Baca Juga
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon atau alat yang merangsang keluarnya hormon yang berupa mediator kimia. Sistem endokrin berkaitan dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis. Sistem endokrin bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan eksokrin. Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.Kelenjar endokrin terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid. Sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ internal (lapisan traktus intestinal-sel APUD).
Hormon berfungsi untuk membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang, merangsang urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduksi, memelihara lingkungan internal secara optimal dan melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi kedaruratan.
Terdapat dua klasifikasi pembagian hormon yaitu hormon yang larut dalam air dan lemak. Hormon yang larut dalam air yaitu insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan gastrin. Hormon yang larut dalam lemak yaitu steroid (estrogen, progesteron, testoteron, aldosteron, glukokortikoid) dan tironin (tiroksin).
Yang termasuk kelenjar endokrin adalah :
- hipotalamus - hipofisis anterior dan posterior - tiroid - paratiroid | - pulau Langerhans - anak ginjal,kortex dan medula - gonad (ovarium dan testis) - sel APUD di lambung,usus,dan pankreas |
HIPOTALAMUS
Hipotalamus terletak di batang otak (enchepalon). Hormon-hormon hipotalamus terdiri dari :
- ACRH : Adreno Cortico Releasing Hormon
ACIH : Adreno Cortico Inhibiting Hormon
- TRH : Tyroid Releasing Hormon
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
- GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
- PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
- PRH : Prolaktin Releasing Hormon
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
- GRH : Growth Releasing Hormon
GIH : Growth Inhibiting Hormon
- MRH : Melanosit Releasing hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon.
Hipotalamus sebagai bagian sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise.
KELENJAR HIPOFISIS
Hipofisis atau disebut juga glandula pituitaria terletak di sella Tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii, berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm. Terbagi menjadi lobus anterior dan posterior. Terdiri dari adenohipofisis yang berasal dari orofaring dan neurohipofisis yang berasal dari sistem kantong Ratke. (Ratke adalah seorang ahli anatomi asal Jerman).
Hipofise dikenal sebagai master of gland karena kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol aktivitas kelenjar endokrin lain.
KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak di leher bagian depan tepat di bawah kartilago krikoid, antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama juga terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.
Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri yang dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5 cm dan panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para folikuler. Mendapat sirkulasi dari arteri tiroidea superior dan inferior dan dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik.
Pembuluh darah besar yang terdapat dekat kelenjar tiroid adalah arteri karotis komunis dan arteri jugularis interna. Sedangkan saraf yang ada adalah nervus vagus yang terletak bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra Iodotironin. Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang sebagian besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Yodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Yodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai monoyodotirosin (MIT).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin (Thytotropine Releasing Hormon (TRH) dari hipotalamus.
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorbsi kalsium dan tulang.
Fungsi hormon tiroid :
- Mengatur laju metabolisme tubuh
- Pertumbuhan testis,saraf ,dan tulang
- Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
- Menambah kekuatan kontraksi otot dan irama jantung
- Merangsang pembentukan sel darah merah
- Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan,sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan Oksigen akibat metabolisme
- Antagonis insulin.
KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid yang berjumlah 4 buah terdiri dari chief cells dan oxyphill cells. Kelenjar paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang lebih
3 x 3 x 2 mm dengan berat keseluruhan sampai 100 mg.
Kelenjar paratiroid mensintesa dan mengeluarkan hormon paratiroid (Parathyroid Hormon,PTH). Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium dalam plasma. Sintesis PTH dihambat apabila kadar kalsium rendah.PTH bekerja pada tiga sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsium,yaitu di ginjal, tulang dan usus. Di dalam ginjal PTH meningkatkan reabsorbsi kalsium. Di tulang PTH merangsang aktifitas osteoplastik sedangkan di usus PTH meningkatkan absorbsi kalsium.
KELENJAR PANKREAS
Kelenjar pankreas terletak di retroperitoneal rongga abdomen atas dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjangnya sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus. Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan eksokrin. Sebagai organ endokrin karena di pankreas terdapat pulau-pulau Langerhans yang terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel beta (B) 75 %,sel alfa (A) 20 %,dan sel delta (D) 5 %.Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans. Setiap pulau Langerhans berdiameter 75-150 mikron.
Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan sumber insulin, sedangkan sel delta mengeluarkan somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas. Glukagon juga dihasilkan oleh mukosa usus menyebabkan terjadinya glikogenesis dalam hati dan mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah. Fungsi insulin terutama untuk memindahkan glukosa dan gula lain melalui membran sel ke jaringan utama terutama sel otot, fibroblast dan jaringan lemak. Bila tidak ada glukosa maka lemak akan digunakan untuk metabolisme sehingga akan timbul ketosis dan acidosis.
Dalam meningkatkan kadar gula dalam darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipopisis (pemecahan lemak).
Efek anabolik dari hormon insulin adalah sebagai berikut :
- Efek pada hepar : meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa, menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis meningkatkan sintesa trigelicerida dari asam lemak bebas di hepar.
- Efek pada otot : meningkatkan sintesis protein, meningkatkan transfortasi asam amino dan meningkatkan glikogenesis.
- Efek pada jaringan lemak : meningkatkan sintesa trigelicerida dari asam lemak bebas, meningkatkan penyimpanan trigelicerida dan menurunkan lipopisis.
KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal atau kelenjar anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan medula.
Korteks adrenal mensintesa 3 hormon,yaitu :
- Mineralokortikoid (aldosteron)
- Glukokortikoid
- Androgen
Mineralokortikoid (aldosteron) berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung.
Glukokortikoid (kortisol) berfungsi dalam metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas terhadap stressor.
Hormon seks (androgen dan estrogen). Kelebihan pelepasan androgen mengakibatkan virilisme (penampilan sifat laki-laki secara fisik dan mental pada wanita) dan kelebihan pelepasan estrogen mengakibatkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.
KELENJAR GONAD
Kelenjar gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu pertama. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH).
Testis terdiri dari dua buah dalam skrotum.Testis mempunyai duafungsi yaitu sebagai organ endokrin dan reproduksi.Menghasilkan hormon testoteron dan estradiol di bawah pengaruh LH. Efek testoteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria.Pada masa pubertas akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh,distribusi rambut tubuh,pembesaran laring,penebalan pita suara,pertumbuhan dan perkembangan alat genetalia.
Ovarium berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi.Sebagai organ endokrin ovarium menghasilkan sel telur (ovum) yang setiap bulannya pada masa ovulasi siap dibuahi sperma.Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder,menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan laktasi.
SEL APUD
Sel endokrin saluran cerna yang mengeluarkan hormon gastrointestinal atau gastroenteropankreas,didapatkan difus di lambung, usus dan pankreas. Sel ini termasuk kelompok sel APUD (Amine Precursor Uptake and Decarboxylation) seperti halnya sel C tiroid, medula anak ginjal, hipofisis, hipotalamus dan melanosit. Sel APUD saluran cerna tidak membentuk suatu kelenjar melainkan tersebar di lambung,usus,dan pankreas.
- . DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005)
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001).
Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).
- II. ETIOLOGI
- Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
- ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
- BakteriBakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.
- III. PATOFISIOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.
IV. MANIFESTASI KLINIS
- Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
- Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
- Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
- Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
- Demam
- Anoreksia
- Limfadenopati servikal anterior
- Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.
- Otitis Media Kronik
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
- V. ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas.
a) Telinga dalam
Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius.
Suatu proses migrasi, pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi telinga orang dewasa telah siap.
b) Telinga Luar dan Tengah
Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas.
Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus.
Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.
- VI. KOMPLIKASI
- Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
- Mastoiditis
- Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
- Keseimbangan tubuh terganggu
- Peradangan otak kejang
- VII. PENATALAKSANAAN
Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila terdapat cairan purulen.
Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering terjadi pada otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.
- VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :
- Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
- Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
- Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani)
IX. TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awalditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
v Stadium OklusiTujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang dewasa).
v Stadium PresupurasiObat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golonganpenisilin/ampisilin).
v Stadium SupurasiDisamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bilamembran tympani masih utuh.
v Stadium ResolusiMembran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi danperforasi membran tympani menutup.
- X. PENCEGAHAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMApada anak antara lain:
- Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak
- Pemberian ASI minimal selama enam bulan
- Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
- Hindari pajanan terhadap asap rokok
- XI. WOC
Organism / bakteri & jamur
telinga eksternal
pendengaran telinga tengah(tuba eustachi)
infeksi sepanjang kulit kanal
proses produksi terhambat
gagguan komunikasi bengkak, merah, panas sehingga menutup daerah kanal telinga
terbentuk furunkel yang menekan kulit yang sensitive
nyeri makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerah telinga
telinga tengah
ASKEP TEORITIS
- I. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
2) Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada anggota keluarga.
- Riwayat kesehatan sekarang
kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
- Riwayat kesehatan keluarga
- Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.
3) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum klien
- Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.
- Kaji adanya nyeri pada telinga
- Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
- Dada / thorak
- Jantung
- Perut / abdomen
- Genitourinaria
- Ekstremitas
- Sistem integumen
- Sistem neurologi
- Data pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.
- Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
- Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.
- Pemeriksaan diagnostik
Tes Audiometri : AC menurun
X ray : terhadap kondisi patologi
Tes berbisik
Tes garpu tala
- II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan prosesperadangan pada telinga tengah
2) Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilanganpendengaran
3) Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4) Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
- III. INTERVENSI KEPERAWATAN
v Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 darirentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
- Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
- Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
- Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menitpemberian analgetik
- Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeriyang dirasa
Rasional :
- Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantumengurangi nyeri yang dirasab.
- Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeridapat berkurang
- Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
- Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasaoleh klien dan keluarga
v Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasitulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yangbaik.
Intervensi Keperawatan :
- Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, eperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
- Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.- Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik dari pada berbicara dengan keras).
- Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhada pandengan pintu.
- Dekati klien dari sisi telinga yang baik.-
- Jika klien dapat membaca ucapan ,Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
- Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda.-
- Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
- Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakankomunikasi tertulis.
- Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.-
- Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepadapenerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsungberbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaanpenerjemah.
- Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran danpemahaman
- Bicara dengan jelas, menghadap individu.
- Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
- Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
- Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
- Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klienmaka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengankemampuan dan keterbatasan klien.
- Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapatditerima dengan baik oleh klien.
- Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesanperawat secara tepat.
v Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaransampai pada tingkat fungsional
Intervensi Keperawatan :
- Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaransecara tepat
- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang amandalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan denganmenggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara waktu hindariberenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegahterjadinya ketulian lebih jauh.
- Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
- Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
- Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipegangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
- Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, makapendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksisehingga harus dilindungi.
- Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
- Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapatmenyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akanberlanjut.
v Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
- Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguanyang dialami.
- Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan darifungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan kliendalam berkomunikasi.
- Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernahmengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikandukungan kepada klien.
- Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yangtersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
- Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi denganefektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangirasa cemasnya.
- Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangikecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klienterhadap perawat.
- Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yangpaling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegantingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas danfrustasinya.
- Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yangsama akan sangat membantu klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, penerbit EGC, 2002.
Lauralle Sherwood, Fisiologi Manusia, EGC, 2001.
Linda J. Heffner dan Danny J. Schust, At a Glance, Sistem Reproduksi, edisi Kedua, penerbit Erlangga, 2006.
Nursalam, BSN, M. Nurse, (2001), Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Paradya Dimas Bagus, (2008), Diabetes, The Silent Killer, Jakarta.
Perkeni, (2006), Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM, Revisi III, Jakarta.