
Sejak diresmikan hingga sekarang, belum ada evaluasi terhadap peningkatan kantin kejujuran pada setiap sekolah. Program itu bagus dan baik, tapi kalau tidak ada tindak lanjut percuma, buang-buang tenaga saja dan biaya. Selayaknya ada evaluasi, sejauh mana kemajuan dan kejujuran para anak didik.
Baca Juga
- Pemerintah Filipina Resah Dengan Maraknya Alay Pada Generasi Mudanya
- Dahsyatt.. Ilmuan Berhasil Ciptakan Nyawa Tiruan, Mau Menyaingi Tuhan?
- Ditemukan Badai yang Lebih Mengerikan dari Badai Matahari 2012 yang Bakal Melanda Bumi
- Mati Suri 2 Jam, Mengaku Melihat Alam Kubur, Setelah Sadar Hafal Quran 30 Juz
- Inilah Tempat-Tempat Misterius Di Bumi Dimana Tubuh Anda Tak Terpengaruh Gravitasi
- Skandal Video Seks Ariel Juga diberitakan di Afrika Selatan. Luar biasa!!
- Akiba Girls Dormitory: Tempat Dimana Anda Mau Ditampar pun Harus Bayar
- Inilah Akibat Mesum Di Kuburan, Abis ML Kelamin Tidak Bisa Dipisahkan
Program kantin kejujuran misalnya yang diterapkan di masing-masing satuan pendidikan dari SD hingga pendidikan menengah, awalnya menggebu-gebu. Tetapi berselang 3-6 bulan, tutup alias bangkrut, karena siswa kurang kejujuran atau ketidakmengertian, sebab awalnya tidak ada sosialisasi khususnya di kalangan murid sekolah dasar.
Para kepala SD mengatakan, lebih baik ditutup daripada bangkrut, sebab murid-murid asal main ambil saja dan tidak bayar. Memang siswa tidak mutlak salah, sebab awalnya tidak ada sosialisasi, sehingga mereka berpikiran semua barang yang dipajang di kantin kejujuran gratis.
“Tingkat kesulitan menanamkan kejujuran bagi siswa SD memang menjadi kendala, namanya anak-anak, dikira gratis, sebab tidak ada orang atau petugas kantin yang menunggu mereka ambil saja” tutur sejumlah kepala SD di kota Bekasi.
Jangankan di tingkat SD, pada jenjang SMP dan SMA saja sudah banyak yang tutup. Barangnya habis, tapi uangnya tidak kelihatan, berarti tidak jujur, apakah mungkin semua siswa dihukum atau diinterogasi. Menanamkan kejujuran itu sejak dini memang cukup baik, tapi jangan dadakan seperti pembukaan kantin kejujuran, ujar seorang kepala SMP.
Program kejujuran diarahkan ke sekolah, tapi tingkat korupsi merajalela di mana-mana. Ini benar-benar pengalibian situasi, padahal bila arahnya ke siswa bukan kejujuran yang ditanamkan, tetapi ahlak, moral dan budi pekerti. Pelajaran ini sudah merangkum di dalamnya kejujuran. Dahulu ada pendidikan moral pancasila, sekarang diganti dengan PPKn, kemudian dahulu ada pendidikan budi pekerti, sekarang malah dihapus.
Kalau generasi muda nya saja begini hanya akan melahirkan koruptor baru di negeri ini.