Baca Juga


Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari suku Rejang, Serawai, Lembak dan Suku Melayu. Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan masyarkat Bengkulu yakni, Bahasa Melayu, Bahasa Rejang, Bahasa Pekal dan Bahasa Lembak.

Melayu Bengkulu adalah suku bangsa yang ada di provinsi Bengkulu dan merupakan suku berpolulasi terbesar keempat di provinsi tersebut. Pada umumnya, Melayu Bengkulu bermukim di ibukota provinsi Bengkulu yaitu kota Bengkulu.

Bahasa Melayu

Bahasa Melayu Bengkulu memiliki beberapa pengucapkan kata yang sama dengan Melayu lainnya, seperti Melayu Minang, Melayu Palembang, Melayu Jambi, dan Melayu Riau, terutama yang berlogat "o". Penuturan bahasa Melayu di Bengkulu hampir mirip penuturan bahasa Melayu dialek Negeri Sembilan, Malaysia.

Orang Bengkulu asli sangat mengindahkan tuturan atau sapaan atau panggilan pada seseorang. Apalagi kepada orang yang usianya lebih tua, tabu kalau sampai memanggil namanya saja seperti memanggil teman sebaya. Karena di Propinsi Bengkulu terdapat beragam bahasa, berikut ini adalah panggilan atau sapaan kepada seseorang menurut bahasa Kota Bengkulu:

• Orang tua laki-laki disapa: Ayah, Bak, atau Abah
• Orang tua perempuan disapa: Mak, Ibu
• Kakak tertua laki-laki disapa: Dang
• Kakak tengah laki-laki disapa: Donga
• Kakak kecil laki-laki disapa: Docik
• Kakak tertua perempuan disapa: Inga
• Kakak tengah perempuan disapa: Ciknga
• Kakak kecil perempuan disapa: Dodo, Cik Anjong, Cik Endek
• Adik terkecil laki-laki atau perempuan disapa: Bungsu
• Paman disapa: Wan • Bibi (saudara Ayah atau Ibu) disapa: Cucik, Bucik
• Orang tua Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Datuk
• Orang tua Ayah atau Ibu yang perempuan disapa: Nenek
• Orang tua Datuk atau Nenek disapa: Poyang
• Laki-laki yang sebaya dengan Wan disapa: Pak Uncu
• Perempuan yang sebaya dengan Cucik, Bucik disapa: Uncu
• Kakak Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Pakdang
• Kakak Ayah atau Ibu yang Perempuan disapa: Ibudang
• Laki-laki yang sebaya dengan kakak laki-laki disapa: Udo
• Perempuan yang sebaya dengan kakak perempuan disapa: Cuk Udo, Uning
• Anak Paman atau Bibi disapa: Donga (untuk laki-laki) atau Ciknga (untuk perempuan)
• Anak Wan atau anak Cucik disapa: Nakan
• Anak dari cucu disapa: Piyut
• Anak dari Piyut disapa: Cicit

Ada petata petitih lama (Asli Bengkulu) yang ditulis dalam naskah kuno huruf Arab, bahasa Bengkulu pada tahun 1553 M, nama penulisnya tidak disebutkan atau tidak ditemukan atau rusak, hilang. Karena sewaktu ditemukan naskah tersebut ini telah lusuh, lapuk dan sebagian telah rusak ditelan usia. Hanya tahun penulisan yang masih nampak. Naskah ini ditemukan di Provinsi Banten Tahun 1994, berbunyi dalam alih bahasa lebih kurang sebagai berikut :

Endak Möran pa-ï Lopak,
Hendak tidü pa-ï kebiduk,
Dihulu tempek apak (bapak),
Dimuarë tempek induk,
Disitu melepekan niat.

(Naskah kuno ini nampaknya merupakan himpunan nyanyian anak laut).

Kata-kata yang terkandung didalamnya memiliki filosofis yang tinggi bermakna: Kalau hendak mencari kehidupan yang lebih baik pergilah kekota. Kalau hendak istirahat, bersantai dan menenangkan pikiran kembalilah berkumpul di tanah kelahiran, dan sedekahkanlah sebagian harta yang kamu peroleh di negeri orang, pada negeri ibu tercinta Bengkulu.

Ada empat kata-kata Bengkulu yang kita peroleh dari petata petitih ini, yaitu kata Möran, pa-ï, Lopak, dan tidü sedangkan kata lainnya sepeti kata biduk, hulu, muarë (o) diambil dari bahasa Malayu. Mungkin masih lebih banyak lagi kata-kata Bengkulu, yang belum diketahui.

Bahasa Rejang

Abjad Bahasa Rejang (http://lastia.wordpress.com)

Bahasa Rejang, adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Rejang di daerah Lebong, Kepahiang, Curup dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan dengan Sumatera Selatan. Suku Rejang menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, dan kabupaten Lebong. Dialek bahasa yang digunakan penutur bahasa Rejang, jauh berbeda dengan bahasa Melayu dan bahasa daerah di Sumatera lainnya. Suku Rejang merupakan salah satu dari 18 lingkaran suku bangsa terbesar di Indonesia.

Bahasa Rejang memiliki perbedaan dalam penuturan dialek bahasa. Dialek Rejang Kepahiang berbeda dengan dialek Rejang Curup di kabupaten Rejang Lebong, dialek Rejang Bengkulu Utara (identik dengan dialek Rejang Curup), dan dialek Rejang Lebong di kabupaten Lebong.

Dialek dalam bahasa Rejang:

  1. Dialek Rejang Kepahiang 
  2. Dialek Rejang Curup 
  3. Dialek Rejang Lebong

Dari tiga pengelompokan dialek Rejang tersebut, saat ini Rejang terbagi menjadi Rejang Kepahiang, Rejang Curup, dan Rejang Lebong. Namun, meskipun dialek dari ketiga bahasa Rejang tersebut relatif berbeda, tapi setiap penutur asli bahasa Rejang dapat saling memahami walaupun terdapat perbedaan kosakata pada saat komunikasi berlangsung.

Bilangan
  • Do = satu 
  • Duey = dua 
  • Telew = tiga 
  • Pat = empat 
  • Lemo = lima 
  • Enum = enam 
  • Tojok = tujuh 
  • Lapen = delapan 
  • Smilan = sembilan
  • Sepoloak = sepuluh 
  • Dueipoloak = duapuluh 
  • Mopoloak = limapuluh 
  • Sotos = seratus 
  • Serebay = seribu
Kamus Bahasa Rejang

Bahasa Indonesia
Dialek Lebong
Dialek Curup
Dialek Kepahiang
kamu
ko
ko
ko
aku, saya
uku
uku
uku
mau
lok
lak
lak
makan
muk
muk
muk
nasi
mei
mie
mea
menikah
betunok
betunak
betunak
siapa
api
api
api
nama
gen
gen
gen
jangan
jibeak
ji’beak
jikba
menabrak
numua
menumua
menumur
darat
da'et
da'et
dahet
air
bioa
bioa
bioa
sedikit
didik
didik
didik
banyak
dau
deu
deu
cucung
kepau
peu
kepeu
pergi
alau
aleu
aleu
lemea
lema
lema
dusun
sadei
sadie
sadea
marah
mengiak
mengiak
mengeah

Selanjutnya silahkan, klik disini.

Bahasa Pekal

Suku Pekal bermukim di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Muko-muko yang tersebar dibeberapa kecamatan. Mayoritas penduduk petani dan pekebun. Orang Pekal menggunakan bahasa sendiri yaitu bahasa pekal.

Bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang. Pada saat sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, namun juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti Batak, Jawa dan Bugis. Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur bahasa pada sukubangsa Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan dengan sukubangsa Minangkabau dan Rejang. Jika daerah tersebut lebih dekat dengan daerah Budaya Rejang, varian bahasa yang terlihat dari dialek akan mengarah pada bahasa Rejang, jika mendekati wilayah budaya Minangkabau akan mengarah pada bahasa Minangkabau.

Berikut ini adalah contoh kosakata bahasa Pekal yang menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan beberapa bahasa Para-Melayu:

Bahasa Pekal (Bengkulu)
apo
lawik
liek
kucing
lalui
ulah
kehas
manis
lutuik
Bahasa Minangkabau (Sumatera Barat)
apo
lauiʔ
liaiʔ/caliaʔ
kuciang
pai
ula
kareh
manih
lutuiʔ
Bahasa Mukomuko (Bengkulu)
apo
laut
liek
kucieng
paing
ula
kaqeh
manih
lutut
Bahasa Urak Lawoi'' (Thailand Selatan)
nama
lawoiʔ
lihaiʔ
mi'aw
pi
ulal
kras
maneh
lutoiʔ
apa
laut
lihat
kucing
pergi
ular
keras
manis
lutut

Bahasa Lembak

Suku Lembak adalah suku bangsa yang pemukimannya tersebar di kota Bengkulu, Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, kabupaten Rejang Lebong, dan kabupaten Kepahiang. Suku Lembak di kabupaten Rejang Lebong bermukim di kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang. Di kabupaten Kepahiang, suku Lembak mendiami desa Suro Lembak. Suku lembak juga mendiami wilayah daerah Kota Lubuklinggau dan kabupaten Musi Rawas yang berada di wilayah provinsi Sumatera Selatan.

Suku Lembak tidak jauh berbeda dengan masyarakat Melayu pada umumnya, namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Jika ditinjau dari segi bahasanya, suku Lembak dengan Melayu Bengkulu (pesisir) terdapat perbedaan dari segi pengucapan kata-katanya, Melayu Bengkulu kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf 'o' sedangkan suku Lembak banyak menggunakan huruf 'e', selain itu ada kosakata yang berbeda.

Contoh kausa kata dari Kamusiana sebagai berikut :



 Untuk mengetahui lebih jelas Bahasa Lembak, klik disini.