Bermain layang-layang pada saat hari sedang terang sudah umum dilakukan oleh banyak orang, namun bagaimana jadinya jika menerbangkannya pada malam hari. Inilah yang dilakukan oleh warga Dusun Randu Desa Kaliagung Kecamatan Sentolo di lapangan Banyunganti Lor. Uniknya lagi, para pemain rata-rata berusia dewasa.
Daplangan atau layang-layangan tradisional di kulon progo sudah mulai nampak di lapangan banyunganti lor dibawa oleh para penerbangannya. Bermodal tali tambang sepanjang 300 sampai 500 meter, tinggal menunggu hari berganti gelap untuk menerbangkannya ke langit.
Baca Juga
Para pemain layangan ini justru dilakukan oleh para pemuda dan bapak-bapak setelah selesai berladang dan merumput untuk ternaknya. pengisi waktu sore hari untuk bermain bersama anak-anknya adalah bermain layang-layang. Setelah adzan magrib berkumandang, kini tibanya layang-layang diterbangkan. tidak setiap saat permaianan tradisional ini bisa diterbangkan karena harus menunggu angin kencang untuk mengangkat layang-layang seberat 3 kilogram ke udara.
Menurut Sarwoko warga Dusun Randu, penggunaan lampu di led untuk menandakan posisi layangan ada disebelah mana saat terbang ke langit.
”Jika tidak mengetahui keberadaannya, maka sangkutan atau tabrakan antar layangan dapat terjadi jika udara bergerak ke arah lain,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Karyono Warga Desa Kaliagung, kedip lampu led di malam hari memberikan sensasi tersendiri apalagi jika layangan sudah terbang ke udara.
”Beragam pola dibuat oleh setiap orang untuk menandakan kepemilikan layangan bahkan menjadi pamor tersendiri bagi pemilik layangan,” tukasnya.
Layang-layang berkedip terus diterbangkan oleh pemiliknya hingga pagi hari atau angin tak berhembus lagi. biasanya jatuh di ladang seseorang dan tersangkut di pohon, tak akan hilang diambil seseorang. Permainan tradisional layangan daplang berkedip akan terus dimainkan hingga musim kemarau berakhir.
Sumber: Kulonprogonews