Baca Juga

Baiklah sobat, kali ini kita akan membahas mengenai Pemeriksaan Fisik Jantung, pemeriksaan ini terdiri dari Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi. Langsung saja kita masuk ke penjelasannya.


Pertama kali yang perlu kita lakukan adalah meminta pasien untuk tidur dengan kepala sedikit diangkat sekitar 30 derajat (semi-fowler) dan meminta pasien untuk rileks. Jika pasiennya laki-laki maka pakaiannya harus dibuka sampai sebatas pinggang, jika pasiennya perempuan maka pakaiannya harus diatur sedemikian rupa untuk mencegah pemaparan payudara yang tidak perlu dan memalukan dan juga tidak akan mengganggu saat pemeriksaan sedang dilakukan. Setelah itu kita masuk ke proses pemeriksaannya.

A. INSPEKSI

Inspeksi ekspresi wajah
Kita perhatikan ekspresi wajah pasien, apakah pasien tampak seperti menahan sakit, pucat, berkeringat, sesak saat istirahat, adanya tanda sianosis sentral atau anemia di konjunctiva, dan ikterus di sklera.

Inspeksi Anggota Gerak
Kita lihat di bagian lengan dan tungkai pasien apakah ada jari tabuh (clubbing finger), perdarahan sprinter, kulit lengan, kuku, dan sianosis perifer.

Inspeksi Leher

Pada inspeksi leher, kita memperhatikan adakah pelebaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, dimana pasien berada dalam posisi semi-fowler dengan kepala sedikit dimiringkan menjauh dari sisi yang sedang diperiksa. Penerangan diusahakan berasal dari samping (cahaya tangensial) untuk membentuk bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk memungkinkan pengamatan gelombang nadi dengan baik.

Inspeksi Dada

Untuk inspeksi dada, pasien terlebih dahulu diposisikan dalam keadaan nyaman yaitu telentang semifowler. Penerangan harus cukup baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium dapat dilakukan dengan baik. Yang harus dicari adalah apakah adanya jaringan parut pada dinding dada serta mencari pulsasi pada enam Sea prekordium : sternoklavikular, aortik, pulmonik, ventrikular ekstra, ventrikular sinistra, dan epigastrik.  Lihat pula gerakan dinding dada pasien apakah ada gerakan abnormal.

B. PALPASI

Sebelum melanjutkan pemeriksaan, pastikan pasien masih dalam keadaan nyaman. Baru kita lanjutkan ke pemeriksaan palpasi.

Palpasi Nadi

Sebelum mempalpasi nadi, pastikan tangan pemeriksa hangat dan gunakan tekanan yang ringan-sedang untuk palpasi. Palpasi bisa dilakukan pada arteri karotis, brakhialis, rasialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis, dan tibialis posterior. Arteri-arteri tersebut dekat dengan permukaan tubuh dan terdapat di atas tulang sehingga mudah untuk kita palpasi.

nadi

Palpasi harus dilakukan secara bilateral (setara dan sinkron) di kedua pergelangan tangan dan kita nilai: kecepatan, irama, isi, karakter. Gelombang nadi normal mempunyai dua komponen sistole dan diastole. Denyut radialis biasanya dinilai dalam 15 detik untuk menghitung frekuensi (kali/menit) bila denyutnya reguler. Isi denyut dinilai apakah amplitudonya terasa kecil atau besar. Isi denyut ini merefleksikan isi sekuncup dan curah jantung. Karakter nadi mengacu pada bentuk gelombang nadi, paling baik dinilai di arteri brakhialis atau karotis karena ukuran dan letaknya yang dekat dengan jantung. Jika pemeriksa ingin memeriksa nadi femoralis, cara yang paling baik adalah dengan meminta pasien untuk membuka baju dan berbaring datar, kemudian dengan menggunakan ibu jari, pemeriksa menekan kuat pada titik mid-inguinal, biasanya sekalian diperiksa dengan nadi rasialis untuk menilai apakah nadi rasialis sinkron dengan femoralis. Denyut nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea dan paling baik dipalpasi dengan menekan arteri tersebut ke permukaan posterior ujung distal femur dengan ujung jari kedua tangan. Pasien diminta berbaring telentang dengan lutut menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis pedis dan tibialis terletak pada lokasi anatomi pembuluh darah tersebut.


Palpasi tekanan vena jugularis

Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang dipompakan dapat tergambar melalui penilaian tekanan vena jugularis atau dikenal dengan sebutan jugular venus pressure (JVP). Vena-vena servikalis membentuk satu manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan dan dapat digunakan untuk mengukur tekanan rata-rata atrium kanan. Selain itu, vena-vena servikalis juga dapat memberikan informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan. Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan patokan sudut sternum. Umumnya tekanan tersebut setinggi sudut sternum, bila tinggi ≤ 2 cm di atas sudut sternum pada pasien yang berbaring pada sudut 45 derajat, tekanannya dianggap normal.

Pemeriksaan Vena Jugularis

Palpasi iktus kordis

Iktus kordis adalah titik terjauh ke arah kiri dan bawah, tempat terabanya impuls jantung. Bisa ditentukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan dan ujung jari dengan pasien berbaring 45 derajat. Iktus kordis normal terletak di sela antar iga ke-5 dan garis midklavikula. Bila teraba jauh ke luar berarti ada pembesaran 1 atau 2 ventrikel atau pergeseran jantung ke arah kiri akibat deformitas torak atau penyakit paru.

iktus kordis
Pemeriksaan Iktus kordis

Penilaian dilanjutkan pada kualitas denyut, iktus kordis yang kuat menunjukkan adanya peningkatan curah jantung. Denyut yang teraba perlu dikonfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan kiri di batas sternum dengan tangan kanan meraba iktus kordis.

C. PERKUSI

Tindakan perkusi tidak terlalu bermanfaat kecuali dalam menentukan posisi mediastinum pada kasus pergeseran mediastinum akibat hambatan aliran udara atau kolaps paru kanan yang dicurigai melalui anamnesa penyakit paru kronik atau ditemukan bukti melalui pemeriksaan fisik toraks atau paru. Pada perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa redup jantung dengan membandingkan terhadap lingkungan atau ari sekitarnya.

Pemeriksaan perkusi jantung sebagai berikut:

Mencari batas jantung relatif dan absolut
  1. Perkusi batas atas jantung : normalnya di ICS III. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek.
  2. Perkusi batas kiri jantung (lateral ke medial) : normalnya di ICS V, satu jari di dalam alinea mid-clavicula. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek.
  3. Perkusi batas jantung kanan (lateral ke medial) : normalnya di Linea Para Sternalis kanan, atau satu-dua jari sebelah kanan mid-sternal Ine. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek, harus diperkusi secara perlahan.
  4. Setelah itu dicari batas jantung absolut, letaknya kira-kira 2 jari di dalam batas jantung relatif. Perkusi dengan perlahan. Perubahan nada dari sonor memendek menjadi berbeda.
  5. Nilai apakah terdapat pembesaran jantung ke kanan atau ke kiri.


D. AUSKULTASI

stetoskop
Stetoskop

Pada pemeriksaan auskultasi, kita menggunakan alat yang bernama stetoskop. Stetoskop berfungsi untuk menyalurkan suara dari dinding dada disertai eksekusi bising lainnya dan memperkuat bunyi berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada rendah, sedangkan diafragma dipakai untuk memperkuat bunyi bernada tinggi. Pada awalnya, pemeriksa perlu mendengarkan bunyi di apeks dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari bising bernada rendah stenosis mitra dan bising pansistolik regurgitasi mitra. Setelah itu mendengarkan pada daerah klasik menggunakan diafragma. Daerah klasik adalah
  • Tepi sternum kiri : bising trikuspid
  • Sela antar iga kedua kiri : bising pulmonal
  • Sela antar iga kedua kanan : bising aorta.



Baiklah sobat, inilah postingan kali ini mengenai Pemeriksaan Fisik Jantung. Semoga bermanfaat bagi semuanya, dan jangan lupa tinggalkan komentarnya J