Baca Juga

Pengertian, Sifat dan Ciri Tanah Vulkanis 
Tanah vulkanis di Indonesia menurut Tan (1984) umumnya berasal dari periode Kuarter atau Kuarter-Tersier dengan beragam bahan induk yang berasal dari letusan gunung api. Allen dan Hajek (1989) mengemukakan bahwa lebih dari 60 % bahan yang dimuntahkan gunung api berbentuk debu, cinder, gelas vulkan dan piroklastik. Sifat dan ciri morphologi kimia, dan fisika tanah vulkanis ini berkaitan erat dengan perilaku dan asal dari Al dan / atau Fe aktif yang terdiri dari mineral liat nonkristalin seperti alofan dan ferrihydrit serta mineral liat parakristalin ‘imogolit’ (Wada, 1989). Kehadiran senyawa aktif Al dan Fe yang cukup banyak dalam tanah menyebabkan P terjerap kuat pada struktur mineral ini atau terikat pada gugus fungsional OH atau H yang bermuatan positif (Shoji et al., 1993). 

Alofan merupakan mineral liat tanah yang paling reaktif karena mempunyai daerah permukaan khas yang sangat luas dan banyaknya terdapat gugus fungsional yang aktif (Farmer et al., 1991). Kehadiran alofan memberikan sifat-sifat yang khas pada tanah. Hal ini disebabkan alofan mempunyai muatan bervariasi yang besar, bersifat amfoter, KTK antara 20 sampai 50 cmol(+)/kg sedangkan KTA antara 5 sampai 30 cmol (+)/kg, struktur yang acak dan terbuka serta dapat mengikat fosfat dalam jumlah yang banyak (Wada, 1989; Tan, 1992; Van Ranst, 1995). Akibat kuatnya fiksasi fosfat oleh mineral ini, maka ketersediaan fosfat yang mudah larut akan segera berkurang dan menurut Egawa (1977) hanya 10 % dari pupuk P yang diberikan dapat digunakan oleh tanaman. Tingginya persentase kehilangan pupuk P merupakan masalah serius yang banyak dijumpai pada tanah vulkanis. 

Gambar Tanah Vulkanis

Sifat-sifat tanah vulkanis lainnya yaitu berat volume (BV) yang rendah, gembur, terasa berminyak (smeary) dengan kapasitas memegang air yang besar serta fiksasi fosfat yang tinggi. Keunikan tanah vulkanis ini disebabkan oleh susunan mineralnya yang banyak mengandung koloid aktif Al dan Fe, baik dalam bentuk non-kristalin maupun para-kristalin (Shoji et al., 1993), seperti alofan dan ferrihydrit serta mineral liat parakristalin ‘imogolit’ (Wada, 1989). Kehadiran senyawa aktif Al dan Fe yang cukup banyak dalam tanah menyebabkan P terjerap kuat pada struktur mineral ini atau terikat pada gugus fungsional OH atau H yang bermuatan positif (Shoji et al., 1993).