Baca Juga
Setiap budaya pasti memiliki simbol-simbol khas yang menjadi kebanggaan atau menjadi sesuatu yag tidak bisa dilepaskan dari adat istiadat salah satunya berupa perhiasan. Di Sumba Perhiasan emas memiliki peran penting dalam marapu, kepercayaan adat yang masih dipraktekkan.
Selama ini kita telah mengenal perhiasan dari Nusa Tenggara Timur seperti Haikara (sisir hias), bula molik (hiasan kepala berbentuk bulan sabit), kalung muti salak, gelang gading, mamuli (anting-anting), dan cincin.
Haikara
Haikara (http://daonlontar.blogspot.com)
Yaitu sisir hias yang terbuat dari kulit penyu, digunakan oleh para perempuan di bagian belakang kepala pada acara-acara adat tertentu.
Lamba
Lamba (http://daonlontar.blogspot.com)
Merupakan perhiasan kepala khas Sumba yang menyerupai bentuk bula molik dari Pulau Rote, berbentuk seperti tanduk yang terbuat dari emas 66 gram emas 18 karat atau perak, digunakan di depan dahi pada saat upacara tertentu baik digunakan oleh laki-laki atau perempuan.
Gelang Gading
Gelang gading motif mawar (http://zhazhacollection.blogspot.com)
Gelang terbuat dari gading Gajah, dipakai di kedua pergelangan tangan.
Kalung muti salak (anahida)
Kalung muti salak dengan liontin (http://daonlontar.blogspot.com)
Yaitu manik-manik antik yang terbuat dari batu alam berwarna orange. Muti salak begitu femilier dipakai di daratan Timor, Rote, Sabu dan Sumba. Tidak hanya di Nusa Tenggara Timur, di beberapa wilayah di Timur Indonesia juga mengenal kalung muti salak. Muti salak merupakan salah satu ornamen yang paling banyak di pakai oleh perempuan pada pehelatan pesta adat. Muti salak juga hampir selalu dijadikan sebagai aksesoris pelengkap baju adat baik yang dikenakan oleh laki-laki maupun perempuan. Bahkan anak muda seperti di Kota Kupang acapkali menggunakan kalung ini sehari-hari.
Mamuli
Mamuli (http://www.tmurrayarts.com)
Mamuli adalah perhiasaan khas dari Pulau Sumba yang berbentuk anting-anting telinga yang ukurannya agak besar dengan tambahan hiasan ornamen pelengkap.
Lamba dan Mamuli (http://umbuspiderno.blogspot.com)
Saat ini mamuli jarang lagi digunakan sebagai perhiasan telinga, dahulunya digunakan sebagai anting-anting dengan cara memperbesar lubang pada telinga untuk disematkan anting-anting mamuli. Namun kini telah dimodifikasi dengan kaitan untuk disematkan tanpa memperbesar lubang pada telinga. Selain dijadikan anting-anting, fungsi mamuli juga bertambah karena ukurannya yang besar digunakan sebagai kalung liontin (pendant) yang biasa dipakai dalam pergelaran tarian adat. Mamuli juga dapat dilekatkan pada pakaian sebagai bros.
Berbagai model Mamuli (http://www.metmuseum.org)
Secara adat mamuli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat, menjadi bekal kubur selain perhiasan lainnya dan juga bagi keluarga bangsawan, mamuli merupakan salah satu benda pusaka yang disimpan secara khusus karena memliki pertalian dengan para luluhur. Selain itu bentuk mamuli banyak ditemukan dalam motif kain tenun Sumba.