Baca Juga

Baiklah sobat, kali ini kita akan membahas mengenai Pemeriksaan Fisik Paru-Paru. Sebelumnya teman-teman harus mengetahui mengenai anatomi paru-paru serta fungsinya. Untuk kedua artikel di atas teman-teman bisa mengunjungi artikel di bawah ini.


Langsung saja kita masuk ke dalam pembahasannya.

Pemeriksaan fisik paru dilakukan dengan memeriksa bagian dada anterior (depan) dan dada posterior (belakang). Biasanya pemeriksaan dilakukan dari dada posterior dahulu yaitu pasien diminta untuk duduk dan kedua lengan dilipat dan diletakkan di atas pangkuannya atau seperti memeluk diri sendiri. Bila pemeriksaan dada posterior sudah selesai dilakukan, pasien diminta untuk berbaring dan pemeriksaan dada anterior dimulai. Selama pemeriksaan, pemeriksa harus membayangkan daerah paru-paru di bawahnya. Jika pasiennya laki-laki, pakaiannya harus dibuka sampai sebatas pinggang. Jika wanita, pakaiannya harus diatur sedemikian rupa untuk mencegah pemaparan payudara yang tidak perlu dan memalukan. Pemeriksa berdiri menghadap pasien. Pemeriksaan dada anterior dan posterior mencakup:

INSPEKSI

Inspeksi Ekspresi Wajah Pasien
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan akut, cuping hidung mengambang, bernapas dengan bibir dikerutkan, tanda-tanda sianosis, tanda-tanda pernapasan yang dapat didengar seperti stridor atau whezzing (berhubungan dengan obstruksi udara).

Inspeksi Sikap Tubuh Pasien
Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih posisi di mana mereka dapat menyokong lengan dan memfiksasi otot-otot bahu dan leher untuk membantu respirasi. Suatu teknik yang lazim dipakai pasien dengan obstruksi bronkus adalah memegang sisi-sisi tempat tidur dan memakai muskulus latissimus dorsi untuk mengatasi meningkatnya tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan orthopneu duduk atau berbaring di atas beberapa bantal.

Inspeksi Tangan
Penemuan jari tabuh atau hilangnya sudut antara kuku dengan falang terminal. Jari tabuh berkaitan degan sejumlah gangguan klinis, antara lain:
  • Tumor intra thorak
  • Jalan pintas campuran vena ke arteri (AV shunt)
  • Penyakit kronis paru
  • Fibrosis hati kronis


Jari tabuh

Inspeksi Leher
Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini adanya obstruksi saluran pernapasan. Pada distress pernapasan, muskulus trapezius dan sternocleidomastoideus berkontraksi selama inspirasi. Otot-otot tambahan membantu dalam ventilasi karena mereka mengangkat klavikula dan dada anterior untuk meningkatkan volume paru-paru dan memperbesar tekanan negatif di dalam thoraks. Ini menyebabkan retraksi fossa supraklavikular dan otot-otot interkostal. Gerakan ke atas klavikula lebih dari 5 mm selama pernapasan berkaitan dengan penyakit obstruktif paru-paru yang berat.

Inspeksi Konfigurasi Dada
Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai dan konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dijumpai pada penyakit obstruksi paru kronis (COPD) stadium lanjut. Diameter AP cenderung mendekati diameter lateral sehingga membentuk dada seperti tong. Tulang iga akan kehilangan sudut 45 derajat dan menjadi lebih horizontal. Suatu keadaan yang dinamai flail chest adalah konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak paradoksal ke dalam selama inspirasi. Keadaan ini dijumpai pada fraktur iga multipel. Keadaan kidoskoliosis adalah di mana terjadi deformitas tulang punggung membentuk lengkungan tulang punggung abnormal AP dan lateral sehingga pengembangan dada dan paru-paru menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada corong adalah cekungan pada sternum, dan akan menimbulkan masalah restriktif pada paru-paru jika cekungannya berat. Pectus karinatum atau dada seperti burung merpati adalah suatu deformitas yang lazim ditemukan tetapi tidak menganggu ventilasi.


Menilai Laju dan Pola Pernapasan
Pemeriksaan ini baiknya dilakukan setelah menghitung denyut radial. Caranya arahkan mata kita ke dada pasien dan evaluasi pernapasan pasien sementara masih memegang tangannya. Pasien tidak menyadari bahwa kita sudah selesai menghitung denyut nadinya dan pasien tidak mengatur pernapasannya sehingga nampak normal. Karena jika kita meminta pasien untuk bernapas, umumnya mereka akan mengubah pola dan laju pernapasannya sehingga hasilnya menjadi bias.

Hitunglah jumlah pernapasannya dalam periode 30 detik dan kalikanlah angkanya dengan 2 untuk mendapatkan laju pernapasan per menit. Orang dewasa rata-rata mempunyai laju pernapasan 10-14 kali per menit. Ada beberapa keadaan abnormal dalam bernapas diantaranya:
  • Bradipneu adalah perlambatan respirasi secara abnormal.
  • Takipneu adalah peningkatan pernapasan secara abnormal.
  • Apneu adalah berhentinya pernapasan untuk sementara.
  • Hiperpneu adalah peningkatan dalamnya pernapasan, biasanya berkaitan dengan asidosis metabolik serta dikenal dengan pernapasan Kussmaul.


Perubahan bentuk toraks dapat disebabkan oleh perubahan bentuk sangkar torak ataupun oleh karena perubahan isi torak. Apabila ada kelainan pada salah satu sisi hemithoraks akan memberikan kesan yang tidak simetris pada saat diam atau saat bergerak. Kelainan dapat berupa efusi pleura, pneumothorak, ataupun massa dalam rongga thorak. Beberapa hal lain seperti atelektasis dan fibrotik menyebabkan penarikan pada rongga antar iga yang memberikan kesan tidak simetris pada saat inspeksi. Setiap kelainan pada paru, pleura maupun dinding dada akan mengakibatkan gangguan distensibilitas yang dapat dinilai dari adanya gangguan pada pergerakan dada. Pada inspeksi dada juga dapat diamati pola pernapasan.

PALPASI

Palpasi Dada
Sekarang kita akan pindah ke punggung pasien untuk memeriksa dada posterior dan ke dada depan untuk pemeriksaan dada anterior. Palpasi adalah “meletakkan tangan”. Palpasi digunakan dalam pemeriksaan dada untuk memeriksa hal berikut ini:
  • Daerah nyeri tekan
  • Kesimetrisan pergerakan dada
  • Fremitus taktil


Palpasi untuk Nyeri Tekan
Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya daerah-daerah nyeri tekan. Pukul perlahan punggung pasien dengan kepalan tangan. Keluhan nyeri dada mungkin hanya berasal dari muskuloskeletal dan tidak berkaitan dengan penyakit jantung atau paru-paru.

Pemeriksaan Pergerakan Dada
Derajat simetri pergerakan dada dapat ditentukan dengan meletakkan tangan anda secara mendatar pada punggung pasien dengan ibu jari sejajar dengan garis tengah kira-kira setinggi iga ke-10 dan menarik kulit di bawahnya sedikit ke arah garis tengah. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan perhatikan gerakan tangannya. Penyakit paru setempat bisa menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih sedikit daripada sisi lainnya.

Pemeriksaan Fremitus Taktil
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan telapak tangan pemeriksa pada dinding dada (atau punggung) dan meminta pasien untuk mengatakan “tujuh puluh tujuh”. Fremitus taktil dinilai dan tangan pemeriksa diletakkan ke posisi yang sama pada sisi yang berlawanan. Fremitus taktil kemudian dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Dengan menggerakkan tangan dari sisi ke sisi, dari atas ke bawah, pemeriksa dapat mendeteksi perbedaan penghantaran suara ke dinding dada.

Meningkat
Menurun
Pneumonia
Unilateral: Pneumothorak, Efusi pleura, Obstruksi bronkus
Atelektasis (pengembangan jaringan paru tidak sempurna)
Bilateral : Penyakit paru obstruktif kronis, penebalan dinding dada (otot, lemak)

Palpasi dapat membantu memberi informasi adanya gangguan pada pergerakan dinding dada serta gangguan pada penghantaran getaran. Fremitus fokal dapat menurun bila rongga bronkus tertutup, efusi, pneumothorak, dan keadaan patologi lain. Beberapa kelainan dapat meningkatkan fremitus fokal, misalnya pada proses konsolidasi parenkim paru.

PERKUSI
Perkusi adalah mengetuk pada permukaan untuk menentukan struktur di bawahnya. Pengetukan pada dinding dada akan dihantarkan ke jaringan di bawahnya, dipantulkan kembali, kemudian akan dinilai oleh indera taktil dan pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar dan rabaan yang dirasakan bergantung pada perbandingan udara dengan jaringan. Hantaran berupa getaran yang dihasilkan dengan pemeriksaan perkusi hanya dapat menilai organ paru sampai kira-kira sedalam 5 sampai 6 cm, tetapi perkusi berguna karena banyak perubahan perbandingan antara udara dengan jaringan dapat segera diketahui. Tujuan perkusi dada adalah untuk mengetahui batas  resonansi paru dan menentukan daerah mana yang mempunyai bunyi perkusi abnormal pada bagian parenkim paru.

Pada dada kiri normal, bunyi redup di atas jantung dan bunyi sonor di atas lapangan paru dapat terdengar dan dirasakan. Ketika paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih padat, seperti pada pneumonia, bunyi sonor digantikan oleh bunyi redup. Istilah hipersonor dipakai untuk bunyi perkusi pada paru-paru yang kepadatannya sudah berkurang, seperti pada emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah dan bergaung serta terus-menerus mendekati bunyi timpani.

Perkusi Dada Posterior
Tempat-tempat perkusi dada posterior adalah di atas, di antara, dan di bawah skapula di sela iga. Tulang skapula tidak diperkusi. Pemeriksa harus mulai dari atas ke bawah, dari sisi ke sisi, dengan membandingkan satu sisi dengan sisi lainnya.


Perkusi Dada Anterior
Mencakup fossa supraklavikular, aksila, sela iga anterior. Bandingkan sisi sebelah dengan lainya. Bunyi redup mungkin timbul pada sela iga ketiga sampai kelima bagian kiri sternum karena ada jantung. Penting dilakukan perkusi di aksila karena lobus atas paling baik diperiksa pada posisi ini. Perkusi pada bagian aksila kadang-kadang lebih mudah pada saat pasien posisi duduk.


Memeriksa Gerakan Diafragma
Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien diminta untuk menari nafas dalam dan menahannya. Perkusi pada basis paru-paru kanan menentukan daerah sonor terendah yang mencerminkan batas diafragma terendah. Di bawah batas itu ada redup hati. Pasien kemudian diminta untuk mengeluarkan napas sebanyak mungkin dan perkusi diulangi. Pada ekspirasi, paru-paru akan mengecil, hati akan bergerak ke atas dan daerah yang sama akan menjadi redup. Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi dengan batas pada waktu ekspirasi merupakan gerakan diafragma, biasanya sebesar 4-5 cm. Pasien dengan emfisema mempunyai gerakan diafragma yang berkurang. Pasien dengan kelumpuhan nervus frenikus tidak mempunyai gerakan diafragma.

AUSKULTASI


Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang dan tidak bising. Pasien diminta untuk menarik napas dalam dan mengeluarkan napas melalui mulutnya. Pemeriksa mula-mula harus memusatkan perhatian pada panjangnya inspirasi kemudian pada panjang ekspirasi. Bila bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai istilah menjauh. Bunyi pernapasan yang menjauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-paru hiperinflasi, seperti pada emfisema.



Baiklah sobat, inilah pembahasan kali ini mengenai Pemeriksaan Fisik Paru-Paru, semoga bermanfaat bagi teman semua. J