Baca Juga


Kota Bogor, merupakan salah satu kota yang sejatinya menyimpan banyak sekali kisah sejarah. Menggali berbagai kejadian, serta peristiwa sejarah dikota tersebut, akan menjadi salah satu kegiatan wisata sejarah yang menawarkan sensasi dan pengalaman tersendiri. Kota yang berawal dari sebuah desa kecil bernama Parung Angsana ini, juga menjadi salah satu saksi kisah kejayaan Prabu Siliwangi dalam memimpin Kerajaan Padjajaran, serta berbagai romantisme sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kependudukan kolonial Belanda.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, terdapat berbagai pembangunan beberapa fasilitas serta infrastruktur, yang dilakukan guna menggali berbagai potensi alam, pada kota yang dahulu juga dikenal dengan sebutan Buitenzorg atau kota yang aman dan tentram tersebut. Diantaranya, yakni pembangunan pusat-pusat penelitian pertanian dan biologi, serta pembangunan sebuah jalan bernama Jalan Raya Daendels, yang digunakan untuk menghubungkan pusat pemerintahan Batavia dengan kota Bogor.

Gedung Istana Bogor

Gedung Istana Bogor dengan kawanan Kijang (http://www.rmol.co)

Gedung Istana Bogor terletak di jalan Ir. H. Juanda No. 1, Bogor, dengan luas areal 28,8 Ha. Berawal dari keinginan orang - orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini Jakarta) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat - tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.

Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff (1745 - 1750) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg, (artinya bebas masalah atau kesulitan). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 – 1761.

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 – 1754.

Gedung Istana Bogor (http://www.kaskus.co.id)

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels (1808 - 1811), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen (1817 - 1826), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah-tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.

Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi yang pada tanggal 10 oktober 1834. Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851 - 1856), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856 - 1861). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

Gedung Istana Bogor tampak belakang (http://ozzixx.deviantart.com)

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat (BKR) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.

Museum Pembela Tanah Air (PETA)

Museum Pembela Tanah Air (http://suankiekw49.blogspot.com)

Museum Pembela Tanah Air (Museum Peta) terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 35, tidak jauh dari Gedung Istana Bogor kurang lebih 700 m dengan luas 7400 m2.

Bangunan yang menjadi markas Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) ini dibangun tahun 1745 ini merupakan bangunan arsitektur bergaya kolonial (indis), kemudian di tahun 1943 di masa pendudukan Jepang, markas ini digunakan sebagai pusat pelatihan pasukan tanah air yang kala itu masih dikontrol oleh militer Jepang dengan nama Boei Gyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Markas Komando Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa), pasca kemerdekaan bangunan ini diambil alih oleh pihak militer KODAM VI Siliwangi sebagai Pusat Pendidikan Zeni (Museum Peta, 2013).

Museum Pembela Tanah Air (PETA) - (http://rifqirizky.blogspot.com)

18 Desember 1995 diresmikanlah pendirian Monumen dan Museum oleh Presiden Republik Indonesia saat itu Sooharto yang sekaligus sebagai mantan perwira PETA angkatan I dan selanjutnya diserahkan pengelolaanya dibawah Dinas Sejarah Angkatan Darat KODAM VI Siliwangi, Jawa Barat (Museum Peta, 2013).

Kebun Raya Bogor

Kaktus di Kebun Raya Bogor (http://m.kompasiana.com)

Kebun Raya Bogor terletak di jalan Ir. H. Juanda No. 13, Bogor, dengan luas 87 Ha. Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.

Kebun Raya Bogor (http://www.fotografindo.com)

Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris). Selanjut baca: Kebun Raya Bogor.

Hotel Salak The Heritage

Hotel Salak The Heritage Bogor (http://ikibogor.blogspot.com)

Masih terdapat pula beberapa bangunan peninggalan sejarah pemerintahan kolonial Belanda lainnya, juga ikut melengkapi keindahan suasana dikota Bogor. Diantaranya yakni Hotel Salak, yang masih terletak disekitar Jalan Ir. H. Juanda No. 8. Sebelum pengelolaannya diserahkan kepada pihak Negara Indonesia, serta berubah nama menjadi Hotel Salak The Heritage Bogor, hotel yang dahulu dikenal dengan nama Binnenhof Hotel tersebut, merupakan salah satu dari beberapa bangunan tua yang didirikan pada sekitar tahun 1859.

Hotel Salak The Heritage Bogor (http://www.tripadvisor.com)

Dalam kutipan sejarah juga dijelaskan, dimana pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Hotel Salak pada awalnya digunakan sebagai salah satu tempat peristirahatan bagi beberapa tamu penting dimasa tersebut. Berbagai upaya pemugaran serta renovasi yang dilakukan terhadap bangunan Hotel Salak, juga tidak merubah bentuk serta keaslian dari arsitektur bangunan peninggalan sejarah tersebut.

Nah, bagi wisatawan yang datang dan berkunjung kekota Bogor, dapat menjadikan Hotel Salak sebagai pilihan untuk menginap. Disamping berbagai fasilitas yang sudah begitu lengkap, kita juga akan disuguhkan dengan suasana, serta berbagai pesona keindahan dari bangunan dengan arsitektur indah tersebut.

Balai Kota Bogor

Gedung Balai Kota (http://jakartabytrain.com)

Gedung Balai Kota yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda, Desa Pabaton , Kecamatan Bogor Tengah.

Dalam beberapa kutipan sejarah, gedung yang saat ini telah difungsikan sebagai kantor Walikota Bogor tersebut, dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda pada sekitar tahun 1868. Bangunan tersebut tampak begitu indah dengan perpaduan sentuhan arsitektur Sunda dan gaya kolonial Belanda.

Terdapat beberapa pilar-pilar pada bagian depan gedung yang berdiri dengan kokoh, dan memberikan kesan megah pada bangunan tersebut. Selain itu, beberapa profil geometrik dengan bentuk unik, juga tampak menghiasi beberapa bagian pada sisi-sisi jendela dan pintu. Bangunan tersebut, semakin terlihat indah dengan perpaduan cat berwarna putih, yang menciptakan kesan bersejarah pada Gedung Balai Kota tetap terjaga.

Stasiun Kereta Api Bogor

Stasiun Kereta Api Bogor (http://www.kaskus.co.id)

Stasiun Bogor dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1872 sebagai titik akhir jalur kereta api Batavia-Buitenzorg. Tahun 1881 dibangun stasiun baru. Sepanjang 1881-1883 SS melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari Bogor-Sukabumi dan hingga 1887 terhubung hingga Tugu Yogyakarta.

Stasiun Kereta Api Bogor (http://www.kaskus.co.id)

Stasiun ini bergaya Eropa dengan berbagai motif. Misalnya ada yang bermotif geometris awan, kaki-kaki singa, dan relung-relung bagian lantai. Stasiun ini memiliki dua lantai. Desain tangga kayu meliuk-liuk menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2. Karakteristik bangunan utama khas dengan gaya Indische Empire sedangkan pada lobi bergaya Neoklasik. Desain atap emplasemen (kanopi/overkapping) membentang lebar dengan rangka baja dan penutup atap dengan besi bergelombang. Dahulu, sebuah lapangan luas bernama Wilhelmina Park pernah menjadi bagian dari stasiun Bogor.

Stasiun Kereta Api Bogor (http://www.kaskus.co.id)

Pada ruang VIP berdiri monumen prasasti dari marmer setinggi 1 meter. Monumen ini sebagai simbol tanda ucapan selamat pagi dari para karyawan SS kepada David Maarschalk yang memasuki masa pensiun atas usahanya mengembangkan jalur kereta api di Jawa.

Renovasi stasiun pernah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan tahun 2009. Bangunan stasiun yang bertuliskan "1881" ini, yang menghadap Jalan Nyi Raja Permas Raya (Taman Topi) ini akhirnya tidak difungsikan sebagai pintu masuk stasiun. Kini bangunan stasiun dipindah menghadap Jalan Mayor Oking.

Gedung Kantor Badan Koordinasi Wilayah Bogor (Bakorwil)

Gedung Bakorwil (http://anyerpanarukan.blogspot.com)

Gedung ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 4, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi gedung cukup strategis karena berada di jalur wisata bangunan bersejarah yang ada di Kota Bogor, yang bersebelahan dengan Kantor Kejaksaan Negeri Bogor. Gedung ini memiliki luas bangunan 808 m² di atas lahan seluas 25.120 m², dan status kepemilikannya adalah milik pemerintah.

Awalnya gedung yang dibangun pada tahun 1800-an ini terdiri atas satu lantai, kemudian pada tahun 1870 bangunan ini dirombak menjadi dua lantai di mana lantai satu berfungsi sebagai kantor sementara dan lantai dua untuk tempat tinggal asisten residen.

Tidak seperti bangunan megah lain semasanya yang dirancang oleh arsitek terkenal, gedung ini didesain oleh insinyur sipil dari Departemen Pekerjaan Sipil (waterstaat) yang terlihat kesederhanaan bentuknya, dan formal. Tembok-temboknya yang tebal dengan tiang-tiang besar pada bangunan serta jendela yang berbentuk setengah lingkaran mendapat pengaruh kuat dari gaya arsitektur Neo Klasik.

Bangunan yang memiliki denah persegi panjang ini, di sebelah kiri kanan bangunan terdapat tangga masuk, atap bangunan berbentuk limas, dan di depannya terdapat halaman yang cukup luas menghadap ke Istana Bogor. Pada tahun 1928, gedung ini berubah fungsi menjadi Kantor Pembantu Gubernur hingga tahun 1976. Kemudian semenjak digulirkan otonomi daerah, pada tahun 2000 gedung ini diambil oleh Pemerintah Kota Bogor untuk difungsikan sebagai Kantor Badan Koordinasi Wilayah Bogor atau yang biasa dikenal dengan singkatan Bakorwil.

Museum Perjuangan Bogor

Museum Perjuangan Bogor 

Museum yang terletak di Jalan Merdeka nomor 56, Kota Bogor tersebut merupakan tempat penting dan tidak lepas dari perjalanan sejarah Indonesia, khususnya sejarah perjuangan di Kota Bogor.

Bangunan dua lantai yang dibangun tahun 1879 ini pertama dimiliki oleh seorang pengusaha Belanda bernama Wilhelm Gustaf Wissner. Semula gedung itu dipakai sebagai gudang ekspor komoditas pertanian sebelum dikirim ke negara-negara di Eropa. Pada masa pergerakan gedung ini digunakan oleh Parindra pada tahun 1935 dengan nama gedung Persaudaraan.

Di masa penjajahan Jepang tahun 1942, tentara Jepang menggunakan bangunan ini untuk menyimpan barang–barang milik interniran Belanda, kemudian digunakan untuk menyambut dan mempertahankan kemerdekaan RI pada tahun 1945.

Pada 10 November 1957, bangunan itu resmi menjadi Museum Perjuangan Bogor melalui musyawarah para tokoh Pejuang Karesidenan Bogor yang meliputi Kota dan Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Depok.

Bendungan Katulampa

Bendungan Katulampa (http://content.rajakamar.com)

Bendungan Katulampa dibangun pada tahun 1889, tapi baru mulai beroperasi pada tahun 1911. Dibangun sejak adanya banjir besar yang melanda Jakarta pada 1872. Banjir saat itu membuat daerah elit Harmoni ikut terendam air luapan Ciliwung. Bendung Katulampa ini fungsi utamanya adalah untuk irigasi pertanian di wilayah Bogor. Selain itu, karena posisi Bendung Katulampa berada di pertengahan antara Puncak dan Kota Bogor, maka bendung tersebut juga menjadi alat pengukur dan peringatan dini mengenai ketinggian air Sungai Ciliwung, untuk diketahui warga di daerah hilir sungai, seperti di Manggarai dan Depok. Keberadaan Bendung Katulampa menjadi sangat vital untuk mengetahui informasi mengenai ketinggian air, khususnya pada saat hujan mengguyur Bogor dan kawasan Puncak.

Sampai 1990, areal persawahan di Bogor dan Jakarta masih banyak, yakni sekitar 2.400 hektar. Namun kini sawah hampir habis. Hanya Bogor dan Cibinong yang masih memiliki sekitar 70 hektar. Jakarta sama sekali habis. Sehingga fungsi irigasi Bendung Katulampa bisa dikatakan sudah berakhir, akibat punahnya areal persawahan di Bogor dan Jakarta. Praktis, fungsi utama Bendung Katulampa pun bergeser, dari irigasi menjadi pengukur dan peringatan dini akan datangnya banjir.

Museum Zoologi

Museum Zoologi (http://galeribogor.net)

Museum Zoologi yang ada di jalan Ir. H. Juanda No. 9. Di sini Anda akan menemukan koleksi beragam fauna yang di-awetkan. Banyak pengetahuan yang didapat jika kita berkunjung ke museum yang awalnya berfungsi sebagai Laboratorium Zoologi untuk memberi wadah penelitian yang berkaitan dengan pertanian dan binatang hama ini.

Anda akan berdecak kagum dengan koleksi jutaan spesimen yang terdiri dari puluhan ribu jenis fauna dari berbagai jenis. Diantaranya 650 jenis binatang mamalia (menyusui), 1100 jenis burung yang berasal berbagai wilayah di Indonesia, 600 jenis reptil dan ikan, moluska yang terdiri dari 2300 jenis, 10.000 jenis serangga serta 700 jenis invertebrate lainnya. Menurut sejarah berdirinya museum ini merupakan gagasan dari Dr. JC Koningsberger, dia adalah seorang ahli botani yang sedang berkunjung ke Kota Bogor pada Agustus 1894. Pada saat itulah museum yang luasnya 402 m2 ini mulai dibangun hingga selesai akhir Agustus 1901, diberi nama Landbouw Zoologisch Museum.

Kemudian pada 1906 namanya berubah menjadi Zoologisch Museum. Empat tahun kemudian namanya berubah kembali menjadi Zoologisch Museum en Laboratorium. Setelah sempat tidak berkembang karena pergolakan politik dunia pada masa penjajahan Jepang, lalu museum ini berganti nama lagi menjadi Museum Zoologicum Bogoriense di antara tahun 1945-1947. Hingga kini nama tersebut terus digunakan, kemudian sering disebut Museum Zoologi Bogor.

Berbagai sumber.