Baca Juga

Pada saat berakhirnya Perang Diponegoro (Perang Jawa) 1825-1830M banyak para Prajurit dan Laskar yang berpencar dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk meneruskan perjuangan melawan kaum penjajah, ada yang dalam pelarian nya akhirnya membuat Pesantren dan mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama dan kedigdayaan guna meningkatkan barisan laskar dalam perjuangan tersebut. 

Salah satu dari sekian banyak prajurit yang meneruskan perjuangan adalah Kyai Muhammad Umar bin Kyai Anom Besari.
Dalam pelariannya bersama para prajuritnya Kyai Muhammad Umar Besari yang masih Cucu dari Kyai Ageng Besari Tegalsari Ponorogo sampai di wilayah Kadipaten Banyumas.

Kyai Muhammad Umar Besari pun menetap di Kadipaten Purwokerto menjadi pembantu Kyai Pekih (Pangeran Abdullah Faqih) Patih Kanjeng Pangeran Diponegoro dimasa perjuangan. Dan pada saat itu Kyai Muhammad Umar Besari menyadari bahwa yang beliau ikuti adalah Atasannya sendiri saat pertempuran perang Diponegoro. 

Dari hal tersebut beliau mengikuti semua yang dianjurkan oleh Kyai Pekih.
Oleh Kyai Pekih beliau disarankan untuk menggunakan Nama Kyai Murma Besari untuk mengelabui pihak Belanda. 
Kyai Murma Besari yang ahli dalam ilmu Agama dan ilmu kedigdayaan ditugaskan untuk mengajarkan berbagai ilmu sebagai sarana perjuangan melawan Kaum Penjajah.

Hingga pada suatu ketika beliau di nikahkan dengan Nyai Sujinah putri dari Kyai Djayakesuma yang masih keturunan Kyai Purwo Pendiri Purwokerto. Dan disuruh mukim di Kauman Lama. 

Hari demi hari Kyai Murma Besari beraktivitas sebagai seorang Guru Agama dan Guru Silat. Di Kauman dan banyak para pemuda daerah purwokerto sokaraja Aji barang dan sekitarnya yang memperdalam ilmu agama serta ilmu silat pada beliau Kyai Murma Besari.‎
Persahabatan dengan para Kyai dan pejuang lain pun beliau lakukan.
Pada hari hari tertentu beliau selalu mengunjungi pengajian di Kebon Kapol yang di asuh oleh Syaikh Imam Rozi di pesantren Assuniyah serta berkonsolidasi dengan pejabat pemerintah untuk mengatur strategi dalam membangun masyarakat agar tidak diperlakukan sewenang wenang oleh kaum penjajah.

Dalam suatu riwayat beliau selalu membenarkan apa yang jadi strategi dan pemikiran Kyai Pekih sebagai atasannya serta Kanjeng Adipati sebagai pimpinan Kadipaten. Dan setiap perkataan beliau dalam strategi gerilya senantiasa benar dan sesuai dengan apa yang terjadi.
Syahdan.... Dari hal tersebut Kyai Pekih memberikan sebutan atau Nama pada beliau dengan Nama Tasdiq yang bermakna orang yang benar ucapannya.
Sejak saat itu beliau pun di panggil dengan Nama Kyai Tasdiq. 

Kyai Muhammad Umar Besari selalu takzim pada para pimpinan dan menyayangi rakyat kecil. Menolong yang lemah dan merakyat.
Diantara murid beliau adalah Kyai Abu Syuruj dan Kyai Nasyrowi keduanya putra Syaikh Imam Rozi serta beberapa tokoh dan pejuang lain di masa itu.

Keahlian ilmu persilatan yang beliau miliki diteruskan oleh beberapa Santri dan oleh Putra Beliau sendiri Kyai Hasan Umar.
Dari ilmu silat yang dulu diajarkan oleh Kyai Muhammad Umar Besari telah berkembang dan menjadi banyak tumbuh nya perguruan silat yang ada di wilayah Banyumas dan Purwokerto khusus nya.
Dari sekian banyak perguruan silat yang ada di Banyumas salah satunya adalah Perguruan Silat Asma' yang di pimpin dan Di kembangkan oleh Cucu beliau Kyai Achmad Arif bin Kyai Hasan Umar Bin Kyai Muhammad Umar Besari (Kyai Murma Besari /kyai Tasdiq) 

Ilmu silat Kyai Tasdiq adalah ilmu keprajuritan Mataram yang secara turun temurun adalah dari ilmu warisan Walisongo di Zaman Demak Bintoro.
Kyai Murma Besari Adalah Ulama Dan Prajurit Sejati penerus perjuangan para pendahulu nya yang gigih mengajarkan Agama dan berani maju ke medan pertempuran demi tegaknya Agama dan Bangsa serta hilang nya kaum penjajah di bumi Nusantara.

Kembangkan terus ilmu persilatan sebagai bentuk pengabdian mengisi ruang kemerdekaan.
Ilmu silat adalah ilmu kanuragan sejati Bumi Nusantara dan kita wajib untuk mempertahankan dan kita harus bangga seni silat sudah diakui oleh Badan PBB (UNESCO) sebagai warisan Seni Budaya Nusantara. 


Ini hanya sedikit kisah riwayat tentang Seorang Ulama Pendekar yang pernah Berjuang melawan penjajah Kompeni Belanda di Abad 19M.
Semoga bermanfaat sebagai informasi bagi para generasi muda persilatan Bumi Nusantara. ‎