"Ini udah jam berapaaa?! Jengkelin banget sih!"
"Iya deh maaf."
"Saking jengkelnya aku sampai jatuh kesandung pojokan sofa tau gak!"
"Beneran jatuh? Jangan-jangan cuma diving."
"Beneran!!!"
"Yaudah jangan marah-marah dong. Masih mending kan jatuh kesandung pojokan sofa, daripada jatuh cinta kepada orang yang salah?"
"Iya! Dan orang yang salah itu kamu!"
"Cowok memang selalu salah ya?"
"Udah tau peraturannya gitu gak mau disalahin."
"Yaudah ngomongin yang lain aja."
"Emoh. Aku maunya ngomongin kita."
"Kamu udah makan?"
"Udah."
"Kok udah sih? Trus siapa yang ngingetin kamu makan? Siapa? Muntahin lagi!"
"Kamu lewat pesan facebook."
"Seharian ini aku gak sempat facebookan."
"Aku kan tau password fb kamu, Mas. Jadi aku masuk, aku nulis pesan trus kirim ke akunku sendiri 'jangan lupa makan ya, Sayang'"
"Hehe..."
"Makan tuh bola! Makan tuh drama India! Udah kayak emak-emak aja nontonnya drama."
"Sayang! Kamu boleh ngelarang aku nonton bola, ngelarang aku make narkoba, tapi jangan pernah sekali-kali ngelarang aku nonton putri Hurrem. Camkan itu!"
"Yaudah deh besok sore kita jalan-jalan. Aku traktir kamu apa aja yang kamu mau," bujuk Zuck.
"Beneran, Mas?"
"Beneran, Sayang. Mau minta apa aja aku beliin, yang penting jangan lebih dari duapuluh ribu."
"Asyik. Awas kalo bohong!"
"Iya, Mas. Biar romantis."
"Romantis apaan. Ini nih untuk pengiritan, Sayang," jawab Zuck jujur dan apa adanya. Sepertinya pelit memang sudah menjadi gaya hidupnya sehari-hari.
"Yaudah, mau makan apa, Sayang?"
"Nasi sama lauknya ayam apa tuh, Mas, yang bentuknya kayak kentakipretciken," kata Linn.
"Oh itu ayam pop, Sayang."
"Iya ayam pop. Kalau Mas sama ayam rock aja ya, hihi," canda Linn. Garing.
"Enggak ah. Aku maunya ayam yang lain."
"Ayam apa?"
"Ayam nothing without you."
"Umm.. Nikmat, Mas. Nikmat bangeeet..." jelas Linn merem melek saking enaknya.
Zuck melotot. "Segitunya?! Muntahin lagi! Muntahin lagiii..."
"Apaan lagi sih, Mas?"
"Aku gak suka kamu dapat kenikmatan selain dari aku. Muntahin lagi!" hardik Zuck yang mulai terbakar cemburu sama ayam.
Baca Juga
- Cerpen Gokil Zuck dan Linn: Cerita Di Kala Hujan
- Cerita Lucu: Malam Pertama Pengantin Salah Gaul
- Wanita Itu...
- Cerita Malam Jum'at
- Senja Pantai Kasih
- Pada Sebuah Maghrib
- Beberapa Prilaku Nyebelin Pengantin Baru
- Kumpulan Tweet Lucu @zuckici
- Sesu Ap Komedi: Napak Tilas Ke Malika
- Kumpulan Cerita Lucu Zuck dan Linn Edisi Puasa
- 30 Cara Menjawab Pertanyaan 'Kapan Nikah' Di Hari Lebaran
- Cerbung Kino dan Kiny Part 3
- Cerita Lucu Romantis: Ketika Zuck Linn Putus
- Malam Minggu Hujan
- Lagi-lagi Kamu Marah
- Pagi Pertama
"Maunya apa sih sebenarnya?" desak Linn sesampainya di parkiran.
"Kalau begini terus aku gak sanggup," dengus Zuck.
"Begini gimana?"
"Kamu selalu berbuat semaumu sendiri!"
"Kebalik! Justru kamu yang akhir-akhir ini berbuat seenak udelmu!" Linn juga mulai emosi.
"Sok tau! Kayak pernah jilat udelku aja!"
"Hueek!"
"Yaudah kita pisahan aja. Kita putus!"
"Aku gak rela kamu mutusin aku. Biar aku aja yang akan mutusin kamu. Kita putus! Puu... Tus!" ketus Linn sambil memperagakan gerakan telapak tangan menyembelih leher sendiri.
"Eh, gak bisa gitu. Udah duluan aku yang mutusin kamu!"
"Pokoknya aku yang mutusin kamu! Aku!"
"Terserah! Pulang sana sendiri jalan kaki nggak usah bonceng aku!" maki Zuck sambil menaiki motornya.
"Eh setan, itu motor gue! Sini kunci motornya sini!"
"Oia lupa..."
"Ingat ya, Linn. Suatu saat lu bakal nyesel udah mutusin gue. Sampai kapanpun lu ga bakalan dapet cowok yang sepelit gue!"
"Opo yo tak pikir!"
"Ndasmu!"
"It's oke wae, Mas. Aku rapopo," Linn mulai menstater motor matic-nya.
"Baiklah, Linn. Selamat tinggal. Daa..." kata Zuck seraya melambaikan tangan.
"Dadaa..." bales Linn sambil melambaikan dada.
"Halo juga," jawab Linn lirih.
"Apa kabar? Maaf baru sempat nelpon. Oia, tiga hari yang lalu kamu udah makan?"
"Embuh," bisik Linn. "Kenapa nelponnya malam-malam sih?"
"Emm... Nungguin gratisan, hehe."
"Huh. Dasar!" sungut Linn. "Kalo nelpon jam segini tuh ganggu orang-orang yang udah tidur tau."
"Yaudah kalo gitu kita ngobrolnya dalam hati aja gimana?"
"Baiklah..." jawab Linn dalam hati.
"Aku kangen kamu banget," kata Zuck dalam hati.
"Kan emang disarankan begitu, kalau tidur sebaiknya tidak usah pake beha demi kesehatan," jawab Linn masih dalam hati.
"Udah ah, jangan ngobrol dalam hati lagi, gak nyambung," kata Zuck.
"Haha..." Linn tertawa.
Linn tertegun. Terdiam beberapa saat membayangkan wajah Zuck yang nyebelin yang sudah sekian hari tak dilihatnya. "Kenapa manggil aku 'Sayang'? Kita kan udah putus?"
"Eh, eh, iya. Duh... Sorry, sorry. Udah terbiasa sih," suara Zuck terdengar gelagapan salah tingkah.
Linn terdiam lagi. "Gak bisa, Mas."
"Kita balikan?" tawar Zuck langsung.
"Enggak mau."
"Ciee udah dapat pengganti cowok yang lebih pelit dari aku ya? Selamat deh."
"Enggak! Aku belum bisa move on. Sampai kapanpun kamu tak akan terganti, Mas. Diganti dengan uang juga gak bisa..."
"Buang L-nya."
"Emm... Berarti baikan?"
"Iyah."
"Hehe. Baiklah."
"Mas jangan tinggalin aku lagi. Aku butuh kamu, Mas. Setiap hari Mas harus nyemangatin aku buat move on. Aku gak bisa move on sendirian," Linn mulai terisak.
"Iya, Linn, iya. Aku juga gitu. Kita barengan lagi ya. Kita move on sama-sama."
"Janji ya, Mas?"
"Iya, Sayang."