Baca Juga

Fomen Morfen Dan Kata Dalam Bahsa Indonesia. Bahasa pada hakekatnya didukung oleh bunyi ujaran, yaitu  bunyi yang dihasilkan  oleh alat ucap manusia. Tidak semua bunyi itu di golongkan kedalam bahasa,
hanya bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia saja yang dapat digolongkan bunyi bahasa.
Namun tidak semua bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia dapat disebut dengan bunyi bahasa. Hanya bunyi ujaranlah yang dapat disebut dengan bunyi bahasa, dalam setiap bahasa orang mengelompokan sebagai bunyi yang di ucapkan kedalam satupun fungsional terkecil yang disebut dengan fonem.

PEMBAHASAN
FONEM, MORFEM DAN KATA


A.    Fonem-Fonem Bahasa Indonesia
Fonem Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Jenis-jenis Fonem Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z).
a)      Fonem vokal
Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut:
1.      Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).
2.      Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi.
3.      Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi).
Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e]. Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o]. Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan bagian tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal / /
Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya  vokal /a/. Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas: Vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/; Vokal tak bundar: /e/, /É™/, dan /i/. Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vocal dibedakan atas: Vokal sempit: /É™/, /i/, dan /u/; Vokal lapang: /a/, /e/, /o/.Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang.

b) Fonem diftong
Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga pada suku kata –lau tidak dapat dipisahkan menjadi la-u seperti pada kata mau.

c)      Fonem Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu. Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit). Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan. Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi  Berdasarkan posisiØpita suara, tempat arti kulasi, dan cara arti kulasi. pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/. Tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, Øantara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
Berdasarkan tempat arti kulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni: Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/. Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/. Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/. Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan  Menurut caraØ/g/. pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut: Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain.
Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung seperti fonem [n, m, ñ, ]; Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s]; Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z]; Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang.

B.     Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia
Ramlan (1978:19) menjelaskan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan kata danarti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Nida (1949:1) menjelaskan bahwa morfologi adalah studi tentang morfem dan susunannya di dalam pembentukan kata. Susunan morfem yang diatur menurut morfologi suatu bahasa meliputi semua kombinasi yang membentuk kata atau bagian dari kata. Verhaar (2004:97) juga menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang lunguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kata.

C.    Morfem-Morfem Bahasa Indonesia
Pengertian Morfem  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relative stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil. Lyons (1968:80) menyatakan bahwa morfem adalah unit analisis gramatikal yang terkecil. Katamba(1993:24) menjelaskan bahwa morfem adalah perbedaan terkecil mengenai makna kata atau makna kalimat atau dalam struktur gramatikal. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang bermakna.
Prawirasumantri (1985:138) memaparkan hasil penelitian para pakar terhadap bahasa-bahasa di dunia. Pada dasarnya, wujud morfem bahasa itu ada lima macam, yaitu :
1.      Morfem berwujud fonem atau urutan fonem segmental.
2.      Morfem terdiri atas gabungan fonem segmental dengan suprasegmental (prosodi).
3.      Morfem berwujud fonem-fonem prosodi (suprasegmental).
4.      Morfem berwujud gabungan fonem supra segmental (prosodi) dengan kesuprasegmentalan (keprosodian) yakni intonasi atau kalimat.
5.      Morfem bisa berwujud kekosongan (Tanwujud). Yang dimaksud dengan kekosongan di sini yaitu bahwa morfem tersebut bermanifestasikan dengan kekosongan yang biasa disebut dengan morfen zero  atau morfem tanwujud yang bisa disimbolkan Ø.

D.    Kata Ulang Bahasa Indonesia
Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk dasar (Ramlan, 1980).
Pengulangan merupakan pula suatu proses morfologis yang banyak terdapat pada bahasa Indonesia. Jenis-jenis Kata Ulang Bahasa Indonesia Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas beberapa bentuk seperti berikut :
1.       Kata ulang suku kata awal (dwi purna).
Dalam bentuk perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet).  Contoh: Tangga tetangga Pohon pepohonan Laki lelaki
2.      Kata ulang murni (dwi lingga).
Makna Kata Ulang Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata,makna struktural kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut :
a.       Perulangan mengandung makna banyak yang tak tentu. Perhatikan contoh berikut: - Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput. - Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca.
b.      Perulangan mengandung makna bermacam-macam. Contoh:
- Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya.
- Daun-daunan yang ada dipekarangan sekolah sudah menumpuk.
- Ibu membeli sayur-sayuran di pasar.
- Harga buah-buahan sekarang sangat murah.
c.       Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupaiatau tiruan dari sesuatu.Contoh:
-          Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda).
-          Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan di pekarangan rumah.(menyerupai atau tiruan pengantin)
-          Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman.(menyerupai atau tiruan ayam).
d.      Mengandung makna agak atau melemahkan dari.Contoh: - Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman- temanya.

E.     Jenis Kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
  2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
    1. Verba transitif (membunuh),
    2. Verba kerja intransitif (meninggal),
    3. Pelengkap (berumah)
  1. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
  2. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
  3. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
    1. Orang pertama (kami),
    2. Orang kedua (engkau),
    3. Orang ketiga (mereka),
    4. Kata ganti kepunyaan (-nya),
    5. Kata ganti penunjuk (ini, itu)
  1. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
    1. Angka kardinal (duabelas),
    2. Angka ordinal (keduabelas)
  1. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
    1. Preposisi (kata depan) (contoh: dari),
    2. Konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
    3. Artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
    4. Interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
    5. Partikel.

KESIMPULAN
Dari penjelasan makalah diatas tadi, maka Kami ambil sedikit kesimpulan dari materi diatas yaitu di dalam mempelajari bahasa  Indonesia khususnya dalam kalimatnya kita tidak pernah terlepas dari struktur pembentukannya yang di dalamnya terdapat fonem, kata, frase, dan klausa.
Dan disetiap kata yang sudah kemasukan oleh imbuan baik berupa prefix, konfliks, ataupun sufiks, maka akan berubah makna pada kata tersebut. Jadi intinya dalam pembuatan kalimat kita harus memperhatikan kaidah dalam bahasa yang sudah di jelaskan diatas oleh pemakalah tadi.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi,  Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998. 
Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI) (edisi ke-Jilid 8). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. 10 April 1990. hlm. hlm. 217-218. 
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 10 April 1997.