Baca Juga
Menentukan Jenis Usaha Berdasarkan Pembawaan
Teori Genetis :
Sebagaimana dalam teori kepemimpinan yaitu teori genetis, social dan ekologi (M. Karyadi dalam Sunindhia dan Ninik, 1988:52), konsep kewirausahaan dapat dikembangkan dari ketiga teori tersebut. Teori genetis mengatakan bahwa seorang wirausahawan tidak dapat diciptakan, melainkan dilahirkan dengan bakat kewirausahaannya (entrepreneurs are born and not made).
Teori ini mengatakan bahwa wirausahawan dapat sukses karena adanya keturunan atau darah wirausaha. Dalam situasi dan kondisi apapun, dalam keadaan bagaimanapun serta ditempatkan dimanapun, sekali waktu akan muncul juga sebagai wirausahawan. Penelitian yang dilakukan oleh McClelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (diambil secara acak) berasal dari keluarga pengusaha (Muhandri, 2002). Hal sama juga terjadi dalam penelitian Sulasmi (1989) terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung, menunjukkan bahwa 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha (orang tua, suami atau saudara pengusaha).
Perkembangan yang terjadi di masyarakat Indonesia menyebutkan bahwa wirausahawan yang sukses pasti (probabilitas suksesnya tinggi) adalah dari golongan keturunan Cina, sedangkan dari kalangan pribumi probabilitas suksesnya relatif rendah (orientasi menjadi priyayi). Hal ini terjadi karena Bangsa Cina merupakan bangsa yang secara turun-temurun mempunyai jiwa wirausaha yang tinggi. Bangsa ini sangat kreatif dan inovatif, sehingga mampu melihat peluang-peluang usaha yang mendatangkan banyak uang. Setiap aktivitas disikapi secara positif untuk menjadi peluang usaha yang dapat menghidupi. Selain itu bangsa Cina bukan hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mempunyai kemampuan yang hebat dalam perencanaan dan pengendalian keuangan.
Teori Sosial :
Teori ini boleh dikatakan merupakan kebalikan dari teori genetis. Kalau teori genetis mengatakan bahwa wirausahawan memang dilahirkan untuk menjadi wirausahawan, bukan karena hal lain, teori sosial mengatakan sebaliknya. Wirausahawan tidak dilahirkan atau ditakdirkan (entrepreneurs are made and not born), tetapi dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor luar.
Menurut teori ini, seorang wirausahawan dapat berhasil apabila diberi pendidikan, mempunyai pengalaman hidup serta diberi kesempatan yang cukup. Dengan kata lain, wirausahawan merupakan bentukan dari waktu, tempat, situasi dan kondisi. Seseorang akan tampil menjadi wirausahawan, kemungkinan terjadi suatu tantangan yang hebat atau kejadian luar biasa. Dalam penelitian Mu’minah (2001) atas delapan orang pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usaha karena keterpaksaan.
Teori Ekologi:
Teori ini merupakan kombinasi sifat-sifat positif antara teori genetis dan sosial. Kesuksesan wirausahawan akan lebih cepat terjadi kalau didukung oleh keturunan wirausahawan dan mendapatkan pendidikan wirausaha yang baik. Seorang wirausahawan yang terdidik akan unggul dalam suatu lingkungan apabila mampu mengatasi masalah-masalah bisnisnya dengan memanfaatkan situasi dan kondisi yang berkembang di lingkungannya.
Dalam teori ini diharapkan seorang wirausahawan mampu menemukenali (identifikasi) tiga faktor yaitu :
- Sifat-sifat (karakter) dirinya.
- Karakteristik dari jenis usahanya.
- Kejadian-kejadian atau masalah yang sering timbul pada jenis usahanya.
Sekarang ini kalangan penduduk keturunan Cina relative sudah berpendidikan tinggi dan didukung oleh keturunan wirausahawan, sehingga untuk mencapai kesuksesan berwirausaha relatif cepat.
Teori Kepribadian dan Kewirausahaan
Penentuan jenis usaha memerlukan penggalian atau pemahaman tertentu. Kadang-kadang sering terlontar kata-kata “saya tidak pintar bicara, sehingga saya tidak mampu berdagang”. Sepintas lalu kata-kata tersebut masuk akal, tetapi berwirausaha tidak sekedar berdagang atau membuka usaha secara “partikelir”. Pendapat yang dikemukakan oleh Syis (Wijandi, 2000:24) memberi pengertian wirausaha sebagai “suatu kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuan sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan”.
Syis juga mengatakan bahwa, pengertian kemampuan sendiri hendaknya ditafsirkan secara kritis dan dinamis, sehingga bukan berarti harus bekerja seorang diri tanpa berhubungan atau bekerja dengan orang lain. Pengertian tersebut lebih luas yaitu, kewirausahaan merupakan pejuang kemajuan dan mengutamakan berkarya di segala bidang baik di sector swasta maupun pemerintahan yang bersumber pada kemampuan sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Kewirausahaan (entrepreneurship) pengembangan dari istilah kewiraswastaan yang secara umum berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang (Khalil, 2000:98). Menurut Suryana (2001:4), kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berwirausaha berarti kemampuan menggunakan kreatifitas (berpikir sesuatu yang baru) dan berperilaku inovatif (melakukan sesuatu yang baru) yang dijadikan sebagai dasar, sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dalam menghadapi tantangan hidup (Suryana, 2001:5). Hal ini sesuai dengan pendapat Holt (Riyanti, 2003:44), bahwa kreativitas adalah pembenihan yang memberikan gagasan kewirausahaan dan inovasi adalah proses dari kewirausahaan.
Seseorang memutuskan untuk menjadi wirausahawan bukan karena tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang baik. Banyak wirausahawan berpendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan yang mapan sebelum memutuskan menjadi wirausahawan. Keputusan menjadi wirausahawan karena tidak takut kerja keras dan menjadikan kerja keras sebagai tantangan dan sebagai alat aktualisasi diri (Riyanti, 2003:59).
Ketika seseorang memulai usaha, ia memiliki keyakinan bahwa usahanya akan berhasil dan terbukti memang banyak yang berhasil. Rata-rata para wirausahawan memilih usahanya berdasarkan trend dan modal (aspek ekonomis). Namun, keberhasilan usaha dalam jangka panjang ditentukan oleh banyak faktor baik berasal dari dalam maupun luar dirinya.
Dalam prakteknya, terdapat berbagai macam jenis usaha yang mungkin dapat dilakukan, sehingga peluang bisnis ini tidak akan habis-habisnya digali. Namun, bagi banyak orang penentuan jenis usaha bukan sesuatu yang mudah. Berdasarkan pengalaman dan berbagai tulisan tentang kewirausahaan menyatakan bahwa banyak pula orang gagal dalam berwirausaha. Kegagalan ini bukan sekedar karena pendidikan atau kecerdasannya yang rendah, atau bukan pula disebabkan oleh motivasi/semangatnya yang rendah, namun sesuai dengan definisi-definisi di atas terdapat ketidakcocokan antara jenis usaha dengan kepribadian para wirausahawan. Hal ini menimbulkan banyak keluhan bahwa seseorang akan berhasil dalam usahanya jika ia berbakat atau sedang hoki (mempunyai keberuntungan).
Dalam berbagai penelitian tentang kewirausahaan, keberhasilan (kinerja) wirausahawan dikaitkan dengan kepribadian (Riyanti, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah kepribadian seperti apakah yang cocok dengan jenis usaha? Tulisan ini mencoba mengupas tentang jenis usaha yang cocok dengan kepribadian.
Kepribadian Sumber Kewirausahaan
Kewirausahaan menyangkut aspek kreatifitas dan inovasi. Stenberg dan Lubart (dalam Riyanti, 2003:59) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang membahas kreatifitas adalah pendekatan kepribadian social. Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada variabel sifat kepribadian, motivasional, lingkungan sosiokultural sebagai sumber kreatifitas. Menurut Molen (dalam Riyanti, 2003:59), sifat kepribadian yang mendukung kreatifitas sudah ada pada awal kehidupan seseorang, yakni kecenderungan individu dalam menerima konsekuensi kehidupan social. Setiap manusia memiliki dorongan bipolaryaitu sebagai makhluk individu dan social. Sebagai makhluk individu cenderung memenuhi dorongan yang lebih dasariah demi terpenuhinya kebutuhan pribadi, sedangkan sebagai makhluk social cenderung untuk melakukan kontak social dan berinteraksi.
Molen juga mengatakan bahwa pilihan seseorang cenderung ke individual atau social adalah tergantung gen. Orang yang didominasi dorongan melakukan kontak social dan interaksi, cenderung memiliki sifat menyesuaikan diri (adaptif). Orang yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan pribadi cenderung suka menghadapi konflik. Dalam eksperimennya Molen menemukan bahwa individu yang suka menghadapi konflik ternyata berkorelasi dengan perilaku menyelidiki, berorientasi pada benda, dan eksploratif (inovatif). Sedangkan, individu yang suka menyesuaikan diri berkorelasi dengan perilaku social, patuh, suka mencari teman, dan memelihara perdamaian.
Berdasarkan pendapat di atas, Hakim (1998) menentukan kepribadian sebagai sumber kewirausahaan menjadi dua faktor yaitu orientasi berhubungan dengan orang lain dan kecenderungan mengendalikan orang lain. Masing-masing faktor mempunyai dua kutub (bipolar) yaitu :
a. Orientasi berhubungan dengan orang lain terdiri dari dua kutub ekstrim, yaitu:
- Introvert : orang yang pemikiran dan perhatiannya ditujukan ke dalam atau hidup di dalam dirinya sendiri. Orang tersebut cenderung membatasi diri, sukar bergaul, orientasi untuk dirinya sendiri (fikiran, perasaan dan tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subyektif) (Suryabrata, 1990: 190).
- Ekstrovert : orang yang dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya (lingkungan). Orientasinya terutama tertuju ke luar dirinya , hatinya terbuka, mudah bergaul, orientasi social.
b. Kecenderungan mengendalikan orang lain terdiri dari dua kutub ekstrim yaitu:
- Dominatif : Sifat yang memaksa mengambil kontrol atas situasi dan/atau orang lain, biasanya dengan mengatakan kepada orang lain apa yang harus mereka lakukan (Littauer, 1996:367). Kecenderungan sifat ini.mendominasi/menguasai orang lain.
- Dedikatif : Sifat yang cenderung mengabdikan diri/berkorban bagi orang lain/mengalah.
Setelah ditetapkan dua kepribadian dengan dua kutub, Hakim (1998:105) kemudian mengkombinasikan dua kepribadian menjadi empat kuadran. Kombinasi dari masing-masing kepribadian tersebut membentuk empat kepribadian yang terdiri dari Dominan, Populer, Tenang dan Konvensional, yang digambarkan di bawah ini :
- Introvert – Dominatif : DOMINAN (D) pembawaan kuat mendominasi/mengarahkan orang lain untuk kepentingan dirinya. Kurang menyukai tanggung jawab dan tantangan yang bervariasi serta menyukai sistem yang telah mapan. Menyukai kebebasan (terutama mengembangkan ide) dan kurang suka diatur.
- Ekstrovert – Dominatif : POPULER (P) cenderung mempunyai pengaruh, popularitas dan persahabatan. Cenderung menginginkan prestise, banyak bicara dan mendambakan hubungan yang hangat dalam persahabatan. Motivasi memperoleh pengakuan.
- Ekstrovert – Dedikatif : TENANG (T) condong mengalah untuk kepentingan orang lain, berperilaku tenang dan ramah. Dianggap sebagai orang yang mudah diajak konsultasi atau diskusi. Motifnya persahabatan dan rasa saling menghargai.
- Introvert – Dedikatif : KONVENSIONAL (K) biasanya bekerja teliti, hasil yang benar, sempurna dan berdasarkan acuan baku. Kurang peduli dengan lingkungan social dan cenderung membatasi diri bergaul dengan orang lain.
Setelah kita ketahui kombinasi kepribadian di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan kepribadian yang berhubungan dengan aspek ekonomis. Seseorang yang mempunyai pembawaan introvert cenderung mempunyai kemampuan dalam memproduksi dan pembawaan ekstrovert cenderung mempunyai kemampuan distribusi. Sedangkan pembawaan dominatif cenderung mengarahkan/menguasai orang lain, sedangkan pembawaan dedikatif cenderung memberi pelayanan kepada orang lain. Kombinasi antara kemampuan memproduksi, distribusi, pengarahan dan pelayanan, akan dapat digunakan untuk menentukan jenis usaha seperti di bawah ini :
Produksi – Pengarahan : Kelompok Usaha Kreatif Kuadran ini tempat kelompok usaha kreatif yang mendambakan kebebasan, tidak memerlukan banyak bicara, serta berorientasi pada produksi.
Contoh bidang usaha Kelompok Kreatif antara lain : Makanan/minuman, Kerajinan, Logam, Pertanian/agrobisnis, Peternakan dan tambak, Rajutan, bordir, renda, Sablon, Penerbitan, Mainan anak-anak, Kartu ucapan, Karya intelektual.
Distribusi – Pengarahan : Kelompok Usaha Konsultatif Kuadran ini terdiri dari kelompok usaha yang membutuhkan pergaulan, intensif bertemu dengan publik, memerlukan kepandaian bicara dan berusaha mempengaruhi orang lain.
Contoh bidang usaha Kelompok Konsultatif antara lain : Jasa konsultasi / konsultan, Pelatihan, Kursus, Pusat kebugaran dan pelatih olah raga, bidang perdagangan.
Distribusi – Pelayanan : Kelompok Usaha Jasa Kuadran ini merupakan kelompok usaha yang memberikan pelayanan bagi orang lain.
Contoh bidang usaha Kelompok Pelayanan, antara lain : Biro jasa, Biro teknik, Jasa pengetikan, Fotocopy dan penjilidan, Sablon pesanan, Perbengkelan, Kontraktor dan jasa perbaikan bangunan, Rumah kos, Salon kecantikan, Makelar.
Produksi – Pelayanan : Kelompok Usaha Analitis Kuadran ini cocok untuk pekerjaan yang bersifat memecahkan masalah (problem solving).
Contoh bidang usaha Kelompok Analitis : Jasa terjemahan, Reparasi elektronik dan teknologi informasi, Karya intelektual, Penelitian, Perancang busana, Binatu/laundry, Jasa penjahitan.
Ciri-ciri Wirausahawan Handal Menurut Budi Santoso:
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara bekerja sebagai berikut :
1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
2. Mau dan mampu mencari, menangkap dan memanfaatkan peluang yang menguntungkan.
3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang/jasa yang lebih tepat dan efisien.
4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar-menawar dan bermusyawarah dengan berbagai pihak terutama pembeli.
5. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat dan disiplin.
6. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginya.
7. Keinginan kuat untuk berdiri sendiri, tidak suka uluran tangan dari pihak lain.
8. Kemauan untuk mengambil risiko
9. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman
10. Mampu memotivasi sendiri
11. Semangat untuk bersaing
12. Orientasi pada kerja keras
13. Percaya pada diri sendiri (yakin)
14. Dorongan untuk berprestasi
15. Tingkat energi yang tinggi
16. Tegas
17. Tidak bergantung pada alam, dan berusaha tidak menyerah pada alam.
18. Kepemimpinan.
19. Keorisinilan
20. Berorientasi ke masa depan, dengan penuh gagasan.
21. Mengembangkan budaya malu secara positif.
22. Bekerjasama dengan orang lain
23. Penampilan yang baik
24. Pandai membuat keputusan
25. Mau menambah ilmu pengetahuan
26. Ambisi untuk maju
27. Pandai berkomunikasi
Uraian singkat di atas bukan merupakan yang mutlak, bahwa jenis usaha yang digeluti harus sesuai dengan kepribadiannya, tetapi uraian di atas merupakan suatu kecenderungan. Banyak pula orang yang sukses dalam usaha, meskipun tidak sesuai dengan jenis kepribadian di atas. Oleh karena itu, saat ini kewirausahaan merupakan topik yang menarik dalam penelitian, khususnya di bidang psikologi dan keperilakuan.