Baca Juga
Pengertian Manajemen Sistem Pendidikan Nasional
A. Pengertian Manajemen
Saudara mahasiswa, siapapun yang menjalankan usaha tentu telah melaksanakan serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan dan menilai keberhasilan dan kegagalan usahanya. Disadari atau tidak, Anda telah menempuh proses manajemen. Akan tetapi, alangkah lebih baik apabila dalam praktek usahanya Anda menerapkan pemahaman yang mendalam tentang ilmu manajemen, tentu usahanya akan lebih terarah dan lebih mudah mencapai tujuan. Cermati Surat Al-Mujaadilah ayat 11-13 dan surat Thaahaa ayat 44 yang menerangkan tentang keutamaan ilmu.
Bila kita melakukan sesuatu dengan benar sesuai dan berpijak pada ilmu yang kuat, maka kita akan memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan ilmu yang kita miliki akan selalu barokah.
Ilmu manajemen apabila dipelajari secara komprehensif dan diterapkan secara konsisten memberikan arah yang jelas, langkah yang teratur dan keberhasilan dan kegagalan dapat mudah dievaluasi dengan benar, akurat dan lengkap sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi tindakan selanjutnya.
Organisasi pendidikan sebagai lembaga yang bukan saja besar secara fisik, tetapi juga mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. tentu saja memerlukan manajemen yang profesional.
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang di dalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Dengan demikian bila Anda mencermati definisi-definisi manajemen terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:
- Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
- Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.
- Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
Berikut ini merupakan definisi manajemen dari beberapa ahli yang mencerminkan ketiga fokus tersebut.
- Encyclopedia of the social sciences (1957) management may be defined as the process by which the execution of a given purpose is put into operation and supervised.
- Rue dan Byars (1996:9): management is a process that invalesguiding or directional group of people toward organizationl goals or objectivitas.
- Hersey dan Blanchard (1988:144): merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan. d) Stoner (1992:8) manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
- Millet (1954) management in the process of directing and facilitating in the work of people organization in formal group to achiave a desired goal.
- Balderton (1957) management is stimulating, and directing of human effort to utilize effectively materials and facilities to attain an objective g) Terry (1972) management is getting things done through the effort of other people.
- Blanchard (2001:3) sebagai: “management as working with and through individuals and growth to accomplish organizational goals.”
- Sudjana (2000:77): manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
- Manajemen sebagai suatu seni yang tercermin dalam pengertian yang dikemukakan American Society of mechanical Engineers: manajemen merupakan ilmu dan seni mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan pengendalian tenaga serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia. Management is the art and science of organizing and directing human effort applied to control the forces utilize the materials of nature for the benefit of man.
Mari kita simpulkan bersama bahwa manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
B. Manajemen Sistem Pendidikan Nasional
Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Menteri, pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
Secara sederhana manajemen pendidikan merupakan proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan dengan mendayagunakan segala sumber secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif. Namun demikian untuk mendapatkan pengertian yang lebih komprehenship, diperlukan pemahaman tentang pengertian, proses dan substansi pendidikan.
Menurut Brubecker educatation should be trough of as process of man reciprocal adjusman to nature. Dinyatakan bahwa pendidikan merupakan proses timbal balik antara kepribadian individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan. Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah suatu upaya yang diciptakan untuk membantu kepribadian individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat bagi kehidupan.
Dictionary of education mendefinisikan pendidikan sebagai (1) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku dalam masyarakat; (2) proses sosial yang menyediakan lingkungan yang terpilih dan terkontrol untuk mengembangkan kemampuan sosial dan individual secara optimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang diciptakan lingkungan secara sengaja dan bertujuan untuk mendidik, melatih dan membimbing seseorang agar dapat mengembangkan kemampuan individu dan sosial.
Pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dengan demikian pendidikan merupakan suatu sistem terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya. Sistem Pendidikan memiliki garapan dasar yang dikembangkan, diantaranya terdiri dari:
a) bidang garapan peserta didik
b) bidang garapan tenaga kependidikan
c) bidang garapan kurikulum
d) bidang garapan sarana prasarana
e) bidang garapan keuangan
f) bidang garapan kemitraan dengan masyarakat
g) bidang garapan bimbingan dan pelayanan khusus
Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas. Adapun tujuan dari manajemen sistem pendidikan nasional itu sendiri meliputi:
- Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb.). Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketetapan menggunakan metode atau cara kerja dan cara dan alat yang tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap produktivitas pendidikan secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan,
- Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/ atau kinerjanya (Pfeffer end Coote ;1991). Jasa/pelayanan atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya. Dengan demikian mutu adalah jasa/produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan.
- Efektivitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni (1964:187) mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya atau menurut Sergiovani (1987:33) yaitu, “kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan”. Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana-prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan.
Efektifitas dapat juga ditelaah dari :
- masukan yang merata;
- keluaran yang banyak dan bermutu tinggi;
- ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun;
- pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara, 1987). Dan
- Efisiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things right) sementara efektivitas adalah menyangkut tujuan (doing the right things) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input/sumber daya dengan output.
C. Desentralisasi Manajemen Pendidikan
Upaya yang dilakukan manusia kearah perbaikan adalah menjadi kewajiban setiap manusia, seperti dikatakan dalam Al Quran, bahwa maju mundurnya sebuah kaum akan sangat bergantung kepada kemauan kaum itu sendiri untuk merubahnya.
Kemunduran akan terjadi bila kita tidak mau merubah keadaan, banyak cara yang baik yang dapat manusia tempuh, karena Alloh SWT Maha Luas dengan Ilmu Pengetahuan.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar Ra’d: 11)
Bila kita cermati hal diatas, maka untuk menuju kearah perbaikan penyelenggaraan pendidikan dengan pola desentralisasi manajemen pendidikan dapat dilakukan. Desentralisasi menurut UU.No.32/2004 bukan lagi hanya suatu konsep tetapi mulai diimplementasikan pada semua tingkatan manajemen, tidak terkecuali pada tatanan kelembagaan sistem maupun satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal, di lingkungan persekolahan atau di luar persekolahan. Implementasi pada tatanan kelembagaan pendidikan sungguh sangat berarti, karena fungsi dan peranan kelembagaan tersebut sangat stratejik dalam pembangunan peradaban bangsa.
Sejarah mencatat bahwa pada organisasi pendidikanlah kreativitas kultural kaderkader bangsa di masa depan dapat dikembangkan. Setelah kita menelusuri sejarah panjang perjalanan penerapan otonomi dan desentralisasi ketatanegaraan, prinsip penyelenggaraan otonomi, efektivitas pelaksanaan, dan ajaran-ajaran yang dijadikan rujukan, pada bagian ini, saya mengajak Anda untuk mengobservasi langsung pada tatanan manajemen pembangunan pendidikan. Kita akan mengamati gambaran tentang implementasi konsep-konsep desentralisasi pembangunan pemerintahan mengejawantah dalam penyesuaian-penyesuaian administrasi dan manajemen pendidikan.
Sebelum mempelajari secara utuh hakekat desentralisasi pendidikan mari kita simak terlebih dahulu perubahan dalam organisasi, karena ketika sentralisasi berubah menjadi desentralisasi konsekuensinya akan terjadi perubahan dalam organisasi.
Organisasi merupakan suatu sistem yang bersifat terbuka, karena organisasi selalu melakukan interaksi dan interelasi dengan lingkungannya. Keadaan lingkungan tempat organisasi itu berada bersifat dinamis, karena selalu terjadi gejolak dan perubahan.
Gejolak dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat secara sadar atau tidak dapat mempengaruhi kehidupan organisasi. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti perubahan nilai yang berdampak terhadap perubahan perilaku sosial, perubahan yang terjadi dalam cara pandang terhadap pendidikan, pekerjaan dan penghidupan serta cara hidup, perubahan sistem sosial, politik dan ekonomi yang demikian cepat, dalam banyak hal ikut mempengaruhi hidup matinya organisasi.
Tantangan yang menyebabkan organisasi melakukan perubahan datang dari luar maupun dari dalam organisasi. Tantangan penyebab perubahan dari dalam organisasi misalnya, volume kegiatan yang bertambah banyak, adanya peralatan baru, perubahan tujuan organisasi, penambahan tujuan organisasi, perluasan wilayah kegiatan, tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, sikap, serta perilaku para pegawai. Tantangan penyebab perubahan yang berasal dari lingkungan luar organisasi, adanya peraturan baru, perubahan kebijakan dari organisasi tingkat yang lebih tinggi, perubahan selera masyarakat terhadap hasil organisasi, perubahan gaya hidup masyarakat, dll.
Perubahan yang terjadi pada organisasi sebagai akibat adanya masalah dan tantangan tersebut, terlihat pada :
- Merubah struktur,; menambah satuan, mengurangi satuan, merubah kedudukan satuan, menggabung beberapa satuan menjadi satuan yang lebih besar, memecah satuan-satuan yang besar menjadi lebih kecil, merubah sistem sentralisasi menjadi desentralsasi atau sebaliknya, merubah luas sempitnya rentangan kontrol, memerinci kembali kegiatan atau tugas, menambah atau mengurangi pejabat.
- Merubah tata kerja yang dapat meliputi tatacara, tataaliran, tatatertib, dan syaratsyarat melakukan kerja.
- Merubah orang, dalam pengertian merubah sikap, tingkah laku, meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan dari para pegawai.
- Merubah peralatan kerja.
Beberapa hal kecenderungan organisasi pada masa yang akan datang ;
- Perubahan peranan dan tujuan organisasi, selain mencari keuntungan juga memberikan kemanfaatan sosial.
- Membesarnya kompleksitas organisasi.
- Tujuan organisasi menjadi lebih kompleks.
- Penggunaan teknologi yang lebih maju.
- Perubahan pandangan terhadap manusia.
- Adanya bentuk organisasi yang baru.
- Kebutuhan akan peruabahn strategi kepemimpinan.
- Kebutuhan akan iklim organisasi yang lebih serasi dengan kebutuhan individu dan kebutuhan lingkungan yang terus berubah.
- Kebutuhan untuk merubah “norma kebudayaan”. Hal ini karena organisasi didalmnya terdapat sistem nilai, peraturan dasar, norma, atau struktur kekuasaan, suatu ketika dirasakan oleh pimpinan untuk mengadakan hal-hal tersebut di atas, agar organisasi lebih konsisten dan dapat merespon tuntutan lingkungan.
- Kebutuhan unuk merubah struktur dan peranan.
- Kebutuhan akan perbaikan dalam kolaborasi dalam kelompok.
- Kebutuhan akan sistem komunikasi yang terbuka.
- Kebutuhan akan perencanaan yang lebih baik.
- Kebutuhan akan perubahan mitovasi dan staf/personil.
Saudara mahasiswa selanjutnya setelah paham perubahan dalam organisasi, kita akan mencoba mempelajari dua aspek penting, yaitu: makna yang hakiki desentralisasi dalam manajemen pendidikan, dan ruang lingkup desentralisasi dalam administrasi dan manajemen pendidikan. Khusus yang berkenaan dengan ruang lingkup desentralisasi dalam administrasi dan manajemen pendidikan, kita akan mencari tahu perubahan dalam perundang-undangan pendidikan, struktur organisasi kelembagan pendidikan, pengembangan kurikulum pendidikan, ketenagaan pendidikan, pembiayaan pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan. Harapannya, tiada lain agar kita dapat memberikan sumbangsih yang berarti dalam proses pembangunan pendidikan, karena sumbangan terbesar itu adalah partisipasi.
Besar dan luasnya kewenangan dalam manajemen penyelenggaraan pendidikan akan tergantung kepada sistem politik dalam memberikan keleluasaan tersebut. Akan tetapi, sekalipun keleluasaan itu diberikan tidak dapat diartikan sebagai pemberian kebebasan mutlak tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara administrator pendidikan pada tingkat pusat dengan administrator pendidikan di tingkat kelembagaan satuan pendidikan. Sesungguhnya konflik kepentingan tersebut tidak perlu terjadi apabila para administrator tersebut memahami hakekat dan urgensi perlunya desentralisasi dalam manajemen, yang walaupun terjadi tarik menarik kepentingan tersebut harus berdasarkan pada prinsip saling ketergantungan untuk menghasilkan sinergitas bagi tujuan-tujuan pembangunan pendidikan yang lebih luas. Berdasarkan pada gambaran tersebut, maka substansi desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit berkenaan dengan aspek-aspek:
- Perundang-undangan pendidikan;
- Stuktur organisasi dan kelembagaan pendidikan;
- Pengembangan kurikulum pendidikan;
- Profesionalisasi tenaga kependidikan;
- Sarana dan prasarana pendidikan;
- Pembiayaan pendidikan.
Keenam aspek ini saya ilustrasikan pada gambar di bawah berikut:
Gambar Ruang Lingkup Desentralisasi Manajemen Pendidikan (Yoyon B. Irianto:2008)
Pembagian kewenangan dalam pendidikan, memposisikan terjadinya sharing dalam power and authority, karena ketika kekuasaan menggenggam pendidikan ini akan terjadi distorsi yang berlebihan terhadap kemurnian niat penyiapan generasi-generasi penerus bangsa, seperti kritik dari H.A.R.Tilaar (2010) dalam bukunya Kekuasaan dan Pendidikan, ada empat masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang dilaksanakan dengan kekuasan;
a) Domestipikasi dan stupidikasi pendidikan
Peserta didik menjadi subjek eksploitasi oleh suatu kekuasaan di luar pendidikan dan menjadikan peserta didik menjadi budak-budak dan alat dari penjajahan mental dari yang mempunyai kekuasaan. Domestifikasi akan membunuh kreativitas dan menjadikan manusia sebagai robotrobot yang sekedar menerima transmisi nilai-nilai kebudayaan yang ada. Hasilnya bukan pembebasan akan tetapi pembodohan.
b) Indoktrinasi
Kurikulum yang ada dipandang sebagai indoktrinasi atau mentransmisikan ilmu pengetahuan secara paksa. Penyusunan kurikulum silih berganti berubah hal ini menggambarkan betapa kuku kekuasaan menancap begitu kuat, sebelum segala sesuatunya memperoleh penampakan hasil yang memuaskan. Ketika suatu kurikulum ditetapkan maka tidak ada kebebasan dari lembaga pendidikan untuk berkreasi menyusun kurikulumnya sendiri.
c) Demokrasi dalam Pendidikan
Pendidikan yang demokratis melahirkan manusia-manusia yang penuh problematik dengan alteratif-alternatif yang dikembangkan oleh kemampuan akal budinya untuk mencari solusi yang terbaik. Pendidikan yang demokratis bukan hanya sekedar prinsip akan tetapi penuangan dan pengembangan tingkah laku yang membebaskan manusia dari kungkungan. Tumbuhnya demokratisasi dalam pendidikan mendukung multikultarisme dalam pendidikan. Multikultarisme melihat sumber kekuasaan bukan dari segi yang monolitik tetapi dari segi yang beragam.
d) Integrasi Sosial
Ada anggapan bahwa integritas sosial hanya dapat diciptakan melalui kekuasaan pemerintah. Integritas sosial ternyata tidak dapat diciptakan dengan pemaksaan kekuasaan dari atas.