Orang-orang sering kali membicarakan keinginan mereka untuk jatuh cinta seperti di buku cerita - dan dalam hati aku tertawa. waktu aku masih kecil dan membaca dongeng atau menonton film-film tentang pangeran tampan, aku membayangkan jatuh cinta seperti itu. Keluargaku meyakinkan aku bahwa hal itu tak pernah terjadi dalam kehidupan sesungguhnya. Orangtuaku tidak ingin harapanku terlalu tinggi terhadap sesuatu yang mereka percaya bakal tak terjadi. Satu hal yang telah aku pelajari sepanjang waktu adalah bahwa orang tua tidak selalu benar.

Waktu aku duduk di kelas tujuh, aku pergi bermain ski bersama keluargaku pada liburan musim dingin. Di hotel aku ketemu cowok bernama Anthony. Kami bersama-sama hanya dua hari, tapi kami tidak terpisahkan. Kami menikmati kebersamaan kami dan kami punya banyak sekali kesamaan. Ketika tiba waktunya pulang, hatiku benar- benar hancur. Aku tahu kami bisa memiliki sesuatu yang istimewa jika diberi kesempatan; ada perasaan khusus di antara kami. Namun rumah Anthony dan rumahku jaraknya enam jam perjalanan, dan kami terlalu muda untuk bisa menyetir.


kami bertukar alamat, dan berjanji untuk terus berhubungan meskipun rasanya tidak mungkin kami akan pernah bertemu lagi.


Keluarga dan teman-temanku menyebutku tidak dewasa karena mengatakan aku kangen pada Anthony. Waktu aku senang sekali karena menerima surat darinya, mereka tertawa dan berkata padaku itu tak ada gunanya. Tak seorangpun mengerti bagaimana perasaanku. Aku tahu aku masih sangat belia, tapi aku tidak percaya ada batas umur untuk jatuh cinta. Suatu perasaan mengisi hatiku setiap kali aku memikirkan Anthoby. Orang tuaku mengatakan ini konyol, perasaan tergila-gila yang akan lenyap dengan sendirinya, namun mereka keliru.
Aku tidak percaya kata "tidak mungkin". Apapun bisa terjadi bila kau benar-benar menginginkannya. Selama bertahun-tahun, aku dan Anthony bersurat-suratan. Kami saling menelepon. Bersamaan dengan semakin bertambahnya usia kami, aku ladang-kadang berpikir aku takkan bertemu dengannya lagi. Surat-surat kami semakin jarang, dan kini teleponnya hanya datang sekali dalam beberapa bulan. Aku tak pernah memberi tahu Anthony bagaimana perasaanku kepadanya, karena semua orang selalu mencoba mengenyahkannya dengan mengatakan itu sama sekali takkan ada hasilnya.

Sekarang aku sudah duduk di kelas sebelas. Sudah empat tahun berlalu sejak aku pertama kali bertemu Anthony. kami nyaris mengetahui segala sesuatu tentang yang lain, dan, walaupun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, perasaanku masih tetap sama. Satu-satunya perbedaan adalah aku kini sudah lebih dewasa dan lebih matang, dan aku bisa bertindak menuruti perasaanku.

Aku menerima sepucuk surat dari Anthony beberapa minggu lalu. Pada lembaran terakhir ia menulis,
Lori, kita sudah saling mengenal untuk waktu yang lama sekali. Aku tahu sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu denganmu, dan mungkin ini kedengarannya tidak masuk akal, tetapi aku jatuh cinta kepadamu. Sejak kita bertemu tak satu haripun aku tidak memikirkan dirimu. Kau mengenalku lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri, dan aku harus bertemu denganmu lagi sebelum aku masuk college. Aku bisa membayangkan menghabiskan sisa hidupku bersamamu suatu hari nanti. Kedengarannya mungkin sinting, tetapi kaulah satu-satunya cewek yang bisa kubayangkan akan kuajak untuk membangun keluarga nantinya. Aku ingin kau datang ke pesta dansa sekolahku, dan aku ingin kau menginap selama akhir pekan supaya kau bisa menghadiri wisudaku. Ini adalah dua hari terpenting dalam kehidupan remajaku, dan aku ingin kau melewatkannya bersamaku.

Ini adalah kata-kata paling tulus yang pernah dikatakan seseorang kepadaku. Begitu banyak perasaan melintas dalam benakku. Bahkan ketika aku masih gadis kecil di kelas tujuh pun, aku sudah tahu perasaan bahwa aku dan Anthony saling memiliki akan tetap hidup dalam hatiku hari ini. Mungkin suatu hari nanti aku dan Anthony akan menikah. Atau mungkin kami hanya akan terus manjadi teman pena samopai kami tua nanti. Atau mungkin kami tidak akan berhubungan lagi dan hanya tinggal dalam kenangan. Yang kutahu hanyalah bahwa diriku telah diberi kehormatan untuk merasakan cinta seperti dibuku cerita, dan aku tidak akan pernah berhenti percaya pada takdir.