Baca Juga

           Proses pengajaran dan pembelajaran menjadi satu elemen penting dalam perkembangan pendidikan. Perkembangan kemajuan dalam zaman ICT telah membawa jauh alam pendidikan dengan software-software yang sangat tercanggih. Metode - metode lama semakin jauh tertinggal di telan zaman. Namun kita masih terikat dengan model-model pengajaran dan teori-teori yang ada keterkaitan dalam psikologi pendidikan. Menurut Griffith W. Williams psikologi adalah satu cabang investigasi perilaku manusia dalam suasana pembelajaran. Penelitian ilmiah terhadap perilaku individu terkait erat terhadap prinsip dan metode pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan untuk memecahkan masalah (Smith 1978). Temuan-temuan ini akhirnya menghasilkan satu teori atau metode dalam perolehan ilmu pengetahuan.

         Pengajaran adalah proses penyebaran ilmu pengetahuan atau keterampilan sehingga dapat dipelajari dengan efisien. Dari tidak tahu menjadi lebih tahu siswa akan berubah dan mengubah perilaku menjadi sesuatu yang baru. Drisoll (1994) menguraikan bahwa pembelajaran pula adalah satu proses reformasi kinerja secara berkelanjutan dalam diri manusia hasil interaksi pembelajaran dengan lingkungan. Pembelajaran adalah suatu proses pengadaan ilmu pengetahuan melalui pengalaman, membuat eksplorasi, mendapat pelatihan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam diri siswa. Jadi pembelajaran itu adalah satu proses yang mengubah keadaan, sikap, pengetahuan manusia melalui pengalaman

        Pada dasarnya konsep pengajaran dan pembelajaran adalah berlandaskan pada teori-teori pembelajaran masa kini. Teori-teori pembelajaran terdiri dari kognitif, konstruktivitisme, behaviorisme dan humanistic. Pengalaman ilmu pengetahuan yang diperolhi dalam proses pembelajaran terjadi secara bertahap-tahap yang menghasilkan satu perubahan perilaku manusia.

Teori pembelajaran kognitif.

     Teori adalah terkait dengan proses mental yang melibatkan pengamatan, pengetahuan dan pemahaman. Ahli-ahli psikologis yang terkenal seperti Kohler, Koffa, Piaget, Brunner, Ausuble, dan Gagne. Mereka semua berpendapat proses pembelajaran adalah proses internal yang terjadi dalam akal pikiran yang tidak dapat diamati secara langsung dari perilaku manusia. Proses celik akal, pengolahan informasi menggunakan struktur internal kognitif dari berbagai usia dan kemampuan murid. Semua informasi yang di terima di padankan dengan makluamat yang ada, dimodifikasi dan disusun ulang berikutnya menghasilkan sesuatu informasi yang baru.

PRINSIP-PRINSIP KOGNITIF:

1. Bahan -bahan pembelajaran di susun dari mudah ke sulit.

2. Memahami pembelajaran lebih baik dari hafalan.

3. Pengetahuan ada murid diadopsi dan disesuaikan dengan pembelajaran yang baru.

4. Isi pelajaran harus disusun berdasarkan pola-pola tertentu sehingga murid lebih mahal.

5. Setiap murid memiliki perkembangan individu yang berbeda.

PENDEKATAN TEORI KOGNITIF.

1. Menekankan kepada proses mental dalam yang berarti informasi yang di terima diproses melalui perbandingan, peniruan dan konsolidasi dengan informasi lain yang ada, dimodifikasi pula dan direstrukturisasi.

2. Menekankan pada proses pengamatan, ingatan, pemikiran, dan pemecahan masalah.

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVITISME.

     Teori ini adalah terkait dengan pengajaran yang berdasarkan pada penelitian dan pengalaman. Pembelajaran terbina dari hasil pencatuman informasi dengan pengetahuan yang ada. Proses pembelajaran di bawah teori ini juga mendorong siswa berkomunikasi dengan bahan untuk mendapatkan jawaban. Murid di beri kesempatan mengeksplorasi isi hati dan mendapatkan jawaban serta kesimpulan sendiri. Tokoh-tokoh yang terkenal terdiri dari Jean Piaget, Bruner, Lev Vygotsky dan John Dewey. Semua tokoh-tokoh ini melihat proses pembelajaran sebagai aktivfiti konstruksi mental yang dicantumkan dengan informasi baru. Teori ini menekankan pada keterlibatan siswa dalam menyelesaikan masalah. Siswa akan membangun pengetahuan sendiri untuk menghasilkan ide dengan berdasarkan pengetahuan yang ada. Semua informasi baru yang ada akan diolah dan disesuaikan dengan arsitektur informasi baru yang dinamakan Konstruktivistime.

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

Proses pembelajaran yang terjadi adalah proses sesuatu kegiatan yang aktif. Selama proses pembelajaran terjadi, itu melibatkan kegiatan sosial dan perkembangan bahasa sesama murid. Misalnya kegiatan yang dilakukan secara kelompok ketika bermain lego. Murid akan belajar dan mendapatkan sesuatu masukan yang baru selama proses belajar dilangsungkan. Aktivitas yang dilakukan melibatkan perkembangan pikiran, gerakan fisik dan pengetahuan ada murid. Guru sebagai fasilitator dalam proses kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan. Pengetahuan dan ide setiap murid akan dipakai dalam proses pembelajaran.

IMPLIKASI TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF dan konstruktif dalam PEMBELAJARAN.

Guru harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan murid sehingga mudah dipahami dan murid memahami tujuan yang hendak dicapai oleh guru. Guru harus siap dengan bahan-bahan yang dapat merangsang pikiran murid dan senantiasa dimodifikasi sesuai kegiatan yang akan dilakukan. Guru harus peka terhadap kesesuaian lingkungan pembelajaran terutama dalam kelas sehingga dapat mendorong atau memotivasi murid untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Proses pembelajaran yang terjadi harus memperhitungkan pengetahuan ada murid dan menggunakan pengetahuan tersebut dalam pembelajaran yang baru. Misalnya kegiatan makan dan minum yang telah dipelajari dirumah, disekolah guru dapat memperkuat dengan menerapkan adap-adap saat makan. Guru bertindak sebagai pemudah cara dan selalu menbantu murid dalam kegiatan pembelajaran. Keadah pembelajaran secara koperatif dan kolaboratif sangat efektif digunakan dalam proses pembelajaran. Penilaian secara tradisi sangat tidak cocok digunakan lagi, dan teknik pembelajaran seperti hafalan dan kuliah tidak begitu efektif dibandingkan kegiatan berkelompok.

TEORI PEMBELAJARAN JEAN PIAGET

       Teori pembelajaran Piaget lebih menekankan pada konsep perkembangan, pertumbuhan kecerdasan yang dipengaruhi oleh lingkugan sosial dan kematangan. Anggota psikologis yang berasal dari Swiss menyatakan bahwa semua anak memiliki kecenderungan yang berbeda berdasarkan kemampuan dan kemampuan masing-masing. Menurut Piaget ada 4 tahap perkembangan yang akan dilalui oleh semua anak.

1) Tahap sensorimotor yaitu dari lahir hingga berumur 2 tahun dimana anak-anak akan mengamati dan melalui pengalaman akan mempelajari sesuatu yang dilihat, dirasa dan disentuh.Pada tingkat ini anak akan menggunakan indera motor untuk memahami dan berinteraksi dengan lingkungan. Pada tingkat ini juga tidak ada konsep retensi karena kemampuan mental sangat terbatas kepada objek yang dapat dilihat saja.

2) Tahap pra-operasi yaitu dari 2 tahun sampai 7 tahun dimana anak mulai menggunakan efisiensi keterampilan motorik kasar dan halus untuk mengeksplorasi sesuatu yang baru. Pada tahap ini anak mulai memahami symbol dan kemampuan berbahasa yang sangat terbatas untuk mengambarkan sesuatu konsep. Perkembangan kognitif akan menjadi lebih cepat ketika anak mulai fasih berbicara.

3) Tahap operasi konkrit yaitu dari 7 tahun sampai 11 tahun dimana anak mulai menggunakan pengetahuan dan akal pikiran untuk mempelajari sesuatu yang konkret. Terutama pada tingkat ini anak membutuhkan objek dan peristiwa-peristiwa sebelum dapat menyelesaikan beberapa masalah. Pada tahap ini juga anak-anak sudah dapat mempelajari lebih dari satu hal dalam satu waktu. Namun demikian kemampuan berpikir secara logis masih terbatas pada beton saja.

4) Tahap operasi formal yaitu berumur 11 tahun ke atas yang akan lebih mempelajari sesuatu yang lebih abstrak. (Dari beton ke abstrak) .Ini adalah tahap perkembangan kognitif yang paling penting di mana anak-anak akan berusaha menyelesaikan masalah yang konkret dan abstrak. Keterlibatan anak-anak yang lebih aktif akan mendorong perkembangan pemikiran dan membuat penalaran.

      Mengacu pada tahap-tahap perkembangan di atas, Piaget telah menunjukkan semua anak mencoba mengadaptasikannya sesuai dengan pengalaman dan kesesuaian kondisi. Adaptasi dan keseimbangan adalah saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Urutan setiap tingkat tersebut tidak dapat diubah dan saling terkait secara tidak langsung.Menurut Piaget proses perubahan perilaku individu untuk mengadaptasikan diri dalam lingkungan adalah sebenarnya proses pembelajaran. Proses asilimasi di mana semua pengalaman lalu akan akan dikaitkan dengan pengalaman yang baru untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baru. Pengalaman yang baru tersebut pula dinamakan akomodasi yaitu satu proses yang merubah struktur kognitif.

IMPLIKASI TEORI PEMBELAJARAN PIAGET DALAM PROSES PEMBELAJARAN.

1. Pengetahuan ada digunakan dalam proses pembelajaran untuk menghasilkan satu sistem informasi yang baru.

2. Isi pelajaran akan dikembangkan dan dikaitkan dengan berdasarkan tingkat kognitif anak dan tingkat kemampuan masing-masing.Contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Melayu dengan tema buah. Murid akan diberi penjelasan tentang jenis -jenis buah lokal, serta dikaitkan dengan rasanya. Pada tahap ini murid-murid akan memberikan berbagai cerita atau pendapat berdasarkan pengalaman.

3. Isi pelajaran akan disusun dari beton ke abstrak yaitu dari senang ke susah. Contoh dalam matapelajaran matematika. Konsep pra nomor akan diajarkan dulu sebelum mempelajari nomor.

4. Keterlibatan anak adalah secara aktif dalam kegiatan kelompok didorong dan mereka saling berinteraksi satu sama lain. Komunikasi dua arah dan bertukar pendapat saat menjalankan aktivitas mendorong perkembangan bahasa.

5. Motivasi secara instrinsik dipupuk supaya anak dapat digerakkan secara aktif dalam kegiatan. Misalnya dengan memberi pujian, kata-kata dorongan, dan dukungan dapat merangsang mereka.

TEORI PEMBELAJARAN Lev Vygotsky.

TEORI PEMBELAJARAN Lev Vygotsky.

    Lev Vygotsky adalah seorang ahli psikologis, dan karyanya sangat terkenal di dunia barat pada tahun 1960an. Teori Vygotsky lebih menekankan pada interaksi antara aspek internal dan eksternal dalam pembelajaran. Menurut Vygotsky sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Mereka akan berinteraksi dan berkolaborasi untuk mengembangkan sesuatu yang baru. Vygotsky menekan bahwa perkembangan kognitif seseorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya. Teorinya juga ada menyebut tentang "scaffolding" yaitu memberikan sejumlah besar bantuan pada tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak-anak mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan adalah seperti peringatan, petunjuk dan dorongan sehingga anak tersebut dapat melakukannya. Dalam teori ini menyatakan potensi murid dapat dikembangkan melalui usaha dan pengalaman sendiri dalam proses pembelajaran, sehingga ke satu tingkat anak-anak akan dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

KONSEP KONSTRUKTIVISME Vygotsky

Mengacu pada diagram di atas, Vygotsky telah menjelaskan tentang konsep "scaffolding". Anak -kanak memiliki batas perkembangan individu yang berbeda. Setiap anak akan melalui proses pembelajaran dengan bantuan teman dan guru sehingga berhasil menguasai dengan sendiri. Proses ini akan berulang-ulang berkali-kali sehingga anak memiliki keyakinan untuk melakukannya sendiri meskipun masih mengharapkan bimbingan dari orang lain. Pada tahap ini anak-anak akan menunjukkan kemampuan memecahkan masalah melebihi dari kemampuan diri sendiri. Pada satu tahap dimana anak berhasil melakukan kegiatan yang sulit tanpa bantuan orang lain berdasarkan pengalaman masing-masing.

IMPLIKASI TEORI PEMBELAJARAN Vygotsky TERHADAP PEMBELAJARAN.

1. Pembelajaran dilakukan secara koperatif sehingga murid-murid dapat berinteraksi satu sama lain. Contoh dalam mata pelajaran sains, murid akan diminta membuat satu eksperimen tentang tanaman dalam kelompok. Mereka akan berbicara dan mengeluarkan pendapat masing-masing dengan menggunakan pengetahuan yang ada untuk mencapai satu keputusan.

2. Konsep bantu sepenuhnya dan mencoba sendiri dalam pembelajaran merupakan interaksi pengalaman yang efektif. Misalnya ada sekelompok murid dalam percobaan sains seperti diatas membutuhkan bantuan guru untuk memberi ide dan menggerakkan mereka dalam kegiatan tersebut sehingga mencapai satu keputusan.

3. Perkembangan kognitif murid akan lebih terangsang jika pengetahuan yang ada digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan seperti di atas juga, murid akan mencoba menggunakan pengalaman masing-masing untuk di adaptasikan dalam eksperimen sains tersebut. Selama proses ini berlangsung berbagai upaya yang berulangkali dilakukan sehingga tujuan dapat dicapai.

IMPLIKASI TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN KONSTRUKTIVITSME DALAM PEMBELAJARAN ANAK BERKEPERLUAN KHUSUS.

1. Pengalaman -Pengalaman belajar perlu disesuaikan dan dikembangkan dengan kebutuhan kognitif anak Ini berarti sebelum memulai proses pengajaran dan pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan ada murid agar sesuai dengan isi pelajaran yang akan disampaikan. Misalnya dalam kegiatan keterampilan hidup yaitu komponen berkebun. Bersoal jawab harus terkait dengan tanaman atau sayuran yang biasa dilihat oleh anak-anak dirumah. Jika anak tersebut suka memakan sayuran kacang panjang sudah tertentu itu akan begitu bersemangat ingin belajar cara-cara menanam pohon kacang panjang. Isi pelajaran akan lebih berarti dan anak-anak akan mendapat mengembangkan satu informasi baru yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada.

2. Pemusatan perhatian seharusnya lebih diarahkan kepada proses kognitif anak dan tingkat kemampuan yang berbeda. Meskipun kegiatan dilakukan dalam kelompok namun tingkat mereka sangat berbeda. Keahlian guru sangat diperlukan agar anak-anak tidak merasa dipinggirkan. Misalnya dalam kelompok murid tersebut diberi judul yang sama tetapi aktivitas masing-masing berbeda. Misalan dalam matapelajaran matematika, dengan judul nomor 0-5. Jadi dalam satu kelompok tersebut ada murid yang akan menghitung nilai angka dengan menggunakan alat penghitung atau yang lain akan menggunakan plastesin untuk membentuk nomor. Sementara yang lain pula akan mewarnai atau menghubungkan garis putus-putus yang berhubungan dengan nomor tersebut. Dalam proses ini guru dapat fokus sepenuhnya kepada setiap orang murid secara individu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Prioritas harus diberikan kepada keterlibatan murid yang aktif dan berusaha sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Ini bertujuan memberi ruang kepada murid untuk berinteraksi dengan teman dan bahan-bahan pembelajaran secara luas. Contoh dapat dilihat dalam kegiatan keterampilan manipultif. Anak-anak akan diberi kesempatan bermain dengan lego, berdiskusi dan bekerjasama dengan mitra untuk menciptakan sesuatu bangunan. Guru harus menghidupkan suasana pembelajaran tersebut dengan berbagai metode sehingga anak merasa ada keinginan untuk melakukannya.

4. Perbezaaan individu perlu diperhitungkan sehingga setiap kegiatan dapat disusun berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing. Pengalaman sebagai guru Pendidikan Khusus, kita perlu mengetahui sedikit sebanyak latar belakang anak-anak tersebut. Ini banyak membantu dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Misalnya seorang anak autis yang terlalu sulit untuk dipahami. Kadang kala ia akan menjadi pasif dan terlalu aktif dalam setiap masa. Dibandingkan dengan seorang anak perkembangan lambat (slow learner) yang dapat dikategorikan dalam kelompok yang bisa belajar. Oleh yang demikian bahan -bahan dan kegiatan pembelajaran yang terkait adalah sangat berbeda antara keduanya. Guru perlu tahu keinginan dan mood anak ini sebelum memulai pelajaran. Mood dan kehendak itu pula perlu dimodifikasi dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran agar anak tersebut tidak merasa rendah diri dan terasing.

5. Guru harus mendorong dan memotivasi anak berkeperluan khusus ini dalam proses pembelajaran. Mendekati mereka dengan penuh kepercayaan dan kasih sayang akan membuat mereka merasa dihargai dan merasa diterima. Lenggok dan bahasa tubuh guru tidak hanya dapat memberikan keyakinan kepada mereka bahkan melenyapkan sedikit sebanyak rasa rendah diri yang ada dalam diri mereka. Secara tidak langsung mereka akan mempercayai guru adalah teman yang baik dan dapat menerima mereka. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan lantai mereka serta mudah dipahami banyak membantu menyampaikan maksud atau keinginan yang hendak disampaikan oleh guru. Selain itu imbalan dari segi materialistik seperti permen, biskuit, kata-kata pujian dan senyuman guru akan turut memotivasi anak-anak tersebut. Tujuan pembelajaran akan lebih cepat tercapai jika guru dapat menggunakan barang-barang permainan sebagai bahan bantu mengajar. Anak-anak akan cepat terangsang dan dapat digerakkan untuk melakukan akitviti-kegiatan pembelajaran.

6. Bagi anak berkeperluan khusus, bantuan akan diberikan sepenuhnya pada tahap awal, yang akan dikurangi secara bertahap sampai anak tersebut bisa mandiri dengan sendirinya. Contohnya dapat dilihat dengan jelas dalam kegiatan manajemen diri yaitu memakai pakaian. Pada tahap pertama guru akan membantu anak-anak tersebut memakai pakaian sesuai langkah-langkah tepat. Kegiatan ini akan dilakukan secara latihtubi sehingga anak tersebut berkeyakinan untuk melakukan sendiri. Akhirnya anak-anak tersebut akan diberi ruang dan waktu memakai pakaian dengan sendiri sehingga berhasil. Guru pada saat itu hanya memberikan perintah saja supaya anak tersebut dapat mengingat kembali langkah-langkah yang telah dipelajari.

7. Bagi kebanyakan anak berkeperluan khusus penilaian di buat lebih kepada pengamatan. Berdasarkan pengalaman saya, penilaian secara pengamatan banyak membantu guru mempelajari dan memahami perlakuan anak tersebut. Pengamatan dapat dilakukan baik secara individu atau ketika anak-anak tersebut dalam kelompok. Perubahan perilaku yang ditunjukkan akan memberikan jawaban kepada guru saat membuat pengamatan. Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi juga ketika anak-anak berinteraksi dengan bahan-bahan pengajaran atau bahan media.

8. Peran guru pendidikan khusus adalah sama dengan tugas guru di mainstream. Sebelum menjalankan proses pengajaran dan pembelajaran, perencanaan harus dilakukan dengan teliti sehingga tujuan dapat dicapai sepenuhnya. Guru harus memainkan perannya sebagai pemudah cara atau penolong dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru harus terampil memilih bahan-bahan yang sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Guru juga berperan sebagai pembimbing yang selalu membantu murid-murid dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

RUMUSAN.

Keseluruhan teori - teori yang telah dibahas di atas telah menyentuhkan banyak hal dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kedua teori tersebut saling terkait antara perkembangan kognitif dan proses penelitian, proses mengeksplorasi dan mencoba jaya. Perubahan perilaku yang positif akan dicapai setelah terjadinya proses pengajaran dan pembelajaran yang berdampak pada penguatan pengetahuan dalam memori. Struktur pengetahuan akan berkembang dengan bertambahnya pengetahuan ke dalam memori jangka panjang. Teori - teori ini sangat sesuai untuk diaplikasikan dengan anak berkeperluan khusus. Perkembangan kognitif mereka sangat terkait dengan pengetahuan yang ada untuk membentuk satu pengalaman yang baru. Proses pengajaran dan pembelajaran harus memberikan ruang kepada anak mengeksplorasi sendiri untuk meningkatkan kepercayaan diri dan proses interaksi dengan teman dan bahan. Berdasarkan teori yang telah dibahas di atas, saya berpendapat sangat perlu bagi guru-guru mengaplikasikan metode dan teknik dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Murid-murid diberi kesempatan bergerak bebas menjalankan aktivitas dan berinteraksi dengan bahan dan guru. Akhirnya efektivitas proses pengajaran dan pembelajaran saling bergantung bersama antara murid, guru dan bahan.