
1. Menyesal karena IPK < 3,00 Walaupun sejatinya kita kuliah bukan karena mengharapkan IPK, kondisi hari ini masih mendewakan IPK sebagai tolok ukur keberhasilan akademik seseorang dalam perkuliahan. Hal ini sepertinya adalah hal yang wajar, karena memang bukti otentik hasil perkuliahan kita ada di lembaran kertas yang kita sebut “transkrip akademik”. Meskipun demikian, sepertinya kurang fair juga ketika ada kategorisasi IPK di bawah 3 dengan IPK di atas 3, sebab sebenarnya indeks prestasi tersebut sudah punya pengkategorian yang selain mempertimbangkan score, juga mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai score tersebut, yaitu Cum Laude, Sangat Memuaskan, Memuaskan yang dicetak tebal pada lembaran transkrip tersebut.Misalnya seseorang yang IPK-nya 3,3 ternyata menamatkan kuliahnya lebih dari 6 tahun (nah lho…?), maka ia dikategorikan lulus dengan predikat memuaskan (bukan sangat memuaskan). Namun, saat ini kita harus menyimpulkan bahwa, bagaimanapun, memiliki indeks prestasi yang lebih tinggi adalah lebih baik daripada terus mengkampanyekan bahwa “IPK itu bukan segalanya”.
Baca Juga
- Pesan Ayah, Bisa Membuat Kaya Atau Justru Membuat Anda Miskin
- Perempuan Itu Istimewa, Feminis Ekstrimis Masuk!!
- Kumpulan Penyesalan Para Wisudawan Kita
- Bersyukur, Kenapa Tidak??
- Inilah Akibat Mesum Di Kuburan, Abis ML Kelamin Tidak Bisa Dipisahkan
- Pemerintah Filipina Resah Dengan Maraknya Alay Pada Generasi Mudanya
- Dahsyatt.. Ilmuan Berhasil Ciptakan Nyawa Tiruan, Mau Menyaingi Tuhan?
- Ditemukan Badai yang Lebih Mengerikan dari Badai Matahari 2012 yang Bakal Melanda Bumi
- Mati Suri 2 Jam, Mengaku Melihat Alam Kubur, Setelah Sadar Hafal Quran 30 Juz
- Inilah Tempat-Tempat Misterius Di Bumi Dimana Tubuh Anda Tak Terpengaruh Gravitasi
- Skandal Video Seks Ariel Juga diberitakan di Afrika Selatan. Luar biasa!!
- Akiba Girls Dormitory: Tempat Dimana Anda Mau Ditampar pun Harus Bayar
- Apakah Orang Buta Bermimpi Dalam Tidurnya?
- Inilah Bukti Bahwa Orang Tua Sering Membohongi Anaknya
3. Menyesal karena tidak punya prestasi selama kuliah Menjadi seorang mahasiswa berarti berada di antara kumpulan orang-orang pintar dengan daya saing yang bervariasi. Bahkan, sebagian di antara teman-teman kita di kelas sebenarnya adalah siswa berprestasi ketika di SMA, misalnya menjuarai olimpiade bidang studi tingkat kota atau provinsi, juara story telling, lomba pidato, dan lainnya. Ternyata, kampus mempunyai peluang berprestasi yang jauh lebih banyak dengan frekuensi yang lebih tinggi. Bayangkan bahwa dalam setahun saja ada beberapa ajang prestasi yang tersedia di kampus dan siap untuk dicoba, baik tingkat kampus bahkan sampai ke tingkat nasional dan internasional. dan mungkin masih sangat banyak jenis ajang mahasiswa berprestasi. Dari sekian banyak peluang yang ada, rasanya kita perlu sedikit bersedih jika tidak pernah punya kesempatan untuk berkompetisi menguji kemampuan diri dan daya saing. Meskipun menjadi pemenang sepertinya agak sulit dan berliku, menjadi peserta dan kontestan sepertinya sangat mudah dan terbuka peluangnya buat siapa saja.
4. Menyesal karena tidak punya banyak teman selama kuliah Mempunyai banyak teman dan jaringan boleh jadi adalah salah satu tujuan kuliah. Mungkin tidak ada yang salah dengan hal ini, karena memang proses berteman adalah suatu hal yang penting dalam memunculkan dinamika hidup sebagai mahasiswa. Sebagai contoh, dalam hal job seeking, kita bisa mendapatkan informasi yang komprehensif dari teman sewaktu kuliah tentang suatu lowongan kerja yang sebenarnya lebih baik untuk dirahasiakan untuk memperbesar peluang. Atau mungkin boleh jadi juga sedikit “nepoteisme” dari teman sama kuliah yang sudah terlebih dahulu mendapat pekerjaan atau bahkan punya jabatan. Hal ini hanyalah contoh kecil tentang betapa berharganya seorang teman. Bahkan dalam suatu kata mutiara, disebutkan bahwa,"Teman adalah seseorang yang bersama dirinya kau bangga menjadi dirimu". Memilih teman berarti memilih masa depan. Maksudnya untuk berteman dan bersahabat, kita memang harus selektif. Namun untuk berkenalan dan ber-relasi, kita seharusnya tidak mengekang diri.
5. Menyesal karena tidak mempelajari bahasa Inggris lebih intens selama kuliah If we see the rapid changes of our global world, we will realize that the need of English is increasing time by time. Kebutuhan akan bahasa Inggris tidak hanya untuk dunia kerja, tetapi juga untuk dunia pelajar itu sendiri. Betapa banyak buku-buku pelajaran yang semestinya bisa kita pahami, namun terhalang hanya karena “bukunya belum ditranslate ke bahasa Indonesia”. Jika tidak ditindaklanjuti, penyesalan yang satu ini sepertinya akan menjadi penyesalan yang senantiasa eksis ketika mahasiswa mulai menyandang gelar alumni. Betapa tidak, kebutuhan akan kemampuan bahasa Inggris saat ini menjadi semakin tinggi dengan tingkatan yang semakin tinggi pula. Seharusnya, 4 5 tahun kuliah bisa kita optimalkan untuk belajar bahasa Inggris (walaupun 6 tahun sebelumnya di SMP dan SMA kita juga sudah mempelajari bahasa Inggris). Yang kita butuhkan adalah teman, kita butuh teman untuk belajar dan kita butuh fasilitator untuk belajar. English club adalah salah satu pilihan yang cukup diminati untuk mengatasi masalah ini. Ayo kawan sebelum semuanya terlambat mari mulai dari sekarang. Waktu tak dapat diputar balik, apa yang jadi kesempatan dimasa kini belum tentu datang dimasa depan. Kalu sudah terlambat hanya penyesalan yang ada.