Baca Juga

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah yang sudah dipetik masih dapat dikatakan benda hidup karena masih melakukan proses metabolisme seperti proses respirasi, apabila proses respirasi ini tidak ditekan maka dapat menyebabkan umur simpan dari buah tersebut lebih singkat. Buah-buahan merupakan produk hortikultura yang mudah mengalami perubahan baik secara fisik, kimia maupun perubahan biologi pada saat penyimpanan. Perubahan-perubahan ini terjadi karena tidak adanya penanganan terhadap buah tersebut. Untuk mengatasi hal diatas ada salah satu cara yang dapat digunakan agar buah dapat bertahan lama pada saat penyimpanan yaitu, dengan cara pelilinan. Pelilinan merupakan suatu proses pemberian lapisan pada permukaan produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpannya.
Pelilinan berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi. Dengan kata lain pelapisan dapat menekan respirasi dan transpirasi dari buah dan sayuran segar, dapat mengurangi kerusakan pasca panen akibat proses respirasi sehingga komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama dan nilai jualnya dapat dipertahankan. Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mempengaruhi bau dan rasa produk yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat racun  Buah hasil pelilinan akan lebih berkilap, kelayuan dan keriput pada kulit juga dihambat. Dari hal di ataslah maka perlu dilakukan praktikum mengenai pelilinan pada buah.

1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui pengaruh pelilinan terhadap penyimpanan buah khususnya pada buah jeruk dan apel. Sedangkan kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui teknik atau cara untuk mempertahankan mutu buah-buahan pada saat penyimpanan dengan cara pelilinan.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada seluruh permukaan luar kulit buah-buahan memiliki lapisan lilin yang alami. Tiap buah memiliki ketebalan lapisan yang berbeda-beda. Lapisan lilin alami tersebut sebagian hilang akibat pencucian. Oleh karena itu, pemberian lilin terhadap buah-buahan pascapanen amat diperlukan. Pelapisan lilin dapat mencegah serangan patogen-patogen pembusuk terutama pada buah-buahan yang memiliki luka atau goresan-goresan kecil pada permukaan kulit buah. Artinya, kerusakan atau pembusukan pada saat buah dalam penyimpanan dapat dicegah
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin lebah merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam. Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan murah. Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon palem (Copernica Cerifera). Sedangkan lilin spermaceti adalah lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester macrocephalus). Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik.
Pelapisan dengan lilin pada buah dan sayuran telah dilakukan sejak tahun 1920. Dimana bahan dari lilin tersebut terbuat bukan dari proses kimiawi melainkan dari bahan alami seperti Carnauba Wax, daun Palem Brasil, Candellia Wax, dari tanaman sejenis Euphorbia, Shellac jenis food grade yang terbuat dari sejenis kumbang di India dan Pakistan. Di Amerika bahan lilin tersebut harus disertifikasi keamananan (untuk dikonsumsi) oleh badan yang khusus mengurusi konsumsi yaitu FDA (Food and Drug Administration). Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika, seperti dikutip dari Go Ask Alice, Senin (8/2/2010), lapisan lilin yang banyak dipakai pada buah-buahan berasal dari bahan alami (non petroleum-based) dan aman dipakai untuk semua jenis makanan.
Menurut Pantastico (1986), pelapisan lilin merupakan usaha penundaan kematangan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk hortikultura. Pemberian lapisan lilin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan air yang terlalu banyak dari komoditas akibat penguapan sehingga dapat memperlambat kelayuan karena lapisan lilin menutupi sebagian stomata (pori-pori) buah-buahan dan sayur-sayuran, mengatur kebutuhan oksigen untuk respirasi sehingga dapat mengurangi kerusakan buah yang telah dipanen akibat proses respirasi, dan menutupi luka-luka goresan kecil pada buah. Pelapisan lilin dapat menekankan respirasi dan transpirasi yang terlalu cepat dari buah-buahan dan sayur-sayuran segar karena dapat mengurangi keaktifan enzim-enzim pernafasan sehingga dapat menunda proses pematangan. Keuntungan lainnya yang diberikan lapisan lilin ini pada buah adalah dapat memberikan penampilan yang lebih menarik karena memberikan kesan mengkilat pada buah dan menjadikan produk dapat lebih lama diterima oleh konsumen.
Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan, untuk lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah Benlate 50. Benlate termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum Benomil dan merupakan fungisida yang aman untuk digunakan. Menurut Chiang (1973) dan Eckert (1996), pertumbuhan jamur pada buah yang disimpan akan mempercepat kerusakan buah, meningkatkan proses respirasi pada buah sehingga proses degradasi senyawa-senyawa makromolekul menjadi mikromolekul dan molekul-molekul terlarut menjadi cepat. Penggunaan Benlate sangat efektif menekan pertumbuhan jamur selama penyimpanan buah sehingga kerusakan buah akibat pertumbuhan jamur dapat ditekan. Dengan demikian proses respirasi berjalan lambat sehingga proses degradasi makromolekul juga lambat. Hal ini mengakibatkan kehilangan bobot buah menjadi kecil, perubahan warna berjalan lambat, total padatan terlarut menjadi sedikit serta kadar vitamin C dapat dipertahankan karena proses oksidasi.Penggunaan Benlate dengan konsentrasi rendah tidak mempengaruhi rasa dan sekaligus dapat berfungsi sebagai bahan anti bopeng sehingga penampakan buah lebih baik.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-pori komoditi akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka akan mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih cepat dari keadaan yang normal. Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan. Menurut Pantastico (1996), pelilinan dapat mencegah kehilangan air 30 – 50 % dari kondisi umum. Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi permukaan buah maka kehilangan air akibat transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut bobot kecil. Semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga udara sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan warna buah semakin lambat.
Pelilinan (waxing) merupakan salah satu pelapisan pada buah untuk menambah lapisan lilin alami yang biasanya hilang saat pencucian, dan juga untuk menambah kilap buah. Keuntungan lain pelilinan adalah menutup luka yang ada pada permukaan buah. Pelilinan digunakan untuk memperpanjang masa segar buah atau memperpanjang daya tahan simpan buah bilamana fasilitas pendinginan (ruang simpan dingin) tidak tersedia. Namun perlu diingat bahwa tidak semua komoditi buah memiliki respon yang baik terhadap pelilinan. Faktor kritis pelilinan buah adalah tingkat ketebalan lapisan lilin. Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di permukaan buah membuat pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan terlalu tebal akan menyebabkan kebusukan buah, Beberapa macam lilin yang digunakan dalam upaya memperpanjang masa simpan dan kesegaran buah adalah lilin tebu (sugarcane wax) lilin karnauba (carnauba wax), resin, terpen resin termoplastik, shellac, lilin lebah madu (bees wax) dan sebagainya. Saat sekarang lilin komersial siap pakai yang dapat dan sering digunakan para produsen buah adalah lilin dengan nama dagang Brogdex-Britex Wax.
Salah satu jenis pelapis lainnya yang dikembangkan selain pelapis lilin adalah khitosan, yaitu polisakarida yang berasal dari limbah kulit udang-udangan (Crustaceae), kepiting dan rajungan (Crab). Khitosan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis buah-buahan misalnya pada tomat dan leci. Sifat lain khitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman yaitu enzim yang dapat mendegradasi khitin yang merupakan penyusun dinding sel fungi, sehingga ada kemungkinan dapat digunakan sebagai fungisida. Teknik aplikasi atau penggunaan lilin pada buah dapat dengan menggunakan teknik pencelupan buah dalam larutan lilin (dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan (brushing). Tentunya masing-masing teknik cocok untuk masing-masing jenis buah yang berbeda, artinya jenis buah yang berbeda memerlukan teknik pelilinan yang berbeda (Pantastico 1996).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
    Praktikum mengenai pengaruh pelilinan terhadap penyimpana buah ini dilaksanakan  pada hari senin tanggal 7 Mei 2012 pukul 15.00 wita. Dan tempat dilaksanakannya yaitu di Rumah salah satu praktikan dan di Laboratorium Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu timbangan, Erlenmeyer,, kantong plastik atau selotip,  hotplate, dan pengaduk. Adapun bahan-bahannya adalah buah apel, buah jeruk, air, dan lilin.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan dari praktikum mengenai pelilinan adalah :
    Sediakan masing-masing 3 buah apel dan jeruk,
    Timbang berat awal masing-masing buah dan amati penampakan awal masing-masing buah tersebut.
    Pada buah pertama (apel dan jeruk) tidak diberikan perlakuan apapun (kotrol)
    Pada buah kedua, (apel dan jeruk ) dilumuri dengan lilin hingga merata keseluruh permukaan buah.
    Pada buah ketiga, (apel dan jeruk )  dilumuri lilin kemudian dibungkus lagi dengan selotip hingga terbungkus secara keseluruhan.
    Kemudian setelah 5 hari masing-masing buah ditimbang lagi dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada buah tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka telah diperoleh hasil sebagai berikut :

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh berat awal untuk buah apel pertama yang diberi perlakuan dengan dililini yaitu 136,5 gr : apel kedua dengan perlakuan dililini dan dibungkus plastik yaitu 130 gr: apel ketiga sebagai kontrol yaitu 129,5 gr.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh berat awal untuk buah jeruk pertama yang diberi perlakuan dengan dililini yaitu 82 gr : jeruk kedua dengan perlakuan dililini dan dibungkus plastik yaitu 108 gr: jeruk ketiga sebagai kontrol yaitu 105 gr.
Sedangkan berat akhir untuk buah apel pertama yang diberi perlakuan dengan dililini yaitu 138 gr : apel kedua dengan perlakuan dililini dan dibungkus plastik yaitu 129,8 gr: apel ketiga sebagai kontrol yaitu 100,55 gr.
Dan juga telah diperoleh berat akhir untuk buah jeruk pertama yang diberi perlakuan dengan dililini yaitu 102,6 gr : jeruk kedua dengan perlakuan dililini dan dibungkus plastik yaitu 100,47 gr: jeruk ketiga sebagai kontrol yaitu 75 gr.
Pada buah apel dan jeruk mengalami perubahan berat, warna, tekstur, aroma, dan kenampakan. Perubaha-perubahan ini terjadi karena buah tersebut mengalami proses metabolisme yaitu proses respirasi sehingga terjadilah perubahan-perubahan tersebut. Namun karena adanya perlakuan yaitu dilapisi lilin maka perubahan-perubahan yang terjadi dapat ditekan atau diperlambat.
Dari hasil yang diperoleh maka kita dapat melihat  bahwa Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi permukaan buah maka kehilangan air akibat transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut bobot keci. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantastico (1996),bahwa semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga udara sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan warna buah semakin lambat. Namun apabila Lapisan lilin sangat tebal dan kemudian dilapisi dengan plastik dapat menyebabkan buah jeruk jadi busuk atau bonyok.


V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa buah yang diberi perlakuan seperti pelilinan dapat disimpan lama dari pada buah yang tidak diberi perlakuan sama sekali. Hal ini disebabkan karena buah yang dilapisi lilin dapat ditekan atau diperlambat proses metabolismenya (respirasi) sehingga secara otomatis proses pembusukannya lebih lambat. Namun buah yang dilapisi lili yang sangat tebal dan kemudian dilapisi atau dibingkus dengan plastik dapat menyebabkan buah jadi busuk atau lembek.
5.2 Saran
Kepada praktikan agar lebih memahami prosedur praktikum dan harap lebih teliti dalam mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada buah tersebut. Dan untuk laboratorium agar sekiranya alat yang akan digunakan pada praktikum ini dapat dilengkapi, misalnya hotplate.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.Pemasakan Buah.http://wordbiology.wordpress.com. diakses pada tanggal 9 Mei 2012.
Pantastico. 1996.  Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Chiang, N. and Lee,N., 1983. The Effect of Washing and Chemical Treatment Upon The Rates of Respiration and Decay of Detached Bananas. Taiwan Univ. Coll. Agric. Spec. Publ. No. 13.



Terimakasih Sobat,, sudah berkunjung, jangan lupa di like yah atau tinggalkan pesan anda di kolom facebook paling bawah.