Baca Juga

Anda pasti sudah mendengar predikisi ilmuan yang menyatakan akan terjadi badai matahari superdahsyat yang mengancam bumi 2012 mendatang. Menurut ahli di LAPAN, bahwa badai Matahari akan terjadi ketika adanya flare berupa ledakan besar di atmosfer Matahari yang dahsyatnya menyamai 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Padahal bom atom yang dijatuhkan Paul Tibbets, pilot pesawat Amerika Serikat (AS), B-29 Enola Gay, Agustus 1945, telah merenggut sekitar 80.000 jiwa manusia. Tentu jika dikalikan dengan 66 juta lagi akan mencapai angka fantastis.

Badai matahari sangat kecil di di tahun 1992 meluluh lantakan trafo pembangkit listrik di Quebec, Kanada, terbakar dan sesaat kemudian listrik yang memasok kebutuhan 6 juta penduduk di sana padam selama 9 jam. Badai tahun 2012 diperkirakan lebih dahsyat, akan membuat lumpuhnya sistem kelistrikan, satelit, transportasi berbasis GPS, HP eror, dan membuat bumi gelap gulita.

Badai matahari memang mengerikan. Tetapi baru-baru ini manusia dikejutkan oleh temuan yang lebih luar biasa dari predikisi kiamat ini. Diberitakan bahwa badai yang lebih mengerikan dari badai matahari. Inilah badai tersebut.

Badai moral melanda negeri kita. Kecurangan dan sifat rakus disinyalir telah merasuki segala ranah kehidupan, mulai institusi negeri, swasta, hingga rakyat jelata. Lebih memprihatinkan lagi seolah telah menjadi tradisi lumrah adanya.

Dipicu oleh materi, terutama yang bernama “uang”, membuat orang sukar berpikir jernih dan berkata jujur. Maraknya kasus bertalian dengan “fulus” ini secara kasatmata kita saksikan baik di televisi maupun kehidupan.

Tayangan televisi mempertontonkan makelar kasus, korupsi, mafia hukum, suap-menyuap, membuat beberapa pejabat negara tersandung bermuara pada proyek atau tender bernilai “rupiah”. Institusi yang seharusnya bersih dan berwibawa, dicederai oknum di dalamnya, seakan terbenam dalam “permainan kotor”, membuat kepercayaan publik kian memudar.

Di kalangan birokrat, gratifikasi telah membuat beberapa pejabat publik gamang dalam mengutamakan nasib publik. Ada tradisi seolah hal lumrah, pegawai di lapangan, kalau tak ada “uang rokok”, ajuan pembuatan KTP atau administrasi lebih sering jalan di tempat dari yang semestinya.

Di swasta, oknum kontraktor “biasa” mengerjakan proyek jauh di bawah spek yang disepakati, akibatnya banyak bangunan roboh dengan umur jauh diperkirakan. Kontraktor beralasan, semua ini dilakukan untuk menutupi “biaya siluman” yang mesti dikeluarkan sebelumnya.

Kehidupan rakyat jelata pun turut terkontaminasi. Beberapa pedagang di pasar suka nakal mengoplos barang bagus dengan barang bermutu rendah. Celakanya, ada sebagian mereka yang berani memperjualbelikan ayam tiren atau mencampurkan daging celeng untuk dijual tanpa lagi mempersoalkan halal-haram atau benar-salah.

Kasus penipuan berbagai cara dilakukan orang “kreatif” dengan memanfaatkan kealpaan masyarakat. Dengan cara mengirim via pos, telepon, sms, atau memasukan kupon pada bungkus rinso tiba-tiba konsumen diiming-imingi mendapat hadiah uang atau kendaraan tertentu, ada juga memberi fasilitas seminar di Bali buat guru dan dosen, atau berdalih undian berhadiah “premium call” juga berkedok “investasi” untuk masyarakat menengah. Semua ini ujung-ujungnya cari uang cukup merugikan dan warga kerap menjadi korban.

Badai menerpa belakangan ini kasus merebaknya video porno mirip artis menghentakkan masyarakat. Tayangan ini mudah diakses semua umur. Generasi belia harus dicekoki “racun” pornografi. Efeknya dapat mematikan akhlak, kecerdasan dan kreativitas anak-anak yang seharusnya tumbuh-kembang sesuai masanya

Menurut anda lebih mengerikan mana? badai kerusakan moral apa badai matahari seperti gambar diatas? Mengutip ucapan KH. Zainudin MZ, "Badai matahari paling parah mati, kanker mati, jantung mati, Tapi kalau moral, iman yang mati". Naudzubillahimindzalik

sumber: edukasi.kompasiana.com dengan penambahan artikel pribadi