia.net/articles/mind-mappingjournal.page mengungkapkan bahwa A Mind Map is a powerful graphic technique that harnesses words, images, numbers, logic, rhythm, color and spatial skills. 

Yang mana peta pikiran adalah sebuah teknik atau metode yang sangat jelas yang memanfaatkan kata-kata, kesan-kesan, angka-angka, logika, irama, warna dan keterampilan-keterampilan ruang. Dengan metode peta pikiran (mind mapping) tentu akan sangat membantu siswa memanfaatkan potensi kedua belah otak. Karena interaksi yang luar biasa antara kedua belahan otak dapat memicu kreativitas yang memberikan kemudahan dalam proses mengingat dan berpikir. Dengan telah terbiasanya siswa menggunakan dan mengembangkan potensi dua otaknya, akan dicapai peningkatan beberapa  aspek, yaitu konsentrasi, kreativitas, daya ingat, dan pemahaman sehingga siswa dapat mengambil keputusan berkualitas yang tepat. Ada bagian yang sulit dalam proses menulis, yaitu mengetahui hal apa yang akan ditulis, apa temanya, dan bagaimana memulainya. 

Dengan peta pikiran, sebuah tema dapat dijabarkan ke dalam ranting-ranting tema yang lain sehingga menjadi pengembang gagasan dalam menulis. Dalam menulis narasi, kreativitas dan imajinasi sangat diperlukan untuk mengembangkan idea tau gagasan menjadi sebuah karangan yang menarik. Imajinasi dan kreativitas merupakan ranah kerja otak kanan. Berdasarkan paparan sebelumnya, bahwa peta pikiran (mind mapping) menggunakan gambar, warna, dan kata kuncinya dapat membangkitkan fungsi kerja otak kanan sehingga memunculkan ide-ide baru yang kreatif dan imajinatif. Lebih jauh lagi, apabila dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi, metode peta pikiran (mind mapping) jauh lebih baik karena melibatkan kedua belahan otak untuk berfikir. 

Hal ini berbeda dengan metode konvensional yang biasanya masih bersifat teoretis praktis yang hanya berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kiri saja. Kreativitas dan imajinasi tidak berkembang dengan baik apabila masih menggunakan metode konvensional tersebut. Oleh karena itu, metode peta pikiran (mind mapping) sangat baik untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi. Implementasi metode peta pikiran (mind mapping) adalah sebagai berikut, siswa bersama guru memilih tema karangan kemudian menuliskannya di atas selembar kertas kosong. Penulisan berupa kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar yang berwarna. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, kemudian siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi. Apabila masih ada ide yang muncul di tengah aktivitas menulis maka dapat dituangkan dalam cabang-cabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi. 

Secara aplikatif, implementasi metode peta pikiran (mind mapping) ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama siswa bersama guru memilih tema/gagasan karangan narasi kemudian menuliskannya diatas selembar kertas kosong. Selanjutnya siswa mengamati media gambar atau foto yang disediakan guru, diikuti penulisan kata kunci dari ide yang dipilih disertai dengan simbol atau gambar berwarna. Kemudian siswa menuliskan pengembangan dari kata-kata kunci tersebut dalam ranting-ranting yang melingkupi pusat ide karangan tersebut. Setelah siswa membuat perencanaan dalam bentuk peta pikiran, siswa baru ditugaskan untuk menulis narasi. Ide yang muncul di tengah aktivitas menulis dapat dituangkan dalam cabangcabang atau ranting mana pun dalam peta pikiran (mind mapping) untuk selanjutnya dituangkan dalam karangan narasi. 

Berikut ini contoh peta pikiran (mind mapping) pada gambar:

Gambar Contoh Peta Pikiran (Mind Mapping) 

Perawatan Akibat Thypus Waktu duduk di kelas tiga, aku pernah dirawat di rumah sakit selama seminggu. Aku dirawat karena sakit gejala typhus. Itu kali pertama aku sakit typhus dan dirawat di rumah sakit. Saat pertama sakit, aku hanya merasakan suhu badanku naik dan perutku terasa perih. Saat itu juga, aku juga merasa lidahku terasa pahit. 

Keesokan harinya, ayahku membawaku periksa ke dokter. Setelah dokter memeriksa, ia menyimpulkan bahwa aku menderita gejala typhus. Karena itu, aku harus dirawat dengan intensif. Dokter menyarankan supaya aku mendapat rawat inap. Saat itu juga ayahku memutuskan agar aku mendapat perawatan intensif Aku dirawat di ruangan khusus. Selama masa perawatan, aku harus menjaga pola makan dan istirahat yang cukup. Pantangan yang harus dilakukan selama perawatan adalah menghindari makanan yang terlalu keras, pedas, asam dan asin, serta tidak boleh banyak bergerak. Teman-temanku mulai menjengukku sejak hari pertama. Mereka semua mendoakanku agar cepat sembuh. Setelah seminggu dirawat di rumah sakit, akhirnya aku diperbolehkan pulang. 

Dalam masa pemulihan setelah sakit, aku harus menjaga kesehatan dan pola makan. Agar kondisi kesehatanku terjaga, aku dianjurkan untuk makan bergizi dan rajin berolahraga. Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat metode peta pikiran (mind mapping) adalah suatu cara yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik efektif, kreatif, dan imajinatif dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi kedalam bentuk peta atau cabang-cabang pikiran sehingga lebih mudah untuk memahaminya. Hakikat metode peta pikiran (mind mapping) dalam penelitian ini adalah bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok materi menulis narasi, siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) untuk mengembangkan gagasan yang akan diungkapakan dalam bentuk karangan narasi. Hal ini bertujuan agar siswa menjadi lebih mudah dan termotivasi dalam menulis narasi sehingga kemampuan menulis narasinya menjadi lebih meningkat.